KAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP MUTU SABUN TRANSPARAN ABSTRACT

APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

FORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL)

III. BAHAN DAN METODE

III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

KAJIAN PROSES PEMBUATAN SABUN SCRUB MENGGUNAKAN SERAT OYONG (Luffa acutangula) KERING. Oleh TYAS KHUMAIDA KEN D. F

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

PEMBUATAN SABUN PADAT AROMATERAPI DARI MINYAK KELAPA MURNI (Virgin Coconut Oil) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK GUBAL GAHARU (Aquilaria malaccensis)

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

BAB III BAHAN DAN METODE

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

LAPORAN TUGAS AKHIR. Sabun Pencuci Piring Cair dengan Inovasi Penambahan Ekstrak Aloe Vera sebagai Anti Bakterial yang Bernilai Ekonomis Tinggi

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Halaman Judul + Biodata Pengusul Pembuatan sabun dengan memanfaatkan ekstrak lidah buaya sebagai bahan penghalus kulit.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

EVALUASI MUTU SABUN PADAT TRANSPARAN DARI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN PENAMBAHAN SLS (Sodium Lauryl Sulfate) DAN SUKROSA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

MATERI DAN METODE. Materi

PEMANFAATAN STEARIN DALAM PROSES PEMBUATAN SABUN MANDI PADAT. Vonny Indah Sari* Program Studi Teknik Pengolahan Sawit, Politeknik Kampar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

PEMANFAATAN MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI BAHAN DASAR SABUN MANDI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN


BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

METODE. Materi. Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

SABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M )

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

BAB III BAHAN DAN METODE

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

Transkripsi:

Ani Suryani, Erliza Hambali, dan Hasanah Kurniadewi KAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE Ani Suryani, Erliza Hambali, dan Hasanah Kurniadewi Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB ABSTRACT The Aloe vera gel consists of saponin which is able to control and maintain skin moist. pollen consists of high protein as well as A, B, C, D, and E vitamins used to regenerate skin and to supply some nutrition to the skin. Based on those facts, aloe vera gel and bee pollen could be used in opaque soap which in return could give an additional value and increase selling point and benefit. The best opaque soap is made from the Aloe vera gel with the concentration of 5% and the bee pollen of 5%. The soap characteristics are as follows; moisture content 9,37%; the amount of fatty acid 72,18%; the degree of unsaponifiable fraction,43%; insoluble matter in alcohol,57%; the degree of free alkali as sodium hydroxide (NaOH),22%; ph 9,35; emulsion stability 96,9% and foam stability 92,95%. Key words : Aloe vera, bee pollen, opaque soap PENDAHULUAN Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman asli Afrika, yang termasuk golongan Liliaceae. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, memperluas pemanfaatan khasiat lidah buaya. Pemanfaatan lidah buaya kini tidak hanya terbatas pada tanaman hias saja tetapi juga sebagai obat dan bahan baku pada industri kosmetika. Keistimewaan lidah buaya ini terletak pada gelnya yang dapat membuat kulit tidak cepat kering dan selalu kelihatan lembab. Keadaan tersebut disebabkan sifat gel lidah buaya yang mampu meresap ke dalam kulit, sehingga dapat menahan kehilangan cairan yang terlampau banyak dari dalam kulit (Suryowidodo, 1988). Kandungan saponin yang terdapat dalam gel lidah buaya dapat membersihkan kotoran dari kulit, melembutkan, melembabkan dan menambah kehalusan kulit (www.geocities.com). Selain menghasilkan madu, lebah madu juga menghasilkan bee pollen. pollen memiliki kandungan protein yang tinggi serta mengandung vitamin A, B, C, D dan E sehingga dapat berfungsi untuk membantu regenerasi kulit dan memberikan nutrisi pada kulit (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 23). Sabun merupakan pembersih tubuh yang digunakan sehari-hari. Sabun dengan air dapat membersihkan kotoran dari permukaan kulit seperti kotoran minyak, keringat, sel-sel kulit yang telah mati dan sisa kosmetik. Sabun opaque adalah sabun berbentuk batang yang secara fisik terlihat tidak transparan. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan penambahan gel lidah buaya dan bee pollen dalam pembuatan produk sabun opaque dapat memberi nilai tambah pada produk sabun serta menambah nilai jual dan manfaat dari tanaman lidah buaya dan bee pollen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen terbaik pada produk sabun opaque dan mengetahui karakteristik sabun opaque yang dihasilkan. Bahan dan Alat METODOLOGI Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam stearat, minyak kelapa, NaOH, air, gliserin, NaCl, EDTA, gel lidah buaya, bee pollen serta bahan-bahan lain untuk analisis. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas piala, pisau stainless steel, saringan, timbangan, blender, pengaduk dan pemanas (hot plate stirer), labu takar, termometer, cetakan dan alat-alat lain untuk analisis. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pembuatan sabun dan analisis produk sabun yang dihasilkan. Pembuatan Sabun Sebelum melakukan proses pembuatan sabun, terlebih dahulu dilakukan persiapan gel lidah buaya hingga dapat digunakan dalam pembuatan sabun dengan menambahkan asam sitrat (untuk menghambat terjadinya proses pencoklatan enzimatis pada gel lidah buaya) dan natrium benzoat (sebagai bahan J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(2), 4-45 4

