Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

BAB II. Kajian Teoretis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencoba menjawab tingkat pemahaman siswa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai

Oleh. Laelasari dan Ira Ratnasari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN

Pada Self Confidence Siswa SMP Sumpena Rohaendi

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

Nur Azizah Haqiqi. Pemanfaatan Lahan Sekolah sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Klasifikasi Makhluk Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain yang digunakan

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN O X O

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

MODEL & PENDEKATAN PEMBELARAN. (A. Suherman)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

PENGARUH MODE LEARNING CYCLE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

PENDEKATAN EKSPLORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPIE STAD

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SERTA SELF- ESTEEM MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL ADVANCE ORGANIZER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rahmi Dosen Tetap Pendidikan Biologi FKIP UNRIKA Batam

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

Yusi Yusniati 1), Novaliyosi 2), Khairida Iskandar 3) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

P - 64 KEMAMPUAN SPASIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA DENGAN MEDIA GEOGEBRA

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

Transkripsi:

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.394 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PENDEKATAN INQUIRY/DISCOVERY Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; dheti_ah@yahoo.com Abstrak Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini, masih rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah pendekatan inquiry/discovery. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan inquiry/discovery dalam pembelajaran matematika, serta mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penggunaan pendekatan inquiry/discovery. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan desain penelitian Control group pretes-postes. Penelitian dilaksanakan di SMPN 31 Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 31 Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol yang dipilih secara random kelas. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan pendekatan inquiry/discovery dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional. Adapun instrumen yang digunakan adalah berupa tes berpikir kritis untuk melihat kemampuan berpikir kritis yang telah diujicobakan dan angket untuk melihat respon siswa. Dalam penelitian ini diperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis statistik uji t untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan inquiry/discovery dalam pembelajaran matematika. Data kualitatif dianalisis menggunakan skala sikap Likert untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penggunaan pendekatan inquiry/discovery. Berdasarkan analisis hasil tes berpikir kritis diperoleh kesimpulan yaitu terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pendekatan inquiry/discovery.. Kata kunci: pendekatan inquiry/discovery, pembelajaran matematika, dan berpikir kritis siswa A. Pendahuluan Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis ini menjadi sangat penting sifatnya dan harus

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.395 ditanamkan sejak dini baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan berpikir secara aktif. Hal ini berarti proses pembelajaran yang optimal membutuhkan pemikiran kritis dari si pembelajar. Oleh karena itu, berpikir kritis sangat penting dalam proses kegiatan pembelajaran. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih, dan rasional. Menurut Halpen (dalam Achmad, 2007), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Seorang yang belajar matematika diharapkan dapat berkembang menjadi individu yang mampu berpikir kritis dan kreatif untuk menjamin bahwa dia berada pada jalur yang benar dalam memecahkan persoalan matematika yang dihadapi atau materi matematika yang sedang dipelajarinya, serta menjamin kebenaran proses berpikir yang berlangsung. Dengan senantiasa menjadi individu kritis dalam mempelajari matematika, seseorang akan terpicu menjadi kreatif. Untuk mendapatkan kejelasan atau dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, seseorang akan berusaha mencari solusi dengan menggunakan berbagai strategi alternatif. Berpikir kritis menuntut adanya usaha, rasa peduli tentang keakurasian, kemauan, dan sikap tidak mudah menyerah ketika menghadapi tugas yang sulit. Demikian pula, dari orang yang berpikir kritis ini diperlukan adanya suatu sikap keterbukaan terhadap ide-ide baru. Memang hal ini bukan sesuatu yang mudah,

