KUALITAS KIMIA DAGING KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) JANTAN DAN KAMBING PERANAKAN BOER (PB) KASTRASI

dokumen-dokumen yang mirip
KADAR PROTEIN DAN PROFIL ASAM AMINO DAGING KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) JANTAN DAN PERANAKAN BOER (PB) KASTRASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

KAJIAN KUALITAS FISIK DAN KIMIA DAGING KAMBING DI PASAR KOTA MALANG

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG, PERANAKAN ETAWAH DAN KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,

KOMPOSISI KIMIA DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI URINASI DAN LEVEL KONSENTRAT YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

Karakteristik mutu daging

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

KANDUNGAN NILAI GIZI PADA SAYUR LILIN (Saccharum edule Hasskarl) MAKANAN KHAS DI HALMAHERA UTARA, MALUKU UTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

Bab III Bahan dan Metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

Kualitas Daging Kambing yang Disimpan pada Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Subjektif dan Objektif

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

Transkripsi:

KUALITAS KIMIA DAGING KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) JANTAN DAN KAMBING PERANAKAN BOER (PB) KASTRASI Chemical Quality of Male Etawah Crossbred and Castrated Boer Crossbred Goat Meat Djalal Rosyidi 1, Lilik Eka Radiati 1 dan Nadhirotul Uyun 2 1) Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 2) Alumni Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Diterima 11 Maret 2009; diterima pasca revisi 5 Agustus 2009 Layak diterbitkan 12 Agustus 2009. ABSTRACT The aim of this study was to know the chemical quality (moisture, protein, fat, calcium, phosphorus) of male Etawah crossbred and castrated Boer crossbred goat meat. The result expected can be used as further information about the chemical quality of male Etawah crossbred and castrated Boer crossbred goat meat and as future researches. The material of the research were loin meat, front and back thigh of male Etawah crossbred and castrated Boer crossbred goat, these meat parts were the fineground and 10 gram were taken for sample preparation. The result show that the different species of goat statistically was no significant effect (P>0.05) on moisture, protein, fat, calcium and phosphorus. The chemical quality of male Etawah crossbred and castrated Boer crossbred goat (moisture obtained from vacuum oven, fat from soxhlet, protein from semimicro kejldahl, calcium and phosphorus from Spectrophotometer) is (71.080%, 69.886%; 17.120%, 17.907%; 8.358%, 8.981%; 13.846 mg/100g, 18.811mg/100g; 134.817mg/100g, 151.032mg/100g). The conclusion was moisture content from male Etawah crossbred was higher than castrated Boer crossbred, but fat, protein, calcium, and phosphorus content castrated Boer crossbred were higher than castrated Boer crossbred. Key Words: male Etawah crossbred, castrated Boer crossbred, moisture. PENDAHULUAN Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Mutu protein daging cukup tinggi dan terdapat pula kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Komponen utama daging adalah lemak, protein, abu dan air (Khatimah, 2000). Komposisi daging bervariasi dan dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, makanan sewaktu ternak masih hidup, dan bangsa ternak. Rata-rata komposisi kimia daging adalah sebagai berikut: protein bervariasi antara 16-22%, lemak 1,5-13%, senyawa nitrogen non protein 1,5%, senyawa anorganik 1%, karbohidrat 0,5%, dan air antara 65-80% (Soeparno, 1998). 9

