BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN PABRIK PT. GREAT GIANT PINEAPPLE Terbanggi, 17 April 2015

I. PENDAHULUAN. perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun 2000,

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan komoditas buah-buahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) BUAH NANAS PADA PROSES PASCA PANEN DI PT PQR

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Tahun Bawang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian dan

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian menyebar ke seluruh benua dengan perantara penduduk asli. James Drummond Dole adalah orang pertama yang mempelopori perusahaan yang memproduksi nenas komersial, Dole Hawaii Pineapple Co. (kemudian menjadi Dole Food Co.). Sampai dengan sekarang ini perdagangan nenas dunia berkembang dan didominasi oleh empat perusahaan agribisnis multinasional, Dole Food Company, Del Monte Foods, Fyffes dan Chiquita. Perusahaan-perusahaan besar ini masingmasing mempertahankan kepemilikan tanah yang luas di Amerika Latin dan Asia Tenggara untuk produksi nenas dan meningkatkan persediaan dengan mengontrak petani atau menyewa tanah. Selain mempertahankan basis pasokan yang beragam, perusahaan-perusahaan-perusahaan ini juga memiliki operasional yang terintegrasi, termasuk rumah pengemasan, ruang pendingin dan transportasi, fasilitas pengolahan, serta distribusi dan pemasaran (Anonim, 2012). Negara-negara tropis memiliki agroklimat yang cocok, tanah dan tenaga kerja melimpah. Pemerintah mendorong pertumbuhan industri ini melalui insentif investasi dan kebijakan liberal atas investasi asing yang memungkinkan akuisisi mudah modal dari luar negeri dan akses ke pasar luar negeri. Sebagian besar komoditas nenas dikalengkan dan diekspor ke negara-negara zona sedang berkembang (Asopa, 2003). 1

2 Sebagai negara yang berada di wilayah tropik ketersediaan varietas lokal yang potensial untuk komersialisasi, potensi agroklimat dan luas lahan yang tersedia sangat memadai untuk mendukung peran Indonesia dalam pasar global nenas. Apabila potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal maka nenas dapat dijadikan buah andalan baik untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri sehingga meningkatkan pendapatan devisa negara dan selanjutnya akan terkait dengan peningkatan pendapatan pelaku-pelaku agribisnis tanaman nenas (Sobir et. al, 2002). Sejak tahun 1960, produksi nenas di seluruh dunia telah meningkat sebesar 400%. Dengan diperkenalkannya varietas "Gold", dikembangkan dan dipatenkan oleh Del Monte Fresh pada 1990-an, produksi nenas telah tumbuh hampir 50% sejak tahun 1998. Perdagangan nenas dunia bentuk segar, jus, dan kaleng hampir meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir (Anonim, 2008). Nenas mempunyai kontibusi 8% terhadap produksi buah segar dunia (Hidayati, 2004). Sekarang ini, satu dari dua nenas ditanam untuk dijual di pasar ekspor. Dengan peningkatan permintaan konsumen untuk nenas segar dan jus sebesar hampir 1.4 juta ton per tahun, industri ekspor nenas telah berkembang menjadi sebuah rantai pasok yang kompleks (Anonim, 2008). Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Hasil panen buah nenas terpenting kedua setelah buah pisang mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Berdasarkan data statistik tahun 2000, perdagangan nenas mencapai 51% dari total 2,1 juta ton seluruh perdagangan buah. Di Indonesia, nenas merupakan produk hortikultura urutan ke tiga yang

