PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN MADU PERSONDE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI METANOL

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP HISTOPATOLOGI LAMBUNG PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN SKRIPSI

PENGARUH INDUKSI TOKSIN UBUR-UBUR (Physalia physalis) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 3 METODE PENELITIAN

GAMBARAN HISTOPATOLOGI JANTUNG DAN OTAK PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR DAN GINJAL PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN

PENGARUH PEMBERIAN NATRIUM BIKARBONAT 8,4% PADA WAKTU BERTINGKAT TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN RETINA MENCIT YANG DIBERI METANOL 50% PERORAL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

EFEK EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis) TERHADAP MEMORI KERJA SPASIAL TIKUS WISTAR (Rattus novergicus) REMAJA YANG DIINDUKSI ETANOL SKRIPSI

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

PENGARUH SARI KEDELAI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kesehatan Jiwa, dan Patologi Anatomi. ini akan dilaksanakan dari bulan Februari-April tahun 2016.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pemeliharaan hewan coba dilakukan di Animal Care Universitas Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan

PERBEDAAN DERAJAT HIPERTENSI PRIMER PADA PASIEN LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI RSD DR SOEBANDI JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK PROTEKSI EKSTRAK AIR BUAH NAGA PUTIH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan the post test only control group design karena pengukuran. dilakukan sesudah perlakuan pada hewan coba.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HERBA PLETEKAN (Ruellia tuberosa L.) TERHADAP JUMLAH SEL OSTEOKLAS TULANG ALVEOLAR TIKUS DIABETES AKIBAT INDUKSI ALOKSAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK GALAKTOMANAN DARI DAGING BUAH KELAPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik

BAB IV METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS EKSTRAK TEPUNG KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PENINGKATAN RESPON IMUN TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) MODEL KWASHIORKOR SKRIPSI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

PENGARUH EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP DENSITAS INSULIN RECEPTOR SUBSTRATE-1 (IRS-1) TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET ATEROGENIK

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia.

Transkripsi:

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN MADU PERSONDE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI METANOL SKRIPSI Oleh Derry Herdhimas NIM 102010101025 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN MADU PERSONDE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI METANOL SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter (S1) dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran Oleh Derry Herdhimas NIM 102010101025 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2013 i

PENGESAHAN Skripsi berjudul Pengaruh Protektif Pemberian Madu Personde terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal pada Tikus Wistar Jantan yang Diinduksi Metanol telah diuji dan disahkan pada: hari, tanggal : Kamis, 17 Oktober 2013 tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Jember Tim Penguji Penguji I Penguji II dr. Al Munawir, M. Kes., Ph.D NIP 196909011999031003 dr. Muhamad Hasan, M. Kes., Sp.OT. NIP 196904111999031001 Penguji III Penguji IV dr. Azham Purwandhono, M. Si. NIP 198105182006041002 dr. Sugiyanta, M. Ked. NIP 197902072005011001 Mengesahkan, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember dr. Enny Suswati, M. Kes. NIP 197002141999032001 vi

RINGKASAN Pengaruh Pemberian Madu Personde terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal pada Tikus Wistar Jantan yang Diinduksi Metanol; Derry Herdhimas, 102010101025; 2013; 39 halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Keracunan metanol sering terjadi di negara kita dan dapat menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas seperti yang pernah tejadi pada pertengahan tahun 2008, 21 orang tewas di Jambi karena menenggak minuman keras oplosan, 26 orang dilaporkan tewas di Denpasar tahun 2009. Di Manado, 12 orang tewas. Di Indramayu, 19 remaja juga tewas karena hal serupa. Di Banjarmasin pada tahun 2011 4 Warga Negara Rusia tewas setelah minum miras oplosan (Armandhanu, 2011). Hal ini disebabkan oleh sering dipakainya metanol sebagai pengganti alkohol oleh pecandu-pecandu alkohol, karena harganya relatif murah. Meskipun bahan ini utamanya hanya menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation), bahan metabolitnya sendiri dapat menimbulkan asidosis metabolik, kebutaan, dan kematian setelah periode laten selama 6-30 jam (Tjokroprawiro, 2007). Salah satu organ yang mendapat gangguan adalah ginjal. Ginjal umumnya kurang dipertimbangkan sebagai target organ utama dalam kasus intoksikasi metanol. Gagal ginjal akut sebelumnya lebih dipertimbangkan sebagai komplikasi terminal keracunan metanol, akan tetapi episode berulang dari kerusakan ginjal akut telah banyak didokumentasikan (Closs & Solbeg, 1970). Mekanisme patofisiologinya masih diragukan, namun pada beberapa deskripsi terdahulu menjelaskan bahwa mekanisme yang terjadi adalah nekrosis tubulus proksimal tanpa lesi glomerulus (Erlanson et al, 1965). Madu adalah cairan manis alami yang berasal dari nektar tumbuhan yang diproduksi oleh lebah madu. Madu merupakan salah satu dari sekian banyak bahan alami yang telah lama digunakan sebagai obat (Susanto, 2007). Beberapa Bukti mengatakan bahwa madu memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan seperti gastroprotektif, hepatoprotektif, antioksidan, anti hipertensi, anti bakteri, anti jamur, dan anti inflamasi. Selain itu madu mengandung enzim-enzim vii

