60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian lntern Pemerintah, perlu

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS II KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS NOMOR: W9-U7/ U^3 /KP.04.6/9/2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

BUPATI PAKPAK BHARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA BLITAR

BUPATI BANDUNG BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 51 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

- 1 - DAFTAR UJI PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENDAHULUAN

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

2013, No BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR UJI LINGKUNGAN PENGENDALIAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Nomor 61 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 61 TAHUN 2010

BUPATI MALUKU TENGGARA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA,JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No BAB I PENDAHULUAN. A. Umum

MEMUTUSKAN KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SOE TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN PENGADILAN AGAMA SOE.

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNURRIAU BERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU. Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.27/Menhut-II/2010. Tentang

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

Transkripsi:

BERITA DAERAH KABUPATEN SAIIIOSIR ^ TAHUN 2011 NOMOR.7... SERr F NOMOR../p.u.. PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 201 1 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTElti PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMOSIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAFIA ESA BUPATT SAMOSIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian lntern Pemerintah, perlu menetapkan Peraturan Bupati Samosir tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian lntern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Samosir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4346); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia, Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor abaq 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor a578].; 5. Peraturan Pemeritah.../

5. 6. 7. 8. 8. 9. PeraturanPemerintahNomorTgTahun200stentangPedoman pembinaan dan pengawasan penyerenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 165' TambahanLembaranNegaraRepubliklndonesiaNomor4593); PeraturanPemerintahNomorSTahun2006tentangPelaporanKeuangan dan Kinerja lnstansi pemerintah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun2006Nomor2l,TambahanLembaranNegaraRepubliklndonesia Nomor 46141; peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan PemerintahanAntaraPemerintah,PemerintahDaerahProvinsi,dan PemerintahDaerahKabupaten/Kota(LembaranNegaraRepublik lndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4737 PeraturanPemerintahNomor4lTahun2ogTtentangorganisasi PerangkatDaerah(LembaranNegaraRepubliklndonesiaTahun200T Nomor gg, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4741)', PeraturanPemerintahNomor60Tahun200stentangSistem PengendalianlnternPemerintah(LembaranNegaraRepubliklndonesia Tahun200sNomorl2T,TambahanLembaranNegaraRepublik lndonesia, Nomor 4890); Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah KabupatenSamosirTahun2006NomorT0SeriANomor6). IIIEMUTUSKAN: MenetaPkan :PERATURANBUPATIsAmosIRTENTANGPENYELENGGARAAN.g:=T=ffitrENGEi.TDALIANINTERNPEIIIIERINTAHDILINGKUNGAN PE*JIERINTAH DAERAH KABUPATEN SAMOSIR' BAB I KETENTUAN UMUTUI Pasal I Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: l.sistempengendalianlntern,yangselanjutnyadisingkatspladalahproses integralpadatindakandankegiatanyangdilakukanyangterusmenerus olehpimpinandanseluruhpegawaiuntukmemberikankeyakinan memadai atas tercapainya tuiuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara' danketaatanterhadapperaturanperundang.undangan' 2.SistemPengendalianlnternPemerintah,yangselanjutnyadisingkatSP P adalahsistempengendalianlnternyangdiselenggarakaneecara menyeluruhterhadapprosesperancangandanpelaksanaankebijakan sertaperencanaan,penganggaran'danpelaksanaananggarandi lingkungan Pemerintah Kabupaten Samosir' 3. Pengawasan...'/

