BAB I PENDAHULUAN. seringkali menjadi permasalahan yang banyak dihadapi oleh banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II AKTIVITAS TUNNELING DAN MEKANISME PENGAWASAN. wewenang pembuatan keputusan kepada agen.

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan selain memaksimalkan laba adalah memaksimalkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan ini

BAB I. perusahaan dengan membayar bunga yang lebih besar (Vito, 2014). harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan modal (Andhika, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan sebaiknya disajikan secara akurat

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. para stakeholder. Adapun tujuan perusahaan antara lain untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut dibutuhkan tambahan dana dalam melakukan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. pihak yang berkepentingan seperti investor, karyawan, kreditur, pemerintah serta

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang dari perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi (Soewardjono, 2005 dalam Yenibra, 2014). Asimetri

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana peningkatan dana bagi

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Ada beberapa pilihan untuk mendapatkan tambahan modal,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan pendanaan untuk kegiatan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur kepemilikan dapat menyebabkan masalah keagenan yaitu tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyak bermunculan pesaing-pesaing baru didalam dunia usaha. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan dana yang besar dalam menjalankan. aktivitasnya, baik dalam segi mengembangkan pangsa pasar dan bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. kantor akuntan publik juga untuk menjamin informasi yang diberikan. pihak pengguna laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam mengambangkan usahanya, globalisasi juga dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan diantaranya adalah kreditor dan investor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba, karena perusahaan besar harus memenuhi ekspektasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan meskipun mereka memiliki kepemilikan saham di perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1). Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur modal merupakan hal yang paling penting dan harus dikelola

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pendapatan Negara negara yang diaturkan pada undang-undang dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya sebuah bisnis, sumber pendanaan seringkali menjadi permasalahan yang banyak dihadapi oleh banyak perusahaan. Terdapat beberapa alternatif pembiayaan yang dapat digunakan oleh perusahaan, baik melalui utang maupun penawaran sejumlah saham. Keputusan untuk memilih alternatif pembiayaan melalui penawaran saham kepada masyarakat menimbulkan konsekuensi munculnya hubungan keagenan. Hubungan keagenan timbul ketika prinsipal menyerahkan kepada agen untuk mengambil keputusan demi kepentingan prinsipal. Dengan adanya penyerahan wewenang untuk pengambilan keputusan pengelolaan perusahaan pada manajer, menyebabkan timbulnya informasi asimetris. Informasi asimetris muncul karena manajer memiliki informasi lebih dibandingkan dengan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Masalah tentang infomarsi asimetris ini jarang ditemukan di Asia bagian timur. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam struktur kepemilikan saham yang terkonsentrasi pada satu pihak, seperti keluarga, perusahaan lain, atau pemerintah. Dari penelitian yang dilakukan di 9 negara Asia Timur yang melibatkan 2.980 perusahaan, ditemukan bahwa lebih dari setengah dikendalikan oleh satu pemegang saham (Claessens et al., 1999). Masalah yang muncul bukan lagi dikarenakan oleh informasi asimetris, 1

2 melainkan adanya pengekploitasian terhadap kepentingan non-pengendali. Kepemilikan saham yang terkonsentrasi pada salah satu pihak akan memberikan kemampuan untuk mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan yang berada di bawah kendalinya. Dengan kepemilikan yang terkonsetrasi pada satu pihak, menimbulkan kesempatan bagi pemegang saham pengendali untuk melakukan tunneling. Tunneling merupakan aktivitas pengalihan aset dan laba keluar perusahaan untuk kepentingan pemegang saham pengendali perusahaan tersebut (Johnson et al., 2000). Salah satu contoh tunneling adalah melalui penentuan harga transfer. Harga transfer tidak hanya diberlakukan pada divisi yang berbeda dalam satu perusahaan, melainkan juga dapat terjadi dalam hubungan entitas induk dan entitas anak. Misalkan, Marcili, perusahaan yang dimiliki 51% oleh Sarcem, yang merupakan 2 perusahaan yang bergerak pada bidang industri yang sama. Beberapa perjanjian yang ditetapkan oleh Sacrem sangat merugikan Marcili, seperti melarang Marcili melakukan ekspor selain melalui Sacrem, membebankan biaya yang cukup besar pada Marcili, dan menjual produk Marcili menggunakan merk dagang Sacrem. Selain itu ketika Sacrem harus membayar sejumlah uang kepada Marcili, sering kali dilakukan tidak tepat waktu. Di Indonesia berbagai bentuk ekpropriasi pada hak non-pengendali juga telah banyak ditemukan. Peneliti mengambil 3 perusahaan yang baik terindikasi maupun telah terbukti melakukan tindak ekspropriasi hak nonpengendali. Pertama, adalah kasus mengenai pelepasan aset McDonald s