Kajian Penggunaan Lidah Buaya (Aloe Vera) dan pengawet untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada gel lidah buaya) masing-masing sebanyak,1% dari berat gel lidah buaya dan selanjutnya dilakukan blansir pada suhu 7-8 o C selama 3-5 menit. Pembuatan sabun opaque dilakukan dengan mencampurkan asam stearat dan minyak kelapa dengan larutan NaOH dengan pemanasan hingga membentuk stock sabun, kemudian dilakukan pencampuran bahan-bahan lain seperti gliserin, NaCl, EDTA, gel lidah buaya dan bee pollen hingga homogen lalu dicetak dan didiamkan selama 24 jam. Formula yang digunakan untuk pembuatan sabun opaque dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis Produk Analisis produk sabun bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia produk yang dihasilkan dan mengetahui kesesuaian dengan standar SNI 6-3532-1994. Analisis yang dilakukan adalah kadar air, jumlah asam lemak, fraksi tak tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol dan alkali bebas. Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap ph, stabilitas emulsi dan stabilitas busa. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial (4 x 2) dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah konsentrasi gel lidah buaya (5, 1, 15 dan 2 %), dan konsentrasi bee pollen (5 dan 1 %). Model matematika rancangan tersebut adalah sebagai berikut : Y ijk = µ + A i + B j + AB ij + ijk Y ijk : variabel respon yang diamati akibat pengaruh faktor A (i=1,2,3,4), faktor B (j=1,2) dan ulangan ke-k (k=1,2) µ : Rata-rata sebenarnya A i : Pengaruh faktor A (konsentrasi gel lidah buaya) pada taraf ke-i B j : Pengaruh faktor B (konsentrasi bee pollen) pada taraf ke-j AB ij : Pengaruh interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor B pada taraf ke-j ijk : Galat pada ulangan ke-k karena A i dan B j HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik sabun opaque yang dihasilkan disesuaikan menurut spesifikasi mutu yang terdapat dalam SNI 6-3532-1994. Karakterisasi sabun opaque ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dengan parameter kadar air, jumlah asam lemak, fraksi tak tersabunkan, bagian tak larut dalam alkohol, alkali bebas, ph, stabilitas emulsi dan stabilitas busa. Kadar Air Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu bahan. Menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun maksimum sebesar 15%. Rata-rata kadar air sabun opaque yang dihasilkan berkisar antara 9,37-14,11%. Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap kadar air menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel lidah buaya berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=,5), sedangkan faktor konsentrasi bee pollen dan interaksi antara konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen menunjukkan tidak berbeda nyata. buaya 1 dan 15% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi gel lidah buaya 5 dan 2%. Hal ini disebabkan adanya kandungan air yang sangat tinggi di dalam gel lidah buaya, sehingga semakin tinggi penambahan konsentrasi gel lidah buaya maka semakin besar pula kadar air yang terdapat pada sabun opaque yang dihasilkan. Air merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam gel lidah buaya yaitu sebesar 99,51% (Aloe Vera Center, 24). Tabel 1. Formulasi Sabun Opaque Bahan Formula (% b/b) 1 2 3 4 5 6 7 8 Asam Stearat 14, 13,22 12,44 11,67 13,22 12,44 11,67 1,89 Minyak Kelapa 4, 37,78 35,56 33,33 37,78 35,56 33,33 31,11 NaOH 3% 32, 3,22 28,44 26,66 3,22 28,44 26,67 24,88 Gliserin 3,6 3,4 3,2 3, 3,4 3,2 3, 2,8 NaCl,2,19,18,17,19,18,17,16 EDTA,2,19,18,17,19,18,17,16 Gel Lidah Buaya 5, 1, 15, 2, 5, 1, 15, 2, Pollen 5, 5, 5, 5, 1, 1, 1, 1, Jumlah 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 41 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(2), 4-45