3. Pengawasan lntern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka mernberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. 4. Pemerintah Kabupaten Samosir adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah' 5. Bupatiadalah BuPatiSamosir. 6. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat BPKP, adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden' 7. lnspektorat Kabupaten samosir adalah aparat pengawasan intern Pemerintah Daerah Kabupaten yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati. 8. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten Samosir' g. Audit, adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi buktiyang dilakukan secara independen, obyektif dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi lnstansi Pemerintah. 10. Reviu, adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan' 11. Evaluasi, adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapaitujuan' 12. Pemantauan, adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapaitujuan yang telah ditetapkan' 13. Kegiatan pengawasan lainnya, adalah kegiatan pengawasan yang antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan' 14. Petunjuk pelaksanaan penyetenggaraan SPIP adalah Petunjuk Pelaksanaan atas Peraturan Bupati samosir tentang Penyelenggaraan splp, yang memuat kebijakan, strategi, metodologi penerapan, dan pengintegrasian Seluruh aktivitas manajemen pemerintahan daerah, untuk memastikan bahwa seluruh unsur SPIP telah terbangun dalam program/kegiatan pemerintahan daerah/skpd dalam rangka menjamin pencapaian tujuan yang ditetapkan. BAB [.../

BAB II PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH (3) (3) Pasal 2 Untuk mencapai pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, Bupati melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan Kabupaten. Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat, dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian lntern Pemerintah dan Peraturan Pelaksanaannya. SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat, bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Samosir, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset daerah, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pasal 3 Setiap SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Samosir wajib menerapkan splp sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat yang meliputi unsur: a. Lingkungan Pengendalian; b, Penilaian Risiko; c. KegiatanPengendalian; d. lnformasidan Komunikasi; dan e. Pemantauan Pengendalian lntern. Uraian dan pengaturan unsur SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat, sesuai ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 46 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian lntern Pemerintah. Penerapan unsur splp sebagaimana dimaksud pada ayal, dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan perangkat daerah. Bagian Kesatu Lingkungan Pengendalian Pasal 4 Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian lntern dalam lingkungan kerjanya melalui: a. penegakan integritas dan nilaietika; b. komitmen terhadap kompetensi; c. kepemimpinan Yang kondusif; d. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; e. penyusunan...1

e.penyusunandanpenerapankebijakanyangsehattentangpembinaan sumber daya manusia; f. hubungan kerja yang baik dengan lnstansi Pemerintah terkait. Pasal 5 Penegakan integritas dan nilai etika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a sekurang-kurangnya dilakukan dengan: a. menyusun dan menerapkan aturan perilaku; b. memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat dalam SKPD; c. menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebuakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap perilaku; d. menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian pengendalian intern; dan e. menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis. Pasal 6 Komitmen terhadap kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 huruf b sekurang-kurangnya dilakukan dengan: a. mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah; b. menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam satuan Kerja Perangkat Daerah; c. menyelenggarakan pelatihan dan bimbingan untuk membantu pegawai mem pertahankan dan meningkatkan kom petensi pekerjaannya; Pasal 7 Kepemimpinan yang kondusif sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf c sekurang-kurangnya ditunjukkan dengan: a.mempertimbangkanrisikodalampengambilankeputusan; b. menerapkan manajemen berbasis kinerja; c. mendukung fungsitertentu dalam penerapan SPIP; d. melindungi asset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah; e. melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah; dan f. merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, pengganggaran, program dan kegiatan' Pasal 8 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. wewenang.../

a. wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan satuan Kerja Perangkat Daerah; b. pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan; dan c. pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dirnaksud dalam huruf b memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP. Pasal 9 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e dilaksanakan dengan memperhatikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut: a. penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian Pegawai; b. penelusuran latar belakang calon pegawai dalam pro$es rekrutmen; dan c. supervisi periodik yang memadaiterhadap pegawai' Penyusunan dan penerapan kebijakan pembinaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat, berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Pasal 10 Hubungan kerja yang baik dengan lnstansi Pemerintah terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 huruf f diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji antar lnstansi Pemerintah terkait. Bagian Kedua Penilaian Risiko Pasal 1{ Kepala SKPD wajib melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat, terdiri dari: a. identifikasirisiko; dan b. analisis risiko. (3) Dalam rangka penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat ' Kepala SKPD dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan menetapkan: a. tujuan SKPD; dan b. tujuan pada tingkatan kegiatan. Pasal 12 ldentifikasi risiko sebagaimana dimaksud datam Pasal 11 ayat huruf a sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan: a. menggunakan metodolo gi...-.1