3 Indonesia kepada PT Rekso Nasional Food, milik grup Teh Botol Sosro pada tahun 2009. Penjualan aset tersebut dilakukan tanpa memperhatikan suara dari pemegang saham non-pengendali dan dinilai merugikan. Kedua, kasus penjualan saham PT Matahari Department Store Tbk. milik PT Matahari Putra Prima Tbk. kepada Meadow Asia Company Limited. Transaksi ini akan mencenderung merugikan hak non-pengendali dan menguntungkan PT Matahari Putra Prima Tbk sebagai pemegang saham pengendali, terlebih PT Matahari Putra Prima juga memiliki sejumlah saham di Meadow. Ketiga, kasus Sumalindo yang terus melaporkan penurunan kinerja, tetapi di sisi lain laporan tahunan Sampoerna selaku pemegang saham pengendali cenderung meningkat. Hal tersebut memicu keberatan pihak nonpengendali yang akhirnya memperjuangkan haknya melalui Mahkamah Agung untuk meminta agar dilakukan audit oleh auditor spesialis industri kehutanan dan ditemukan akun Piutang Ragu-Ragu yang ternyata merupakan pinjaman tanpa bunga kepada salah satu anak perusahaanya. Selain itu adapula masalah penjualan saham PT Sumalindo Hutani Jaya (anak perusahaan Sumalindo) ke pada PT Tjiwi Kimia Tbk. yang dinilai tidak memiliki manfaat sama sekali bagi Sumalindo, bahkan merugikan pihak Sumalindo. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, aktivitas tunneling diproksikan melalui transaksi dengan pihak berelasi. Walaupun sebenarnya tujuan dilakukannya transaksi pihak berelasi adalah sebagai salah satu upaya dalam meminimalkan biaya transaksi, tetapi justru digunakan sebagai sarana

4 untuk pengalihan aset keluar perusahaan. Hal ini dikarenakan sangat sulit untuk melacak bentuk kecurangan yang terjadi apalagi jika transaksi dilakukan dengan perusahaan yang tidak go public. Jiang et al. (2005) melakukan penelitian mengenai peran auditor dalam mendeteksi tunneling. Tunneling diproksikan oleh saldo piutang lain-lain yang sebagian besar muncul akibat transaksi dengan pihak berelasi. Brown et al. (2012) melakukan perbandingan antara perusahaan milik negara dan perusahaan swasta yang cenderung melakukan tunneling. Dalam penelitian ini, tunneling diproksikan melalui saldo transaksi dengan pihak berelasi. Motivasi melakukan aktivitas tunneling bisa dikarenakan banyak faktor. Salah satunya adalah tunneling yang dilakukan saat proses initial public offering (IPO) (Aharony, 2010). Ada indikasi terjadi transfer kekayaan dari perusahaan publik ke perusahaan yang sedang dalam proses IPO. Hal ini dilakukan agar perusahaan yang IPO tampak memiliki nilai yang baik sehingga menarik minat investor untuk melakukan investasi melalui pembelian saham. Namun tidak berhenti di perusahaan yang melakukan IPO, keuntungan yang diperoleh dari penjualan saham itu akan kembali ke perusahaan afiliasi sebagai bentuk tunneling. Selain itu, ada beberapa bukti menunjukkan bahwa tunneling juga muncul dalam hubungan entitas induk dan entitas anak. Hal ini dapat dikarenakan adanya kebutuhan dana segar oleh entitas induk sehingga dengan sengaja mengorbankan kinerja entitas anak.