Kadar Fraksi Tak Tersabunkan (%) Kadar Air (%) Ani Suryani, Erliza Hambali, dan Hasanah Kurniadewi Nilai rata-rata kadar air terendah terdapat pada sabun opaque yang menggunakan gel lidah buaya dan bee pollen masing masing sebesar 5%, sedangkan nilai rata-rata kadar air tertinggi diperoleh pada penggunaan gel lidah buaya 2% dan bee pollen 1%. Semakin tinggi konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen maka semakin tinggi pula kandungan air yang terdapat di dalam sabun opaque seperti terlihat pada Gambar 1. 15 1 5 Gambar 1. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Gel Lidah Buaya dan Konsentrasi Pollen terhadap Kadar Air Jumlah Asam Lemak Jumlah asam lemak pada sabun menunjukkan total jumlah asam lemak yang telah tersabunkan dan asam lemak bebas yang terkandung pada sabun. Menurut SNI (1994), jumlah asam lemak sabun minimal sebesar 7%. Hasil analisis menunjukkan rata-rata jumlah asam lemak sabun opaque berkisar antara 7,49-72,19%. Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap jumlah asam lemak menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel lidah buaya, konsentrasi bee pollen dan interaksi keduanya tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=,5). Dalam suatu formulasi, asam lemak berperan sebagai pengatur konsistensi. Asam lemak diperoleh secara alami melalui hidrolisis trigliserida (William dan Schmitt, 22). Ditambahkan pula oleh Spitz (1996), bahwa asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan membuat sabun menjadi lebih tahan lama pada kondisi setelah digunakan. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan Madu Pollen 5% Madu Pollen 1% Menurut SNI (1994), fraksi tak tersabunkan yang terdapat pada sabun maksimum sebesar 2,5%. Fraksi tak tersabunkan menunjukkan bagian komponen di dalam sabun yang tidak tersabunkan karena tidak bereaksi atau tidak berikatan dengan senyawa alkali (Natrium) pada proses pembuatan sabun. Hasil analisis menunjukkan nilai rata-rata fraksi tak tersabunkan sabun yang dihasilkan berkisar antara,43-,87%. Hasil analisis keragaman terhadap fraksi tak tersabunkan menunjukkan bahwa faktor konsentrasi bee pollen berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=,5), sedangkan faktor konsentrasi gel lidah buaya dan interaksi antara konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen menunjukkan tidak berbeda nyata. pengaruh perlakuan antara konsentrasi bee pollen 5 dan 1% berbeda nyata. Hal ini disebabkan adanya kandungan sterol dan pigmen yang terdapat dalam bee pollen. Menurut Ketaren (1986), yang termasuk fraksi tak tersabunkan misalnya persenyawaan sterol dan pigmen. Berdasarkan hasil pengamatan, peningkatan penambahan konsentrasi bee pollen yang digunakan dapat meningkatkan kadar fraksi yang tak tersabunkan pada sabun opaque yang dihasilkan seperti terlihat pada Gambar 2. Semakin tinggi penambahan konsentrasi bee pollen maka semakin tinggi pula kadar fraksi tak tersabunkan yang terdapat pada sabun opaque yang dihasilkan. 1..8.6.4.2. Gambar 2. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Gel Lidah Buaya dan Konsentrasi Pollen terhadap Kadar Fraksi Tak Tersabunkan Fraksi tak tersabunkan dapat mengurangi kemampuan sabun dalam membersihkan minyak atau kotoran lainnya (Spitz, 1996). Fraksi tak tersabunkan merupakan komponen yang dapat menghambat proses pembersihan atau daya deterjensi. Bagian Tak Larut dalam Alkohol Madu Pollen 5% Madu Pollen 1% Analisis bagian yang tak larut dalam alkohol dilakukan untuk mengetahui banyaknya komponen yang tidak larut dalam alkohol yang terdapat pada sabun opaque. Menurut SNI (1994), bagian tak larut J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(2), 4-45 42