Daging kambing merupakan salah satu daging yang disukai oleh masyarakat. Karakteristik daging kambing yaitu warna daging kambing lebih gelap dibanding warna daging sapi (light red to brick red), serat yang halus dan lembut, mempunyai bau yang lebih keras jika dibandingkan daging sapi, lemak daging kambing keras dan kenyal serta berwarna putih kekuningan (Winarno, 1993). Daging kambing mempunyai nilai kalori sebesar 154 kkal, protein 16,6%, dan lemak 9,2% (Karyadi dan Muhilal, 2005). Kualitas kimia daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, metode pemasakan, lemak intramuskular (marbling), tingkat keasaman (ph) daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk daging), metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging, serta lokasi otot (Astawan, 2004). Kualitas kimia daging pada tiap bangsa kambing tidak sama, oleh karena itu perlu adanya suatu penelitian yang bertujuan untuk meneliti sejauh mana perbedaan kualitas kimia ini ditinjau dari kadar air, protein, lemak, kandungan kalsium (Ca) dan fosfor (P) pada kastrasi. MATERI DAN METODE Materi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging bagian loin, paha depan dan belakang dari kambing PE jantan dan PB kastrasi (umur 8 bulan). Jumlah kambing keseluruhan sebanyak 10 ekor, terdiri dari 5 kambing PE jantan dan 5 kambing PB kastrasi. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian kimia antara lain: tablet Kjeldahl, aquades, Phenolpthalien 1%, indikator Shertosiro, K-Oxalat, formaldehyde, H 2 SO 4 pekat, NaOH, HCl 0,1 N dan petroleum eter. Alat-alat yang digunakan dalam pengujian adalah : pipet volume (Pyrex, Japan), gelas ukur (Assistant, Japan), erlenmeyer (Pyrex, Japan), Labu Destilasi (Pyrex 500 ml, Japan) oven (Memmert UM 400, Germany), botol timbang, Soxhlet (Pyrex 100 ml, Schwabach W Germany), Kjeldahl, Spectrophotometer Shimadzu uv-vis (Shimadzu Corporation, Japan). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yang membandingkan dua jenis ternak kambing PE jantan dan PB kastrasi, dengan pengujian pada kadar air meggunakan oven, protein dengan semimicro Kjeldahl, lemak dengan Soxhlet, Ca dan P dengan Spectrophotometer, sedangkan analisa statistik data yang digunakan adalah Uji t (t-test) dengan membandingkan perbedaan kualitas kimia (kadar air, protein, lemak, dan kandungan Ca dan P) diantara dua bangsa kambing (PE jantan dan PB kastrasi), dan data yang diperoleh dibahas secara deskriptif. Menurut Sastrosupadi (1999), data hasil percobaan ditata dalam suatu tabel analisa ragam, apabila hasil ragam yang diperoleh melalui analisis ragam dilihat dalam tabel t apakah berbeda nyata atau 10

tidak antara kualitas PE jantan dan PB kastrasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Kimia Daging Kambing PE Hasil pengujian kadar air (oven), protein (semi micro kjeldahl), lemak (soxhlet), Ca dan P (Spectrophotometer) kastrasi disajikan pada Tabel 1. Hasil uji t menunjukkan bahwa kualitas kimia kastrasi menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Kadar Air Daging Kambing PE Hasil pengujian kadar air daging kambing PE jantan dan PB kastrasi disajikan pada Tabel 1. Hasil uji t menunjukkan bahwa kadar air daging kambing PE jantan dan PB kastrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Kadar air daging kambing PE jantan cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kambing PB kastrasi, tetapi menurut perhitungan statistik uji t tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05). Ratarata kadar air yang diperoleh pada daging kambing PE jantan sebesar 71,080% dan daging kambing PB kastrasi sebesar 69,886%, hal ini sesuai dengan Soeparno (1998) yang menyatakan bahwa kadar air daging berkisar antara 68-75%. Perbedaan kadar air dapat dipengaruhi oleh adanya faktor lingkungan dan genetik (Berg dan Butterfield, 1976). Disamping konsentrasi kadar air dalam karkas dan non karkas tidak berbeda di antara genotip, demikian juga kandungan kadar air pada karkas dalam primal cuts adalah sama, dan sedikit berbeda pada konsentrasi lean, tulang, dan lemak pada primal cuts (Cameron, Luo, Sahlu, Hart, Coleman and Goetsch, 2001). Kadar air juga dapat dipengaruhi oleh kondisi umur. Pada ternak muda kadar air terdapat lebih tinggi dari ternak tua, kadar air tubuh berbanding terbalik dengan kadar lemak tubuh. Demikian juga ukuran tubuh ternak dapat mempengaruhi kadar air. Pada ternak gemuk kadar air terdapat lebih rendah dari pada ternak kurus (Astuti, 1995). Tingginya kadar air juga dapat dikarenakan rendahnya kadar lemak, dalam hal ini karena persilangan akan menurunkan persen lemak dan meningkatkan lean daging. Komposisi kimia karkas yang terutama terdiri dari kadar air, protein, lemak, dan abu secara proposional juga dapat berubah, bila proporsi salah satu variabel mengalami perubahan (Soeparno, 1998). Tabel 1. Perbandingan rata-rata kualitas kimia kastrasi. Variabel PE Jantan PB Kastrasi Ket Kadar Air (%) 71,080 ± 0,70 69,886 ± 1,06 TN Kadar Protein (%) 17,120 ± 0,22 17,907 ± 0,14 TN Kadar Lemak (%) 8,358 ± 0,09 8,981 ± 0,27 TN Kandungan Ca (mg/100g) 13,846 ± 1,12 18,811 ± 0,85 TN Kandungan P (mg/100g) 134,817 ± 8,08 151,032 ± 6,46 TN TN, tidak nyata (P>0,05). 11