a. b. menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan lnstansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif; menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal; dan menilaifaktor lain yang dapat meningkatkan risiko. Pasal 13 Analisis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat huruf b dilaksanakan untuk menentukan dampak dad risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan lnstansi Pemerintah. Pimpinan lnstansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima. Pasal 14 Tujuan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayal (3) huruf a (3) memuat pernyataan dan arahan spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. Tujuan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat, wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai. Untuk mencapai tujuan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat, Kepala SKPD menetapkan: a. strategi operasional yang konsisten; dan b. strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko. Pasal {5 Penetapan tujuan pada tingkat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf b sekurang-kurangnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis SKPD; b. saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya; c. relevan dengan seluruh kegiatan utama SKPD; d. mengandung unsur kriteria pengukuran; e. didukung sumber daya SKPD yang cukup; dan f. melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya. Bagian Ketiga Kegiatan Pengendalian Pasal 16 Kepala SKPD wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut: a. kegiatan.../

a. b. c. kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok lnstansi Pemerintah; kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko; kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus SKPD; d. kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis; e. prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis; dan f. kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwq kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. (3) Kegiatan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat, terdiri atas. a. reviu atas kinerja SKPD yang bersangkutan; b. pembinaan sumber daya manusia; c. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; d. pengendalian fisik atas aset; e. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; t. pemisahan fungsi; g. h. i. j k. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian lntern serta transaksi dan kejadian penting. Pasal {7 Reviu atas kinerja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf a dilaksanakan dengan membandingkan kinerja dengan tolak ukur kinerja yang ditetapkan. Pasal 18 Pembinaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf b wajib dilakukan oleh Kepala SKPD. Dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat, Kepala SKPD bertanggung jawab sekurangkurangnya: a. mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategiskpd kepada pegawai; b. membuat stategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi; dan c. menyusun dan mengusulkan uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan pelatihan pegawai, sistem komputerisasi, program kesejahteraan dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan karir. Pasa 19.../

Pasal {9 Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf c dilakukan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat, meliputi: a. pengendalianumum;dan b. pengendalian aplikasi. r Pasal 20 Pengendalian umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat huruf a terdiri dari: a. pengamanan sistem informasi; b. pengendalian atas akses; c. pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi; d. pengendalian atas perangkat lunak system; e" pemisahan tugas; dan L kontinuitaspelayanan. Pasal 2{ Pengamanan sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 hurut a sekurang-kurangnya mencakup: a, pelaksanaan penilaian resiko secara periodik yang komprehensif; b. pengembangan rencana yang secara jelas menggambarkan program pengamanan serta kebijakan dan prosedur yang mendukungnya; c. penetapan organisasi untuk mengimplementasikan dan mengelola program pengamanan; d. penguraian tanggung jawab pengamanan secara jelas; e. implementasi kebijakan yang efektif atas sumber daya manusia terkait dengan program pengamanan; dan f. pemantauan efektifitas program pengamanan dan melakukan perubahan program pengamanan jika diperlukan. Pasal 22 Pengendalian atas akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b sekurang-kurangnya mencukupi: a. klasifikasi sumber daya sistem informasi berdasarkan kepentingan dan sensivitasnya; b. identifikasi pengguna yang berhak dan otorisasi akses ke informasi secara formal; c. pengendalian fisik dan pengendalian logika untuk mencegah dan menditeksi akses yang tidak diotorisasi; dan d. pemantrauan