ph Bagian Tak Larut dalam Alkohol (%) Kajian Penggunaan Lidah Buaya (Aloe Vera) dan alkohol yang terdapat pada sabun maksimum sebesar 2,5%. Berdasarkan hasil analisis, sabun opaque ratarata mempunyai bagian yang tidak larut dalam alkohol berkisar antara,57-,62%. Hasil analisis keragaman terhadap bagian tak larut alkohol menunjukkan bahwa faktor konsentrasi bee pollen berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=,5), sedangkan faktor konsentrasi gel lidah buaya dan interaksi antara konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen menunjukkan tidak berbeda nyata. pengaruh perlakuan antara konsentrasi bee pollen 5% dan 1% berbeda nyata. Nilai rata-rata bagian tak larut alkohol terendah terdapat pada sabun opaque yang menggunakan gel lidah buaya dan bee pollen masing masing sebesar 5%, sedangkan nilai rata-rata bagian tak larut alkohol tertinggi diperoleh pada penggunaan gel lidah buaya 2% dan bee pollen 1%. Semakin tinggi konsentrasi bee pollen yang digunakan maka semakin tinggi pula bagian tak larut dalam alkohol pada sabun opaque yang dihasilkan seperti terlihat pada Gambar 3. Hal ini disebabkan adanya kandungan pati dan protein yang terdapat pada pollen..8.6.4.2 Madu Pollen 5% Madu Pollen 1% kadar alkali bebas pada sabun maksimum sebesar,1%. Hasil analisis menunjukkan rata-rata alkali bebas pada sabun opaque berkisar antara,12-,22%. Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap alkali bebas menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi gel lidah buaya, konsentrasi bee pollen dan interaksi keduanya tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=,5). Hal ini berarti bahwa penambahan gel lidah buaya dan bee pollen pada formulasi sabun opaque tidak berpengaruh terhadap kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH dari sabun opaque yang dihasilkan. Derajat Keasaman (ph) Menurut Wasitaatmadja (1997), ph yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit menjadi teriritasi. Sabun opaque yang dihasilkan mempunyai ph ratarata berkisar antara 7,65-9,35. Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap ph menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=,5), sedangkan interaksi antara konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen menunjukkan tidak berbeda nyata. buaya 1 dan 15% tidak berbeda nyata dan kedua konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi gel lidah buaya 5 dan 2%, sedangkan uji lanjut Duncan terhadap bee pollen memperlihatkan bahwa pengaruh perlakuan antara konsentrasi bee pollen 5 dan 1% berbeda nyata.. 1 8 Gambar 3. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Gel Lidah Buaya dan Konsentrasi Pollen terhadap Bagian Tak Larut dalam Alkohol Menurut ASTM (21), bagian tak larut dalam alkohol meliputi garam alkali seperti karbonat, silikat, fosfat dan sulfat serta pati, selain itu apabila protein ditambah alkohol maka protein akan menggumpal. Kadar Alkali Bebas yang Dihitung Sebagai Kadar NaOH Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada proses pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi standar dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Menurut SNI (1994), 6 4 2 Madu Pollen 5% Madu Pollen 1% Gambar 4. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Gel Lidah Buaya dan Konsentrasi Pollen terhadap ph Nilai rata-rata ph tertinggi terdapat pada sabun opaque yang menggunakan gel lidah buaya dan bee pollen masing-masing sebesar 5%, sedang-kan nilai rata-rata ph terendah diperoleh pada penggunaan gel 43 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(2), 4-45