5 Terdapat 2 contoh transaksi yang terjadi di Indonesia dimana keliatan bahwa transaksi tunneling dilakukan sebagai sarana untuk alokai dana. Pertama, transaksi penjualan aset berupa tanah yang dimiliki oleh PT United Tractor Tbk (perusahaan induk) kepada PT Menara Terus Makmur (perusahaan anak) dengan nilai transaksi Rp 16,49 Miliyar untuk tanah seluas 15.337 m 2 di kawasan Jabadeka. Kedua, transaksi penjualan aset berupa tanah yang dimiliki oleh PT Temas Lestari (perusahaan induk) kepada PT Pelayaran Tempuran Mas Tbk (perusahaan anak) dengan nilai transaksi Rp 49,53 Miliyar untuk tanah seluas 4.101 m 2 di Makassar. Dari kedua transaksi tersebut, terlihat bahwa kebutuhan dana dari perusahaan induk dapat diperoleh dari perusahaan anak, tentu saja jika perusahaan anak yang bersangkutan memiliki cukup aset yang diperlukan oleh perusahaan induk. Dibandingkan dengan melakukan pinjaman dari utang yang kemudian akan menimbulkan beban yang harus dibayar, misalnya beban bunga, perusahaan dapat menggunakan alternatif ini untuk memperoleh dana segar dalam melakukan pembiayaan. Salah satu peraturan yang ditetapkan oleh BAPEPAM-LK yang saat ini beralih ke Otoritas Jasa Keuangan, mengharuskan adanya pengungkapan untuk transaksi dengan pihak berelasi yang dinilai material. Sudah cukup banyak peraturan di Indonesia yang ditujukan untuk mengatasi aktivitas tunneling. Hanya saja dalam implementasinya yang dinilai sangat rendah, sehingga masih menimbulkan banyak sekali celah-celah untuk melakukan kecurangan. Dalam pengungkapan atas transaksi dengan pihak berelasi

6 tersebut terdapat kekurangan mengenai informasi dasar penentuan harga transaksi yang seringkali tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya. Sistem penegakan peraturan dan peraturan yang masih kurang baik sering kali menjadi celah untuk melakukan aktivitas tunneling. Salah satunya adalah ketentuan UU Perseroan Terbatas pasal 97 ayat 6 dimana tertulis Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. Dalam peraturan tersebut terdapat kelemahan, dimana hubungan antara induk dan anak di Indonesia pada umumnya mencapai angka di atas 90%, sehingga direksi yang melalaikan tugas pengawasannya dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, khususnya pemegang saham minoritas akan sulit untuk dijerat hukum. Selain dari sisi hukum, tentunya tunneling ini menyebabkan nilai perusahaan induk tampak baik yang sebenarnya mengorbankan kinerja perusahaan anak. Dan saat ini masih sangat sulit untuk menindaklanjuti aktivitas tunneling, yang notabene adalah kegiatan yang melanggar hukum. Oleh karena itu, penelitian ini dinilai sangat relevan dengan kondisi yang ada saat ini di Indonesia dan diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam perbaikan peraturan dalam menciptakan kegiatan bisnis yang sehat.