seperti glukosa oksidase, diastase, invertase, katalase, dan peroksidase yang sangat baik untuk kesehatan (Bogdanov et al. 2008). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian madu terhadap perubahan histopatologi ginjal tikus wistar jantan yang diinduksi metanol dan mengetahui pengaruh perbedaan dosis madu yang diberikan tehadap perubahan histopatologi ginjal tikus wistar jantan yang diinduksi metanol. Penelitian ini adalah penelitian true eksperimental yang menggunakan hewan coba tikus, dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember pada bulan September 2013. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu yang berasal dari nektar buah kelengkeng yang di sekresikan oleh lebah Apis meliifera dan sudah memiliki sertifikat SNI. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus Wistar jantan (Rattus novergicus) yang rata-rata berusia 2-3 bulan dengan berat sekitar 150-200 gram. Penelitian ini menggunakan sampel 25 ekor tikus wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok Kn (kontrol negatif), Kp (kontrol positif), P1 (perlakuan 1), P2 (perlakuan 2), dan P3 (perlakuan 3). Jumlah sample pada masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus wistar yang ditentukan secara acak (simple random sampling). Selanjutnya tikus akan diaklimatisasi selama 7 hari dengan pemberian pakan dan minum standar. Kemudian dilakukan perlakuan dengan pemberian madu melalui sonde lambung dengan dosis yang ditentukan berdasarkan hasil konversi dari manusia ke tikus yang setara dengan 0,25 ml/200 gram BB tikus ; 0,5mL/200 gram BB tikus dan 0,75mL/200 gram BB tikus. Pemberian madu ini dilaksanakan pada hari ke-1 sampai hari ke-7. Pada hari ke 6 dan 7 dilakukan induksi metanol melalui sonde lambung pada semua sampel dengan dosis 2,25 ml 1 jam setelah pemberian madu. Pada hari ke-8, seluruh tikus dikorbankan melalui dekapitasi. Selanjutnya tikus dibedah dan dilakukan pengambilan organ ginjal untuk dilakukan pemrosesan jaringan yang kemudian dilakukan pengamatan mikroskopis. Sampel yang sudah diambil kemudian dibersihkan dengan aquadest dan difiksasi dengan menggunakan formalin 10%. Dari setiap sampel ginjal dibuat preparat dengan potongan koronal. Preparat tersebut akan dibaca minimal 100 sel dalam lima lapangan pandang dengan perbesaran 400x. Sasaran yang dibaca adalah perubahan abnormal gambaran histopatologi pada ginjal dengan menghitung sel normal, atrofi/dilatasi sel, viii