d. pemantauan atas akses ke sistem informasi, investasi atas pelanggaran, serta tindakan perbaikan dan penegakan disiplin. Pasal 23 Pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c sekurang-kurangnya mencakup: a. otorisasi atas fitur pemrosesan sistem informasi dan modifikasi program; b. pengujian dan persetujuan atas seluruh perangkat lunak yang baru dan lang di mutakhirkan; dan c. penetapan prosedur untuk memastikan terselenggaranya pengendalian atas kepustakaan perangkat lunak. Pasal 24 Pengendalian atas perangkat lunak sistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d sekurang-kurangnya mencakup: a. pembatasan akses ke perangkat lunak sistem berdasarkan tanggung jawab pekerjaan dan dokumentasiatas otorisasi akses; b. pengendalian dan pemantauan atas akses dan penggunaan perangkat lunak sistem; dan c. pengendalian atas perubahan yang dilakukan terhadap perangkat lunak sistem. Pasal 25 Pemisahan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf e sekurangkurangnya mencakup: a. identifikasi tugas yang tidak dapat digabungkan dan penetapan kebijakan untuk memisahkan tugas tersebut; b. penetapan pengendalian akses untuk pelaksanaan pemisahan tugas; dan c. pengendalian atas kegiatan pegawai melalui penggunaan prosedur, supervise, dan reviu. Pasal 25 Kontinuitas pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2A huruf f sekurang-kurangnya mencakup: a. penilaian, pemberian prioritas, dan pengidentifikasian sumber daya pendukung atas kegiatan komputerisasi yang kritis dan sensitif; b. langkah-langkah pencegahan dan minimalisasi potensi kerusakan dan terhentinya operasi komputer; c. pengembangan dan pendokumentasian rencana komprehensif untuk mengatasi kejadian tidak terduga; dan d. pengujian secara berkala atas rencana untuk mengatasi kejadian tidak terduga dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Pasal27...l

Pasal 27 Pengendalian aplikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat huruf b terdiri atas: a. pengendalian otorisasi; b. pengendaliankelengkapan; c. pengendalian akurasi; dan d. pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data. Pasal 28 Peqgendalian otorisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a sekurang-kurangnya mencakup: a. pengendalian terhadap dokumen sumber; b. pengesahan atas dokumen sumber; c. pembatasan akses ke terminalentri data; dan d. penggunaan file induk dan laporan khusus untuk memastikan bahwa seluruh data yang diproses telah diotorisasi. Pasal 29 Pengendalian kelengkapan sebagairnana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b sekurang-kurangnya mencakup: a. pengentrian dan pemrosesan seluruh transaksi yang telah diotorisasi ke dalam komputer; dan b. pelaksanaan rekonsiliasi data untuk memverifikasi kelengkapan data. Pasal 30 Pengendalian akurasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c sekurang-kurang nya mencakup: a. penggunaan disain entridata untuk mendukung akurasidata; b. pelaksanaan validasi data untuk mengidentifikasidata yang salah; c. pencatatan, pelaporan, investigasi, dan perbaikan data yang salah dengan segera; dan d. reviu atas laporan keluaran untuk mempertahankan akurasi dan validitas data. Pasal 31 Pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf d sekurang-kurangnya mencakup: a. penggunaan prosedur yang memastikan bahwa hanya program dan file data versi terkini digunakan selama pemrosesan; b. penggunaan program yang memiliki prosedur untuk memverifikasi bahwa versifile komputer yang sesuai digunakan selama pemrosesan; c. penggunaan program yang memiliki prosedur untuk mengecek internal file header labels sebelum pemrosesan; dan d. penggunaan aplikasi yang mencegah perubahan file secara bersamaan. Pasal 32....../