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.396 namun harus dan tetap dilaksanakan dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir (Fisher, 2010). Pada kenyataannya proses belajar mengajar umumnya kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Ada dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan. Pertama, kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian materi. Artinya, ketuntasan materi lebih diprioritaskan dibanding pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Kedua, bahwa aktivitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan oleh guru tidak lain merupakan penyampaian informasi (metode ceramah), dengan lebih mengaktifkan guru, sedangkan siswa pasif mendengarkan dan menyalin, dimana sesekali guru bertanya dan sesekali siswa menjawab. Kemudian guru memberi contoh soal, dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya kritis; akhirnya guru memberikan penilaian. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan suatu alternatif metoda pembelajaran yang tepat guna sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Para guru hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai cara yang variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika, salah satunya dapat diakukan melalui pendekatan inquiry/discovery. Pendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang memerlukan proses mental, seperti : mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, dan mengambil kesimpulan. Sedangkan pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Keterampilan tersebut merupakan langkah awal menuju peningkatan kemampuan berpikir kritis, seperti yang diungkapkan Sagala (2010).

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.397 Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan inquiry/discovery. B. Kajian Literatur B.1. Pembelajaran Matematika Matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari terutama di sekolahsekolah formal. Mengingat begitu pentingnya peran matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh segenap lapisan masyarakat. Matematika dipelajari melalui pendidikan formal (matematika sekolah) mempunyai peranan penting bagi siswa sebagai bekal pengetahuan untuk membentuk sikap serta pola pikirnya. Oleh karena itu, matematika dipelajari disetiap jenjang pendidikan, dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Suyitno (2004: 2), menyatakan bahwa: Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, kompetensi, minat dan bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antarsiswa. Adapun tujuan pembelajaran matematika seperti yang tercantum dalam standar isi BSNP (Depdiknas, 2006: 36), adalah siswa memiliki salah satu kemampuan pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Adapun fungsi pembelajaran matematika menurut Suherman, dkk (2003: 56), adalah sebagai: (1) alat; (2) pola pikir; (3) ilmu atau pengetahuan. Fungsi pembelajaran matematika sebagai alat berarti bahwa siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan suatu informasi. Sedangkan pembelajaran matematika sebagai

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.398 pola pikir artinya belajar matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu. Serta pembelajaran matematika berfungsi sebagai ilmu atau pengetahuan yang dimaksud adalah dengan belajar matematika siswa dapat mengembangkan penemuan-penemuan yang diperoleh sepanjang mengikuti pola pikir yang sah. B.2. Pendekatan Inquiry/Discovery Menurut Sagala (2010:68), "pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah guru dalam memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan. Sagala (2010:196) mengemukakan bahwa, pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini membuat siswa lebih banyak belajar sendiri dan mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Menurut Sudjana (2009:155), ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan inquiry/ discovery yakni : a. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa, b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, c. Siswa mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis, d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi dalam situasi baru.

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.399 B.3. Berpikir Kritis Michael (Fisher, 2009 : 10) baru-baru ini berargumentasi bahwa, berpikir kritis merupakan kompetensi akademis yang mirip dengan membaca dan menulis dan hampir sama pentingnya. Oleh karena itu, ia mendefinisikan berpikir kritis sebagai interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi, dan argumentasi. Menurut Wahidin (Mahanal : 2007), ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran yang menekankan pada proses keterampilan berpikir kritis, yaitu: a. belajar lebih ekonomis, yakni bahwa apa yang diperoleh dan pengajarannya akan tahan lama dalam pikiran siswa, b. cenderung menambah semangat belajar dan antusias baik pada guru maupun pada siswa, c. diharapkan siswa dapat memiliki sikap ilmiah, dan d. siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah baik pada saat proses belajar mengajar di kelas maupun dalam menghadapi permasalahan nyata yang akan dialaminya. C. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi diterima apa adanya (Ruseffendi, 2005). Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain kelompok kontrol pretes-postes, karena melibatkan dua kelompok siswa yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Disain kelompok kontrol pretes-postes menurut Ruseffendi (2005:50) adalah sebagai berikut: Kelas Eksperimen A : O X O Kelas Kontrol A : O O