Perbedaan mengenai jantan kastrasi dan tanpa kastrasi pada sampel yang digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap kadar air. Hal ini sesuai dengan pendapat Johson, Eastridge, Neubauer and McGowan. (1995) yang menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin antara kambing betina, jantan kastrasi dan tanpa kastrasi tidak mempengaruhi kadar air dari daging kambing. Data hasil penelitian yang menguatkan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: daging kambing betina mempunyai kadar air sebesar 68,5 mg/100g, kambing jantan kastrasi 68,4 kastrasi 70,3 mg/100g. Pernyataan di atas didukung Madruga et al. (1999) yang juga menyatakan bahwa kadar air pada kambing jantan kastrasi dan tanpa yang nyata. Kadar Protein Daging Kambing PE Hasil pengujian kadar protein kastrasi disajikan pada Tabel 1. Hasil uji t menunjukkan bahwa kadar protein yang nyata (P>0,05). Kadar proetin daging kambing PE jantan cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kambing PB kastrasi, tetapi menurut perhitungan statistik uji t tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05). Rata-rata kadar protein yang diperoleh pada daging kambing PE jantan sebesar 17,120 % dan daging kambing PB kastrasi sebesar 17,907 %. Hal ini sesuai dengan Soeparno (1998) yang menyatakan bahwa kadar air daging bervariasi antara 16-22%. Perbedaan kadar protein pada kambing PE jantan dan PB kastrasi dapat dikarenakan pertumbuhan Kambing PB kastrasi yang lebih cepat dibandingkan dengan kambing PE jantan. Hal ini karena ternak yang tumbuh lebih lambat membutuhkan lebih sedikit energi dan lebih banyak protein per kg pertambahan berat hidup daripada ternak yang tumbuh cepat (Searle et al., 1972). Konsumsi protein dan tipe ternak juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi karkas. Disamping tingginya kadar protein juga akan dipengaruhi oleh kadar lemak dalam daging, demikian juga persilangan akan menurunkan persen lemak dan meningkatkan lean daging. Hal ini sesuai dengan Soeparno (1998) yang menyatakan bahwa komposisi kimia karkas yang terutama terdiri dari kadar air, protein, lemak, dan abu secara proposional juga dapat berubah, bila proporsi salah satu variabel mengalami perubahan. Sedangkan rasio kadar protein dengan abu pada bahan kering tubuh tanpa lemak adalah tetap 4:1 (Astuti, 1995). Kadar protein paling tinggi terdapat pada kambing yang dipotong pada umur 310 hari, dan paling rendah terdapat pada kambing yang dipotong pada umur 175 hari (Madruga et al., 1999). Perbedaan mengenai jantan kastrasi dan tanpa kastrasi pada sampel yang digunakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap kadar protein. Adanya perbedaan jenis kelamin antara kambing betina, jantan yang kastrasi dan jantan tanpa kastrasi tidak mempengaruhi kadar protein dari daging kambing. Data hasil penelitian yang menguatkan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: daging kambing betina mempunyai kadar protein sebesar 19,4 12