3 paling banyak diproduksi. Pada tahun 2006 produksinya mencapai 1.427,781 ton dan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2007 mencapai 2.237, 858 ton (BPS, 2007). Gambar 1. Grafik Volume Ekspor Nenas Indonesia (Sumber: http://faostat.fao.org) Buah nenas dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau diolah menjadi produk seperti jus, selai, dan keripik. Selain daging buah, kulit buah dapat diolah menjadi sirup dengan mengkstraksi cairannya. Limbah yang dihasilkan dari proses ini dapat digunakan sebagai pakan ternak. Serat terutama pada daun dapat dimanfaatkan sebagai bahan kertas dan tekstil (Hidayati, 2004). Sejauh ini, sebagian besar produksi nanas di dunia adalah nenas kaleng. Nenas iris adalah produk yang paling bernilai; berikutnya adalah jus, nenas potongan dan dadu; produk lainnya adalah salad buah, sirup nanas, alkohol

4 dan asam sitrat. Baru-baru ini ekspor nenas segar ke pasar di negara-negara beriklim sedang meningkat pesat (Samsons, 1989). Menurut Benni (2007), produk nenas kaleng mempunyai peluang besar untuk dikembangkan karena memberikan kontribusi pada peningkatan nilai ekspor non migas nasional dan menduduki peringkat pertama pada nilai ekspor Indonesia untuk buah dalam kaleng yaitu sebesar 90 persen. Nenas kaleng merupakan pengolahan lebih lanjut dari buah nanas segar adalah produk utama buah kalengan dan hampir seluruh produksinya ditujukan untuk ekspor. PT Great Giant Pineapple merupakan perkebunan pertama di Indonesia yang mengembangkan riset secara intensif dalam membudidayakan tanaman nenas jenis smooth cayenne yang cocok untuk dikalengkan. Dengan luas 32.200 ha, kebun nenas PT Great Giant Pineapple merupakan perkebunan nenas terintegrasi yang terbesar di dunia dan menjadi pemimin produsen nenas olahan di Indonesia. PT Great Giant Pineapple telah mengekspor nenas ke lebih dari 50 negara dan mensuplai 15-20% total kebutuhan nenas dunia, 40% diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika Utara, dan 25% lainnya ke Asia Pasifik (Didin dan Sobir, 2009). Perusahaan ini berskala internasional dalam industri pengalengan nanas dan terintegrasi vertikal penuh (full integration). Menurut Hasibuan (1993) perusahaan yang terintegrasi vertikal penuh mengusahakan komoditas pertanian dari hulu ke hilir, yaitu mulai dari pengelolaan perkebunan, pabrik pengolahan, sampai dengan pemasaran.

5 Nenas dalam bentuk olahan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dalam bentuk buah segar diantaranya lama masa simpan lebih panjang dan distribusi lebih mudah karena produk nenas sudah dalam kemasan. Pemasaran sepenuhnya untuk tujuan ekspor turut menyumbang devisa negara dari sektor nonmigas sekaligus memperluas penyerapan tenaga kerja mengingat pengelolaan perkebunan yang dimiliki bersifat semi makanisasi. Histogram produksi nenas PT Great Giant Pineapple ditmapilkan pada Gambar 2. Gambar 2. Histogram Produksi Nenas PT Great Giant Pineapple Sebagai sentra produksi nenas yang cukup diandalkan, PT Great Giant Pineapple belum mempunyai hubungan dengan produsen nenas skala kecil atau melibatkan petani dalam pengadaan bahan baku. Hal ini disebabkan oleh sulitnya koordinasi antara petani dengan pihak industri yang dapat menyebabkan jadwal kerja pabrik terganggu karena masa panen nanas tidak seragam, ukuran buah