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.400 Keterangan A : Pemilihan sampel secara acak kelas O : Observasi pretes / postes X : Perlakuan dengan pembelajaran pendekatan inquiry/discovery Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 31 Bandung. Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry/discovery, dan siswa kelas VIII D yang mendapatkan pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori sebagai kelas kontrol. D. Hasil dan Pembahasan Setelah dilakukan penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan pokok bahasan operasi pada bentuk aljabar, diperoleh suatu nilai awal dan nilai akhir yang kemudian nilai-nilai tersebut diolah menggunakan teknik pengolahan data. Dari uji tes awal dengan uji t diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal berpikir kritis siswa kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, artinya kemampuan awal berpikir kritis siswa pada kedua kelompok sama. Dari hasil gain untuk menguji hipotesis dengan uji t diperoleh kesimpulan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan inquiry/discovery dalam pembelajaran matematika. Hal ini seperti sejalan dengan pendapat Sagala (2010:197) bahwa, pendekatan inquiry/discovery ini dengan pendekatan ekspositori tidak berbeda efektivitasnya dalam mencapai hasil belajar yang bersifat informasi, fakta dan konsep, tetapi berbeda secara signifikan dalam mencapai keterampilan berpikir. Selain itu, menurut Sagala (2010:198-199), Pendekatan inquiry/discovery dalam pembelajaran dapat lebih membiasakan anak untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang sudah dipelajari. Dengan menggunakan pendekatan inquiry/discovery ini pengembangan

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.401 kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan secara motorik Pada saat penelitian dalam proses pembelajaran dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang. Kemudian guru mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan langkah pertama dalam pendekatan inquiry/discovery yaitu perumusan masalah untuk dipecahkan siswa (Sagala, 2010:197). b. Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan yang diajukan guru sebelumnya guna memperoleh jawaban sementara. Hal ini sesuai dengan langkah kedua dalam pendekatan inquiry/discovery yaitu menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis (Sagala, 2010:197). c. Untuk membuktikan jawaban sementara yang telah diperoleh serta agar siswa lebih memahami permasalahan, maka guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan secara berkelompok. Pada saat mengerjakan LKS, siswa boleh mencari informasi yang diperlukan dari buku paket. Hal ini sesuai dengan langkah ketiga dalam pendekatan inquiry/discovery yaitu siswa mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis (Sagala, 2010:197). d. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan dan menarik kesimpulan dari hasil jawabannya. Pada saat yang sama kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan. Setelah diskusi selesai, guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan umum dari beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan setiap kelompok. Hal ini sesuai dengan langkah keempat dalam pendekatan inquiry/discovery yaitu menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi dalam situasi baru (Sagala, 2010:197).

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.402 e. Guru bersama-sama siswa mengaplikasikan kesimpulan yang ditarik ke dalam bentuk umum. Untuk lebih memahami, siswa diberi soal-soal latihan dari buku paket. Selain itu siswa juga diberikan pekerjaan rumah dari buku paket. Hal ini sesuai dengan langkah kelima dalam pendekatan inquiry/discovery yaitu mengaplikasikan kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru (Sagala, 2010:197). Dengan demikian langkah-langkah dalam proses pembelajaran dalam penelitian ini telah sesuai dengan langkah-langkah dalam pendekatan inquiry/discovery yang dikemukakan oleh Sagala (2010). Hal ini diperkuat juga oleh hasil observasi yang menunjukkan bahwa langkah-langkah pada pendekatan inquiry/discovery telah diterapkan dengan baik dalam proses pembelajaran. E. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan inquiry/discovery. Daftar Pustaka Achmad, Arief. (2007). Memahami Berpikir Kritis. [online]. Tersedia: http://researchengines.com/1007arief3.html. [2 April 2010] Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta : BSNP. Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Mahanal, Susriyanti, dkk. (2008). Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Strategi Kooperatif Model STAD pada Mata Pelajaran Sains untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. Malang : Jurnal Penelitian Lembaga Penelitian UM Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito.

Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.403 Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algensindo. Suherman.E, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Edisi Revisi). Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Suyitno, A. (2004). Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Jakarta : Media Utama.