Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sejak lama digunakan sebagai obat tradisional. Selain pohonnya sebagai

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam penelitian ini, akan diuji aktivitas antiinflamasi senyawa turunan benzoiltiourea sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. sensitivitas terhadap nyeri. Ekspresi COX-2 meningkat melalui mekanisme

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1.2. Struktur molekul Asam O-(4-klorobenzoil) Salisilat (Rendy,2006)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang tanaman obat. di Indonesia berawal dari pengetahuan tentang adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J

EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI FRAKSI AIR EKSTRAK DAUN SEMBUKAN (Paederia foetida L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kekayaan Indonesia akan keanekaragaman hayati. memampukan pengobatan herbal tradisional berkembang.

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

hidup teratur dan dengan penggunaan obat baik obat sintetik maupun obat tradisional yang telah digunakan sejak dahulu (Ganong, 2003; Yayasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan program pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini sebagian besar masyarakat lebih mempercayai pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu tanaman obat (Wijayakusuma et al,1992). Pengalaman empiris di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk pribadi yang kuat (Abednego, 2013:24) namun menerapkan pola

gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabakan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

BAB I PENDAHULUAN. budaya di dalam masyarakat Indonesia. Sebab, obat-obatan tradisional lebih

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengganggu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae,

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Radang atau inflamasi adalah respons pertama dari sistem imun terhadap iritasi atau infeksi oleh kuman yang menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Meskipun ada kecenderungan untuk menganggap respon inflamasi sebagai reaksi yang merugikan tubuh, namun sebenarnya inflamasi merupakan respon protektif yang sangat diperlukan tubuh dalam upaya untuk mengembalikan ke keadaan sebelum cidera atau memperbaiki setelah cidera. Dengan demikian respon inflamasi adalah pelindung yang sangat diperlukan dan merupakan reaksi perbaikan tubuh karena respon inflamasi ini mencoba untuk mempertahankan homeostasis di bawah pengaruh lingkungan yang merugikan (Bellanti,1993). Respons inflamasi dinyatakan dengan dilatasi pembuluh darah dan pengeluaran leukosit dan cairan. Apabila jaringan meradang akan timbul tanda radang utama yaitu bengkak (tumor), merah (rubor), nyeri (dolor), panas (kalor) dan daya gerak berkurang (functio laesa) (Bellanti, 1993). Selain itu akan terjadi pula akumulasi sel radang terutama di tempat peradangan. Secara umum jumlah sel radang akut berupa leukosit akan meningkat dalam darah (leukositosis) (Mujihartini, 2002). 1

2 Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, kerusakan fungsional dan struktural pada glumerulonefritis dan penyakit demiyelinisasi sistem saraf pusat adalah contoh respons inflamasi yang berlebihan atau tidak terkendali (Bellanti,1993). Obat-obat anti radang yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah antiinflamasi non steroid (AINS). Obat-obat golongan AINS biasanya menyebabkan efek samping berupa iritasi lambung (Kee dan Hayes, 1996). Indonesia yang memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi, merupakan tempat yang ideal untuk tumbuhnya berbagai tanaman obat. Aspek geografis inilah yang membuat Indonesia memiliki potensi untuk menjadi sentra tanaman obat di dunia. Tanaman obat ini baik secara empiris maupun klinis telah terbukti memiliki khasiat dan efek terapeutik yang tidak kalah dengan obat sintetik. Sejak zaman penjajahan Jepang (1942-1945) obat-obatan tradisional menjadi perhatian khusus bagi tenaga kesehatan Indonesia, berhubung dengan sangat kurangnya obat-obat yang bisa diimpor dari luar negeri (Mardisiswojo, 1985). Kita sebagai putera dan puteri Indonesia sudah selayaknya menggali potensi tersebut dengan melakukan penelitian akan potensi berbagai tanaman agar dapat digunakan dalam pengobatan dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satu obat tradisional yang telah digunakan secara luas adalah daun Melia azedarach L. atau yang biasa disebut mindi. Hampir semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kulit akar dan kulit kayu mindi kecil rasanya pahit, sedikit beracun (toksik) dan berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik), pencahar (laksatif), perangsang muntah, dan peluruh cacing usus (anthelmintik). Buah mindi