6 bervariasi, dan pengangkutan tidak efisien karena kebun petani luasannya sempit, terpencar-pencar, dan jauh dari lokasi pabrik pengalengan nenas. Bahan baku buah nenas segar yang digunakan untuk pengolahan buah kaleng diperoleh dari hasil perkebunan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas, kontinuitas, dan efisiensi suplai bahan baku. Buah nenas segar hasil dari perkebunan diproses kurang dari 24 jam menjadi produk nenas olahan. Output yang dihasilkan selanjutnya disalurkan kepada konsumen melalui perusahaan lain baik yang terintegrasi dengannya atau tidak. Melihat luasnya pasar hasil produk nenas olahan maka berbagai penelitian tentang peluang peningkatan produksi buah nenas akan berguna dan sangat dibutuhkan. 1.2 RUMUSAN MASALAH Tanaman nenas dibudidayakan oleh PT Great Giant Pineapple pada lahan perkebunan seluas ± 20.000 ha. Perkebunan ini dikelola secara semi mekanisasi menggunakan alat mesin pertanian dan sebagian aktivitasnya menggunakan tenaga kerja manual. Pengolahan tanah, penanaman tanaman, perawatan, sampai panen telah direncanakan dengan baik dalam organisasi yang telah terstruktur berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pengelolaan perkebunan di PT Great Giant Pineapple merupakan gambaran pertanian modern yang dapat menjadi contoh bagi praktek pertanian secara umum di Indonesia. Produksi buah nenas dapat ditingkatkan dengan mengombinasikan faktor produksi yang digunakan sebagai input. Terdapat banyak faktor yang terlibat dalam proses produksi di perkebunan PT Great Giant Pineapple. Permasalahan

7 yang dihadapi adalah bagaimana mengidentifikasi faktor produksi dominan untuk kemudian secara fokus dievaluasi pengaruhnya terhadap produksi nenas. Dalam penelitian ini identifikasi faktor dominan dilakukan dengan Analytic Hierarchy Process sedangkan penentuan pola hubungan faktor produksi perkebunan dan pengaruhnya terhadap produksi nenas digunakan analisa six sigma. Hubungan antara faktor dari proses produksi diakomodasi dalam fungsi produksi. Hasil dari penelitian ini akan memberikan informasi dan evaluasi proses produksi perkebunan nanas yang dilakukan di PT Great Giant Pineapple, menentukan peningkatan rerata produksi dan penghematan yang memungkinkan untuk dilakukan melalui perbaikan proses produksi sehingga dapat menjadi referensi bagi perkebunan konvensional. 1.3. BATASAN MASALAH 1. Penelitian ini berfokus pada penentuan faktor produksi dominan perkebunan dan pola hubungannya pada perkebunan PT Great Giant Pineapple yang mewakili faktor produksi perkebunan nenas skala luas yang dikelola secara intensif dengan sistem semi-mekanisasi pertanian. 2. Responden dalam penelitian ini adalah Manajemen PT Great Giant Pineapple sebagai pengambil keputusan dalam operasional perkebunan. 3. Data sekunder yang digunakan diambil dari Sistem Informasi Plantation (SIP) tahun produksi 2010-2011 pada tanaman Plant Crop (PC). Plant Crop adalah tanaman nenas yang langsung ditanam dari bagian vegetatif tanaman nenas sedangkan tanaman nenas yang dipelihara dari tunas sucker/slip asal tanaman Plant Crop populer dikenal dengan istilah Ratoon Crop (RC).

8 1.4. TUJUAN 1. Memahami proses produksi nenas di perkebunan yang dikelola secara intensif dan modern beserta faktor-faktor produksi yang berpengaruh. 2. Mengidentifikasi faktor produksi perkebunan yang dominan di PT GGP dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) 3. Menentukan pola hubungan antar faktor produksi terhadap produksi nenas yang digambarkan dalam fungsi produksi. 4. Menentukan peningkatan produksi nenas dan penghematan biaya yang dapat tercapai dari alternatif solusi yang diperoleh dengan analisa six sigma. 1.3 MANFAAT PENELITIAN 1. Digunakan sebagai informasi mengenai agroindustri nenas secara umum dan khususnya perkebunan PT Great Giant Pineapple. 2. Memberikan gagasan kepada pelaku agroindustri untuk memahami permasalahannya dalam meningkatkan produksi dan menghemat biaya produksi. 3. Penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam pelaksanaan penelitian-penelitian berikutnya yang sejenis.