inflamasi/fibrosis sel, dan nekrosis sel. Penentuan skor ditentukan berdasarkan kriteria scoring Venient et Al.. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan perubahan gambaran histopatologi sel ginjal tikus wistar yang bermakna dengan nilai p=0.002. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian madu terhadap perubahan gambaran histopatologi ginjal yang diinduksi metanol. Hal ini didukung oleh temuan penelitian dalam analisis deskriptif yang menyatakan bahwa pada kelompok perlakuan 3 terjadi kerusakan sel tubulus ginjal yang terkecil daripada kelompok perlakuan lain (diluar kelompok kontrol negatif). Sedangkan dalam analsis analitik antara kelompok perlakuan 1 dengan perlakuan 2, dan kelompok perlakuan 2 dengan perlakuan 3, ditemukan perbedaan pada analisa deskriptif, namun tidak ditemukan perbedaan yang bermakna dalam analisis analitik. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan beberapa komponen madu yang dapat mencegah kerusakan pada ginjal sangat bervariasi dan dimungkinkan kurang mencukupi untuk mencegah kerusakan ginjal akibat induksi metanol secara signifikan. Kemudian dapat juga diakibatkan oleh dosis metanol yang diberikan terlalu banyak sehingga upaya pencegahan kurang bermakna, selain itu terdapat pula faktor-faktor lain, yaitu rentang dosis madu yang tidak terlalu besar, waktu penelitian yang singkat, dan faktor stress. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian madu personde dengan dosis 1ml/hari, 2ml/hari, dan 3ml/hari terhadap perubahan gambaran histopatologi ginjal tikus wistar yang telah diinduksi metanol. Pada kelompok kontrol negatif tidak terdapat perubahan gambaran histopatologi, sedangkan pada kelompok kontrol positif terdapat perubahan histopatologis yang sangat signifikan. Dosis pemberian madu berpengaruh terhadap perubahan gambaran histopatologi ginjal yang diinduksi metanol. Hal ini ditunjukkan semakin tinggi pemberian dosis madu maka skor presentasi kerusakan sel ginjal yang diinduksi metanol semakin menurun. ix

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSEMBAHAN... ii HALAMAN MOTO... iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN PEMBIMBINGAN... v HALAMAN PENGESAHAN...vi RINGKASAN... vii PRAKATA... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL...xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan dan Manfaat... 3 1.3.1 Tujuan Penelitian... 3 1.3.2 Manfaat Penelitian... 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metanol... 5 2.1.1 Metabolisme Metanol... 5 2.1.2 Keracunan Metanol... 6 2.2 Ginjal... 8 2.2.1 Struktur Anatomi Ginjal... 9 2.2.2 Histologi Ginjal... 11 2.2.3 Cedera Tubulus Proksimal... 12 2.2.4 Faktor yang Berpengaruh pada Kerusakan Ginjal... 13 2.3 Madu... 14 xii

2.3.1 Karakteristik Madu... 15 2.3.2 Komposisi Madu... 16 2.3.3 Fungsi Madu... 17 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian... 18 2.5 Hipotesis... 19 BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 20 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 20 3.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel... 20 3.4 Rancangan Penelitian... 21 3.5 Variabel Penelitian... 22 3.5.1 Variabel Bebas... 22 3.5.2 Variabel Terikat... 22 3.5.3 Variabel Terkendali... 22 3.6 Definisi Operasional... 23 3.7 Alat dan Bahan... 24 3.7.1 Alat... 24 3.7.2 Bahan... 24 3.8 Prosedur Penelitian... 25 3.8.1 Adaptasi Hewan Coba... 25 3.8.2 Pembagian Kelompok Perlakuan... 25 3.8.3 Pelaksanaan Penelitian... 25 3.9 Analisis Data... 28 3.10 Etika Penelitian... 28 3.11 Alur Penelitian... 29 BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Analisa Sampel... 30 4.2 Analisa Deskriptif... 30 4.3 Analisa Statistik... 31 4.4 Pembahasan... 33 xiii

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 36 5.2 Saran... 36 DAFTAR PUSTAKA... 37 LAMPIRAN... 37 xiv

DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Metabolisme Metanol... 6 2.2 Mekanisme cedera ginjal akut akibat metanol... 8 2.3 Struktur Anatomi Ginjal... 9 2.4 Struktur Nefron Ginjal... 11 2.5 Struktur Histologi Ginjal... 12 2.6 Degenerasi Tubulus Ginjal... 13 3.1 Rancangan Penelitian... 21 3.2 Alur Penelitiaan... 29 4.1 Rerata Perubahan Gambaran Histopatologi Ginjal... 37 xv

DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Komposisi Madu Rata-rata di Indonesia... 16 3.1 Skor Presentasi Sel Ginjal Abnormal (%) dengan kriteria Venien et al... 24 4.1 Analisis deskriptif sel ginjal tikus wistar...30 4.2 Hasil uji normalitas Saphiro-Wilk...31 4.3 Nilai p pada uji Kruskal-Wallis tiap kelompok...32 4.4 Nilai p pada uji Mann Whitney tiap kelompok...32 xvi

DAFTAR LAMPIRAN Halaman A. Hasil Perhitungan Sel Ginjal...40 B. Gambaran Perubahan Histopatologi Ginjal... 41 C. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas... 44 D. Hasil Uji Statistik Kruskal-Wallis... 45 E. Hasil Uji Post Hoc (Mann Whitney)... 46 F. Persetujuan Komisi Etik... 51 xvii