Pasal 32 Kepala SKPD wajib melaksanakan pengendalian fisik atas asset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf d' Dalam melaksanakan pengendalian fisik atas asset sebagaimana dimaksud pada ayat, pimpinan lnstansi Pemerintah wajib menetapkan, mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai: a. rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik; dan b. rencana pemulihan setelah bencana' rlpara skpd wajib mene,ro*:;::l3,l"r"ui, indikator dan ukuran kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf e' Dalam melaksanakan penetapan dan reviu indikator dan pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat, pimpinan lnstansi Pemerintah harus: a. menetapkan ukuran dan indikator kinerja; b. mereviu dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja; c. mengevaluasifaktor penilaian pengukuran kinerja; dan d. membandingkan secara terus-menerus data capaian kenerja dengan sasaran yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut. Pasal 34 Kepala SKPD wajib melakukan pemisahan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf f' Dalam melaksanakan pemisahan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat, Kepala SKPD harus menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 (satu) orang. Pasal 35 Kepala skpd wajib melakukan otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf g. Dalam melakukan otorisasi atas transaksi dan kejadian sebagaimana dimaksud pada ayat, Kepala SKPD wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai. Pasal 36 Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah wajib melakukan pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (3) huruf h' Dalam melakukan pencatatan yang akurat dan tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat, Kepala SKPD perlu mempertimbangkan: a. transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera; dan b. ktasifikasi...'..t

b. klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi atau kejadian. (3) Pasal 37 Kepala SKPD wajib membatasi akses atas sumber daya dan pencatatanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf i dan menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf j. Dalam melaksanakan pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya sebagaimana dimaksud pada ayat, Kepala SKPD wajib m'emberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala. Dalam menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya sebagimana dimaksud pada ayat, Kepala SKPD wajib menugaskan pegawai dan bertanggung jawab terhadap penyimpangan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala. Pasal 38 Kepala SKPD wajib menyelenggarakan dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian lntern serta transaksi dan kejadian penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3), huruf k. Dalam menyelenggarakan dokumentasi yang baik sebagaimana dimaksud pada ayat, Kepata SKPD wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan Secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh sistem Pengendalian lntern serta transaksidan kejadian penting. Bagian Kelima lnformasi dan komunikasi Pasal 39 Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Pasal 40 Komunikasi atas informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektlf sebagaimana dimaksud pada ayat, pimpinan lnstansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya: a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; b. mengelola, mengembangkan, dan memperlcaharui sistem informasi secara terus-menerus. Bagian Keenam.../

Bagian Keenam Pemantauan Pasal 41 Kepala SKPD wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian lntern. Pemantauan Sistem Pengendalian lntern sebagaimana dimaksud pada ayat, dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Pasal 42 Pemantauan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat, diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Pasal 43 Evaluasi terpisah sebagaimana dimaksud dalam diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan Sistem Pengendalian lntern. Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pemerintah atau pihak eksternal pemerintah. Pasal 41 ayat, pengujian efektivitas pengawasan intern Pasal 44 Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat, harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan. Pasal 45 Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Samosir. Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat, dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan SPIP yang disusun sesuai dengan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP yang ditetapkan oleh Kepala BPKP sebagai Pembina penyelenggaraan SPIP. Pasal 46 Dalam proses pembangunan dan pengembangan SPIP dibentuk Satuan Tugas SPIP Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan dan tugas pokok Satuan Tugas SPIP Pemerintah Kebupaten Samosir ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB ill...t

BAB III PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP Pasal 47 Kepala SKPD bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPIP dilingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat, dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD termasuk akuntabilitas keuangan daerah. Pasal 48 Pengawasan lntern sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat ' dilakukan oleh lnspektorat Kabupaten Samosir. (?) lnspektorat Kabupaten Samosir sebagaimana dimaksud pada ayat ' melakukan pengawasan intern melalui: a. audit; b. reviu; c. evaluasi, d. pemantauan; dan e. kegiatan Pengawasan lainnya. Pasal 49 lnspektorat Kabupaten samosir melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Satuan Keria Perangkat Daerah yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Samosir. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 50 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan' Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Samosir' Ditetapkan di Pangururan pada tanggal 16 Pebruari2011 BUPATI SAMOSIR, Capldto MANGINDAR SIMBOLON Drs. TIGOR SIMBOLON PEMBINA UTAMA MUDA NlP. {9510411 197801 { 002 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN20l{ NOMORJ' SERIFNOMOR t08