3 kecil rasanya pahit, sedikit toksik, serta berkhasiat sebagai peluruh cacing usus (anthelmintik), mengaktifkan energi vital guna meredakan nyeri, dan sebagai obat luar berkhasiat anti jamur. Daun berkhasiat peluruh kencing (diuretik) dan peluruh cacing. Seluruh tanaman berkhasiat pembunuh serangga (Dalimartha, 2001). Masyarakat secara empiris menggunakan tanaman mindi untuk obat nyeri perut, obat kencing manis, dan menambah nafsu makan (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Penelitian mengenai aktivitas mindi sudah banyak dilakukan, salah satunya yang telah dilakukan adalah penelitian mengenai efek analgesik fraksi etanol dari ekstrak etanol daun mindi (Melia azedarach L.) pada mencit jantan. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa fraksi etanol daun mindi mempunyai khasiat sebagai analgesik terhadap mencit jantan. Selain itu dari penelitian tersebut pada fraksi etanol daun mindi ditemukan golongan flavonoid yang merupakan agen antiinflamasi yang dapat berinteraksi dengan sistem enzim yang dapat menghambat metabolisme asam arakhidonat. Pelepasan asam arakhidonat merupakan titik permulaan terjadinya inflamasi secara umum (Purwatini, 2007). Dari uraian di atas akan dilakukan penelitian aktivitas antiinflamasi dari daun tanaman Melia azedarach L. dengan menggunakan fraksi etil asetat dari fraksi etanol. Hal ini dikarenakan etil asetat dapat menarik flavonoid, yang memiliki sifat antioksidan dan dapat menghambat pembentukan asam arakhidonat sehingga dapat menghambat inflamasi. Untuk mengetahui efek antiinflamasi dari daun mindi, digunakan metode model edema karagenan sebanyak 1% pada telapak kaki tikus putih. Dipilih tikus putih sebagai hewan coba karena tikus merupakan hewan yang mewakili kelas mamalia, manusia juga termasuk dalam kelas mamalia, sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimia, sistem reproduksi, pernafasan peredaran darah serta sistem

4 ekskresi menyerupai manusia (Smith, 1988). Pada metode ini digunakan bahan penginduksi edema yaitu karagenan dan pengukuran edemanya menggunakan plethysmometer (Winter, 1963), serta sebagai pembanding digunakan fenilbutason dikarenakan fenilbutason merupakan obat AINS asam karboksilat derivat pirazolon yang diabsorpsi dengan cepat dan sempurna pada pemberian oral, selain itu kadar tertingginya dicapai dalam waktu yang relatif singkat yaitu 2 jam (Wilmana, 1997). Metode ini sudah umum digunakan pada penelitian antiinflamasi dan pengukurannya lebih sederhana karena dengan melakukan pengamatan edema pada telapak kaki tikus tiap jam yang ditentukan melalui alat ukur. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang timbul pada penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pemberian fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun mindi memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi pada tikus putih? 2. Apakah terdapat hubungan antara peningkatan dosis pemberian fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun mindi dengan peningkatan efek antiinflamasinya? Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun mindi memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi pada tikus putih, dan untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan dosis pemberian fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun mindi dengan peningkatan efek antiinflamasinya. Hipotesis penelitian ini adalah pemberian fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun mindi memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi pada tikus putih, dan terdapat hubungan antara peningkatan dosis pemberian

5 fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun mindi dengan peningkatan efek antiinflamasinya. Dari penelitian ini diharapkan data ilmiah yang diperoleh dari aktivitas antiinflamasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanol daun mindi dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan bermanfaat dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Selain itu dengan adanya hasil dari penelitian ini, dapat dikembangkan penelitian lanjutan menuju ke arah obat herbal terstandar dan fitofarmaka.