7 Salah satu yang menjadi faktor penyebab terjadi aktivitas tunneling adalah penerapan corporate governance yang tidak efektif. Salah satu komponen dalam good corporate governance adalah keberadaan dewan komisaris dan komite audit. Keduanya bertugas menjalankan fungsi pengawasan internal demi kepentingan pemegang saham tidak hanya pemegang saham pengendali melainkan juga pemegang saham nonpengendali. Dengan sikap independensi yang dipegang teguh, dewan komisaris dan komite audit diharapkan mampu mencegah terjadinya transaksi-transaksi yang dinilai tidak wajar. Salah satu media untuk melakukan tunneling adalah dengan melalui penjualan aset tetap. Dengan menerapkan pengawasan internal yang efektif, maka dewan komisaris dan komite audit mampu untuk mencegah transaksi yang dinilai tidak wajar. Hal ini dikarenakan untuk melakukan penjualan aset tetap, bagi perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik, harus diotorisasi oleh dewan komisaris. Oleh karena itu, pengawasan internal yang efektif dinilai mampu mengurangi aktivitas tunneling. Selain itu, peran pengawasan eksternal juga turut ambil peran dalam mencegah kegiatan eksplotasi atas hak pemegang saham non-pengendali. Pihak eksternal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pihak kreditur dan auditor independen. Dalam memperoleh sumber pendanaan, perusahaan dapat meminjam dari kreditur melalui perjanjian yang telah disepakati. Ketika memberikan pinjaman, kreditur juga memiliki resiko bahwa pinjaman mungkin tidak dapat ditagih, oleh karena itu kreditur akan dengan seksama

8 melakukan pengawasan agar perusahaan tidak melakukan tindakan-tindakan yang justru akan membawa kerugian bagi kreditur. Berdasarkan teori keagenan, perlunya pengawasan agar keputusan yang diambil oleh manajer mencerminkan kepentingan pemegang saham. Walaupun masalah keagenan telah berubah menjadi konflik antara pemegang saham pengendali dan non-pengendali, tetapi mekanisme pengawasan oleh kreditur tetap akan menjadi efektif karena kreditur tidak berpihak dan bersifat netral. Ketika entitas induk mengambil kekayaan entitas anak, maka posisi keuangan akan memburuk. Hal ini dapat menyebabkan adanya pelanggaran perjanjian utang dan kreditur bisa menarik kembali pinjaman yang diberikan. Agar tidak melanggar perjanjian utang, maka entitas induk tidak akan melakukan tunneling terhadap entitas anak. Selain kreditur, pihak ekternal yang ikut mengawasi segala aktivitas perusahaan yang go public adalah auditor independen, yang diharapkan mampu mengurangi kesempatan dan menemukan tindak kecurangan perusahaan melalui aktivitas tunneling. Auditor independen, selain bertanggung jawab kepada pemegang saham non-pengendali, juga bertanggung jawab pada khalayak umum, sebagai pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, ketika auditor melakukan proses audit, maka independensi dan profesionalitas harus tetap dijaga, agar tetap mampu menjaga kepentingan pengguna laporan keuangan. Ketika melakukan proses audit dan auditor menemukan kejanggalan, maka hal tersebut harus dibicarakan dengan klien. Jika salah saji dinilai material, auditor akan

9 menerbitkan laporan tidak wajar, yang akan memberikan citra buruk baik untuk entitas induk maupun entitas anak. Dengan begitu, melalui pengawasaan oleh auditor independen maka tunneling dapat dikurangi. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan transaksi dengan pihak berelasi sebagai proksi dari tunneling, dalam penelitian ini pendeteksian atas aktivitas tunneling menggunakan Tobin s q dari entitas induk dan entitas anak (Gugler, 2012). Tobin s q sendiri merupakan sebuah rasio yang diperoleh dengan membagi nilai pasar aset dengan nilai buku aset. Jika nilai Tobin s q di atas 1, maka perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut. Cara untuk mendeteksi aktivitas tunneling adalah dengan membandingkan pergerakan Tobin s q entitas induk dan Tobin s q entitas anak. Jika terdapat pergerakan yang tidak searah, maka terdapat indikasi bahwa terjadi aktivitas tunneling karena adanya aktivitas tunneling menyebabkan penurunan nilai perusahaan bagi perusahaan yang di-tunnel (Lemmon, 2001). Penelitian ini mereplikasi penelitian Gugler (2012). Penelitian yang dilakukan Gugler (2012) mengambil sampel 1.106 entitas induk yang mengendalikan 2.107 entitas anak. Dalam penelitian tersebut tunneling dideteksi melalui pergerakan terbalik antara Tobin s q entitas induk dan Tobin s q entitas anak yang diinteraksikan dengan persentase kepemilikan dan sistem hukum. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