mg/100g, kambing jantan kastrasi 19,7 kastrasi 19,7 mg/100g (Johson et al., 1995). Pernyataan di atas didukung oleh Madruga et al. (1999) yang juga menyatakan bahwa kadar protein pada daging kambing jantan kastrasi dan tanpa kastrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar Lemak Daging Kambing PE Hasil pengujian kadar lemak kastrasi disajikan pada Tabel 1. Hasil uji t menunjukkan bahwa kadar lemak yang nyata (P>0,05). Kadar lemak daging kambing PB kastrasi cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kambing PE jantan, tetapi menurut hasil uji statistik uji t tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05). Ratarata kadar air daging kambing PB kastrasi sebesar 8,981% sedangkan daging kambing PE sebesar 8,358%. Perbedaan kadar lemak dapat disebabkan karena variasi pola pertumbuhan komponen utama karkas yaitu tulang, otot dan lemak, selain dipengaruhi oleh status gizi, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genotip dan status fisiologi ternak (Soeparno, 1998). Demikian juga deposisi lemak intramuskuler yang berbeda di antara spesies, lemak, umur ternak dan otot. Pada umumnya, penurunan aktivitas otot (bila faktor lain, misalnya nutrisi mempunyai pengaruh yang konstan) akan meningkatkan deposisi lemak didalam jaringan otot, sedangkan lemak intramuskular banyak dipengaruhi oleh faktor heritabilitas. Adanya persilangan juga akan menurunkan persen lemak dan meningkatkan lean daging. Kadar lemak daging kambing kastrasi mempunyai kandungan paling tinggi pada ternak yang dipotong umur 310 hari, dan kandungan paling rendah pada umur pemotongan 175 hari Madruga et al. (1999). Kadar lemak tubuh berbanding terbalik dengan kadar air tubuh. Lemak tubuh adalah komponen yang kadarnya paling bervariasi dibanding komponen lainnya (Astuti, 1995). Perbedaan mengenai jenis jantan kastrasi dan jantan tanpa kastrasi pada sampel yang digunakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap kadar lemak. Perbedaan jenis kelamin antara kambing betina, jantan kastrasi dan jantan tanpa kastrasi tidak mempengaruhi kadar lemak dari daging kambing. Data hasil penelitian yang menguatkan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: daging kambing betina mempunyai kadar lemak sebesar 12,1 mg/100g, kambing jantan kastrasi 12,1 kastrasi 9,9 mg/100g. Pernyataan di atas didukung Madruga et al. (1999) yang juga menyatakan bahwa kadar lemak pada kambing jantan kastrasi dan tanpa yang nyata. Kandungan Ca Daging Kambing PE Hasil pengujian kandungan Ca kastrasi disajikan pada Tabel 1. Hasil uji t menunjukkan bahwa kandungan Ca yang nyata (P>0,05). Kandungan Ca daging kambing PB kastrasi cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan Ca daging kambing PE 13

jantan, tetapi berdasarkan perhitungan statistik uji t tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05). Ratarata kandungan Ca dari hasil penelitian untuk daging kambing PB kastrasi sebesar 15,71 mg/100g, sedangkan daging kambing PE jantan sebesar 13,02 mg/100g. Kandungan Ca didalam daging kambing PE jantan dan kambing PB kastrasi cukup tinggi dikarenakan daging yang digunakan adalah top side dan in side. Bagian daging ini tergolong jaringan yang keras karena merupakan otot gerak aktif, hal ini juga dibenarkan oleh Sediaoetama (2004) yang menyatakan bahwa keberadaan mineral Ca pada jaringan keras sebanyak 90% dan jaringan lunak sebanyak 10%. Ca dalam ion Ca 2+ di tubuh manusia memiliki peran dalam mekanisme pembekuan darah, kontraksi otot dan fungsi syaraf, membantu kinerja beberapa fungsi enzim. Perbedaan mengenai jenis kelamin jantan kastrasi dan tanpa kastrasi pada sampel yang digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan Ca. Hal ini sesuai dengan Madruga et al. (1999) yang menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin antara kambing betina, jantan kastrasi dan tanpa kastrasi tidak mempengaruhi kandungan Ca dari daging kambing. Data hasil penelitian yang menguatkan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: daging kambing betina mempunyai kandungan Ca sebesar 30,6 mg/100g, kambing jantan kastrasi 32,7 kastrasi Ca 37,9 mg/100g. Lebih lanjut Madruga et al. (1999) yang juga menyatakan bahwa kandungan Ca pada kambing jantan kastrasi dan tanpa yang nyata, dan konsentrasi Ca semakin menurun sejalan dengan bertambahnya umur kambing jantan kastrasi maupun tidak. Kandungan P Daging Kambing PE Hasil pengujian kandungan P kastrasi disajikan pada Tabel 1. Hasil uji t menunjukkan bahwa kualitas kimia yang nyata (P>0,05). Kandungan P daging kambing PB kastrasi cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar air daging kambing PE jantan, tetapi berdasarkan perhitungan uji t tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05). Rata-rata kandungan P dari hasil penelitian untuk daging kambing PB kastrasi sebesar 151,03 mg/100g. Kandungan P yang cukup tinggi ini karena menggunakan bahan daging yang berasal dari top side dan in side dimana tergolong jaringan yang keras. Bagian daging ini tergolong jaringan yang keras karena merupakan otot gerak aktif, hal ini juga dibenarkan oleh Sediaoetama (2004) bahwa keberadaan mineral fosfor terdapat 80% pada jaringan keras dan 20% pada jaringan lunak. Fosfor sangat baik bagi kesehatan manusia karena memiliki fungsi untuk transfer energi yang berhubungan dengan ATP dan metabolisme zat-zat gizi pada ikatan-ikatan phospatase. Perbedaan mengenai jenis jantan kastrasi dan tanpa kastrasi pada sampel yang digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan P. Hal ini sesuai dengan Madruga et al., (1999) yang menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin antara kambing betina, jantan kastrasi dan jantan tanpa kastrasi tidak 14