Stabilitas Busa (%) Stabilitas Emulsi (%) Ani Suryani, Erliza Hambali, dan Hasanah Kurniadewi lidah buaya 2% dan bee pollen 1%. Semakin tinggi penambahan konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen maka semakin rendah ph sabun opaque yang dihasilkan seperti terlihat pada Gambar 4. Hal tersebut disebabkan gel lidah buaya dan bee pollen yang bersifat asam dengan ph masing-masing sebesar 4,32 dan 4,2. Stabilitas Emulsi Menurut Suryani, et. al. (22), sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsistensi tetap. Hasil analisis menunjukkan nilai rata-rata stabilitas emulsi sabun opaque yang dihasilkan berkisar antara 94,35-96,9%. Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap stabilitas emulsi menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=.5), sedangkan interaksi antara konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen menunjukkan tidak berbeda nyata. buaya 1, 15 dan 2% tidak berbeda nyata dan ketiga konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi gel lidah buaya 5%, sedangkan uji lanjut Duncan terhadap bee pollen memperlihatkan bahwa perlakuan antara konsentrasi bee pollen 5 dan 1% berbeda nyata. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perbandingan atau rasio antara fase terdispersi dan fase pendispersi. Gel lidah buaya dan bee pollen merupakan fase terdispersi pada sistem emulsi sabun tipe w/o dengan lemak sebagai fase pendispersinya. Selain itu, ukuran partikel dan distribusi gel lidah buaya dan bee pollen juga dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Nilai rata-rata stabilitas emulsi tertinggi terdapat pada sabun opaque yang menggunakan gel lidah buaya dan bee pollen masing masing sebesar 5%, sedangkan nilai rata-rata stabilitas emulsi terendah diperoleh pada penggunaan gel lidah buaya 2% dan bee pollen 1%. Kestabilan suatu emulsi sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti ukuran partikel dan distribusi, jenis emulsifier yang digunakan, rasio antara fase terdispersi dan fase pendispersi dan perbedaan tegangan antara dua fase (Suryani, et al., 22). Semakin tinggi penambahan konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen maka stabilitas emulsinya akan semakin rendah seperti terlihat pada Gambar 5. Stabilitas Busa Hasil analisis menunjukkan nilai rata-rata stabilitas busa sabun opaque yang dihasilkan berkisar antara 92,95-85,64%. Hasil analisis keragaman terhadap stabilitas busa menunjukkan bahwa faktor konsentrasi gel lidah buaya dan konsentrasi bee pollen berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α=,5), sedangkan interaksi antara konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen menunjukkan tidak berbeda nyata. 1 75 5 25 Madu Pollen 5% Madu Pollen 1% Gambar 5. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Gel Lidah Buaya dan Konsentrasi Pollen terhadap Stabilitas Emulsi buaya 5, 1 dan 15% tidak berbeda nyata dan ketiga konsentrasi tersebut berbeda nyata terhadap konsentrasi gel lidah buaya 2%, sedangkan uji lanjut Duncan terhadap bee pollen memperlihatkan bahwa pengaruh perlakuan antara konsentrasi bee pollen 5 dan 1% berbeda nyata. Hal ini disebabkan adanya kandungan saponin yang terdapat dalam gel lidah buaya. Saponin selain dapat membersihkan juga dapat meningkatkan jumlah busa, namun busa yang dihasilkan tidak stabil sehingga semakin tinggi gel lidah buaya yang ditambahkan maka stabilitas busanya akan semakin menurun. 1 75 5 25 Madu Pollen 5% Madu Pollen 1% Gambar 6. Histogram Hubungan antara Konsentrasi Gel Lidah Buaya dan Konsentrasi Pollen terhadap Stabilitas Busa J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(2), 4-45 44