10 Gugler adalah dengan mempertimbangkan faktor pengawasan. Mekanisme pengawasan dibagi menjadi pengawasan internal yang diwakilkan oleh komisaris independen serta pengawasan eksternal yang diwakilkan oleh kreditur dan auditor indepeden. Peneliti menggunakan variabel pengawasan dengan alasan bahwa semakin baik pengawasan yang dilakukan maka aktivitas tunneling semakin bisa ditekan. 1.2. Rumusan Masalah Salah satu faktor yang memfasilitasinya aktivitas tunneling adalah struktur kepemilikan saham. Dalam hubungan entitas induk dan entitas anak, sudah dapat dipastikan bahwa entitas induk memiliki pengendalian atas entitas anak. Mekanisme pengawasan yang efektif dinilai mampu mengurangi aktivitas tunneling. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah mekanisme pengawasan internal berpengaruh pada aktivitas tunneling? 2) Apakah mekanisme pengawasan oleh kreditur berpengaruh pada aktivitas tunneling? 3) Apakah mekanisme pengawasan oleh auditor independen dari sudut pandang kompetensi berpengaruh pada aktivitas tunneling? 4) Apakah mekanisme pengawasan oleh auditor independen dari sudut pandang independensi berpengaruh pada aktivitas tunneling?

11 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengujian hipotesis dengan mekanisme pengawasan sebagai variabel independen dan tunneling sebagai variabel dependen. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk memberikan bukti empiris bahwa mekanisme pengawasan internal berpengaruh pada aktivitas tunneling. 2) Untuk memberikan bukti empiris bahwa mekanisme pengawasan oleh kreditur berpengaruh pada aktivitas tunneling. 3) Untuk memberikan bukti empiris bahwa mekanisme pengawasan oleh auditor independen dari sudut pandang kompentensi berpengaruh pada aktivitas tunneling. 4) Untuk memberikan bukti empiris bahwa mekanisme pengawasan oleh auditor independen dari sudut pandang independensi berpengaruh pada aktivitas tunneling. 1.4. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini berhasil dilakukan, diharapkan memberikan sumbangan positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan khalayak umum. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sebagai bagian dari upaya berkontribusi pada perkembangan teori, diharapkan penelitian ini membantu pembaca dalam memberikan pemahaman tentang tunneling beserta penyebab dan pencegahannya.

12 Melalui penelitian ini pula, diharapkan akan muncul ide-ide baru penelitian selanjutnya. 2) Sebagai bagian dari upaya berkontribusi pada praktik bisnis, perusahaan diharapkan mulai sadar bahwa aktivitas tunneling sangat rentan terjadi sehingga mendorong pengawasan yang lebih efektif. Bagi investor khususnya, agar dapat membedakan mana karakteristik perusahaan yang memiliki kemungkinan lebih besar melakukan tunneling. 3) Sebagai bagian dari upaya berkontribusi pada pembuat kebijakan, hasil penelitian ini dapat berguna sebagai feedback untuk melakukan evaluasi atas efektifitas peraturan yang telah dibuat dan perbaikan yang mungkin harus dilakukan ke depannya. 1.5. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab I berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Aktivitas Tunneling dan Mekanisme Pengawasan Bab II menjelaskan mengenai dasar-dasar teori dan kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini, yang kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Selain itu juga terdapat beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dengan penelitian ini.

13 Bab III : Metode Penelitian Bab III menjelaskan mengenai objek penelitian dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, beserta dengan operasionalisasi tiap variabel. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai berbagai tahapan pengujian yang akan dilakukan untuk memperoleh hasil pengamatan. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Bab IV berisikan paparan dari hasil pengujian dengan menggunakan media statistik beserta dengan pembahasan atas hasil yang diperoleh. Pembahasan tidak hanya meliputi pembacaan hasil statistik saja melainkan juga analisis atas hasil yang diperoleh, terlebih penjelasan alasan bagaimana hasil tersebut diperoleh demikian. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab V berisikan ringkasan dari hasil penelitian dan saran untuk penelitian ke depannya.