mempengaruhi kandungan P dari daging kambing. Data hasil penelitian yang menguatkan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: daging kambing betina mempunyai kandungan P sebesar 126,4 mg/100g, kambing jantan kastrasi 136,2 kastrasi 128,3 mg/100g. Lebih lanjut Madruga et al., (1999) yang juga menyatakan bahwa kadar kandungan P pada kambing jantan kastrasi dan tanpa yang nyata. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Kualitas kimia (kadar air, protein, lemak, kandungan Ca dan P) daging kambing PE jantan dan PB kastrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). 2. Kadar air daging kambing PE jantan lebih tinggi dibandingkan kambing PB kastrasi, tetapi kadar protein, lemak, kandungan Ca dan P lebih tinggi pada daging kambing PB kastrasi dibandingkan pada kambing PE jantan. 3. Komposisi kimia daging kambing PB kastrasi yaitu kadar air 69,89%; kadar protein 17,91%; kadar lemak 8,98%; kandungan Ca 18,81 mg/100g, dan P 151,02 mg/100g sedangkan kambing PE jantan yaitu kadar air 71,08%; protein 17,12%; lemak 8,36%; kandungan Ca 13,85 mg/100gr dan P 134,82 mg/100gr. DAFTAR PUSTAKA Astawan, M. 2004. Mengapa Kita Perlu Makan Daging?. http://www.depkes.go.id/index.p hp?option=articles&task=viewart icle&artid=110&itemid=3. Diakses 27 Desember 2007. Astuti,D.A. 1995. Evaluasi Pemanfaatan Nutrien berdasarkan Curahan Melalui Sistem Vena Porta dan Organ Terkait Pada Kambing PE Tumbuh dan Laktasi. Desertasi 1995 IPB Bogor Berg, R.T. and R.M Butterfield. 1976. New Conseps of Cattle Growth dalam Soeparno. 1998. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Cameron, M. R, Luo J., Sahlu T., Hart, S. P., Coleman S.W., dan Goetsch, A.L. 2001. Growth and Slaughter Trait of Boer x Spanish, Boer Angora, and Spanish Goats Consuming Consentrate A Consentrate- Based Diet, J Anim Sci. 79:1423-1430. Johson, D.D.,Eastridge J. S., Neubauer D. Rdan McGowan C. H. 1995. Effect of Sex Class on Nutreint Content of Meat From Young Goat 1,2. J. Anim Sci, 73: 296-301. Karyadi dan Muhilal. 1992. Daging. http://www.jakarta.go.id/jakpus/ Ternak/ datsu.htm. Diakses 10 Maret 2007. Khatimah, K. 2000. Studi tentang Tingkat Permintaan Daging Segar dan Daging Olahan (Corned, Sosis, Dendeng) di Supermarket Kodya Malang. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Madruga, M. S, Arruda, S. G. B., and Nascimento, J. A. 1999. Castration and Slaughter Age Efffects on Nutitive Value of 15

The Mestico Goat Meat. Meat Science. 52: 119-125. Sastrosupadi, A. 1999. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Searle, T.W., N. Mc Graham,. dan E. Smith, 1979. Aust. J. Agric. Res. 30, 525 dalam Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sediaoetama, A, D. 2004. Ilmu Gizi. Diyan Rakyat. Jakarta. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 16