Kajian Penggunaan Lidah Buaya (Aloe Vera) dan Pada Gambar 6 dapat dilihat, nilai rata-rata stabilitas busa tertinggi ter-dapat pada sabun opaque yang menggunakan gel lidah buaya dan bee pollen masing masing sebesar 5%, sedangkan nilai ratarata stabilitas busa terendah diperoleh pada penggunaan gel lidah buaya 2% dan bee pollen 1%. Sehingga semakin tinggi penambahan konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen maka stabilitas busa akan semakin rendah. Pembobotan Hasil Pengamatan Berdasarkan hasil analisis terhadap karakteristik sabun menunjukkan bahwa semua formulasi sabun opaque dapat memenuhi persyaratan menurut SNI 6-3532-1994 sehingga dilakukan teknik pembobotan untuk mendapatkan formulasi sabun opaque terbaik. Pembobotan yang dilakukan ber-dasarkan penilaian tingkat kepentingan semua parameter hasil analisis karakteristik sifat fisiko kimia (objektif). Penilaian hasil pembobotan berdasarkan tingkat kepentingan menggunakan nilai numerik disajikan pada Tabel 2. Teknik pembobotan dilakukan dengan menentukan nilai peringkat (N) pada semua parameter objektif, kemudian didapat nilai hasil perkalian (T) antara masing-masing nilai peringkat dengan nilai bobotnya. Dari hasil pembobotan didapatkan formulasi sabun opaque terbaik dengan menggunakan gel lidah buaya 5% dan bee pollen 5% (A1B1) dengan nilai 6,19. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan hasil pembobotan, konsentrasi gel lidah buaya 5% dan bee pollen 5% merupakan formula terbaik untuk pembuatan sabun opaque dengan kadar air 9,37%; jumlah asam lemak 72,18%; fraksi tak tersabunkan,43%; bagian tak larut dalam alkohol,57%; alkali bebas,22%; minyak mineral negatif; ph 9,35; stabilitas emulsi dan stabilitas busa masing-masing sebesar 96,9% dan 92,95%. DAFTAR PUSTAKA Aloe Vera Center. 24. Profil Agrobisnis Aloe vera di Kota Pontianak Kalimantan Barat. Aloe Vera Centre, Pontianak. Annual Book of ASTM Standards. 21. Volume 15.4. West Conshohocken, PA United Status. BSN. 1994. SNI 6-3532-1994. Pusat Perlebahan Apriari Pramuka. 23. Lebah Madu, Cara Beternak dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya, Jakarta. Spitz, L. 1996. Soaps and Detergent a Theoretical and Practical Review. AOCS Press. Champaign-Illinois. Suryani, A, I. Sailah, dan E. Hambali. 22. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suryowidodo, C. W. 1988. Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Sebagai Bahan Baku Industri. Journal Agro-Based Industri: vol 5, No 2, pp: 66-71. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI-Press, Jakarta. Williams D. F, W.H. Schmitt. 22. Kimia dan Teknologi Industri Kosmetika dan Produk- Produk Perawatan Diri. Terjemahan. FATETA IPB, Bogor. Parameter Nilai Kepentingan Tabel 2. Hasil Pembobotan berdasarkan Nilai Kepentingan Bobot Perlakuan A1B1 A1B1 A3B1 A4B1 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2 N T N T N T N T N T N T N T N T 1. Kadar Air 4,129 8 1,3 6,77 4,52 2,26 7,9 5,65 3,39 1,13 2. Jumlah asam lemak 3,97 8,77 6,58 5,48 2,19 7,68 4,39 3,29 1,1 3. Kadar fraksi tak tersabunkan 3,97 8,77 5,48 6,58 7,68 1,1 2,19 3,29 4,39 4. Bagian tak larut dalam alkohol 3,97 8,77 7,68 6,58 5,48 4,39 3,29 2,19 1,1 5. Kadar alkali bebas 3,97 1,1 3,5,34 3,5,34 6,5,63 3,5,34 3,5,34 6,5,63 8,77 6. ph 5,161 1,16 2,32 3,48 4,65 5,81 6,97 7 1,13 8 1,29 7. Stabilitas Emulsi 5,161 8 1,29 6,97 5,81 4,65 7 1,13 3,48 2,32 1,16 8. Stabilitas busa 5,161 8 1,29 7 1,13 6,97 2,32 5,81 4,65 3,48 1,16 Jumlah 31 1 6,19 5,27 4,76 3,85 5,15 3,95 3,73 3,1 Keterangan : N : Nilai Peringkat T : Hasil perkalian antara bobot dengan nilai peringkat A : Konsentrasi gel lidah buaya; A1=5%; A2=1%; A3=15%; dan A4=2%. B : Konsentrasi pollen; B1=5%; B2=1%. 45 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 15(2), 4-45