BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi. Di

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang ada. Namun di sisi lain sastra merupakan karya cipta yang bukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antar individu yang satu dengan yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tentu diperlukan demi pembinaan manusia (siswa) yang cerdas, jujur, berdisiplin,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia, sehingga memegang. pada keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru berusaha mengatur lingkungan belajar agar dapat

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan. daya manusia yang handal dan berwawasan yang

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di kelas V SDN. Cisitu 2

garis awal atau start sampai dengan finish atau rencana dan pengaturan tentang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dengan melibatkan unsur-unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. berfikir, menalar, menghayati, kehidupan dan alat komunikasi. suara atau tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

Transkripsi:

BAB 4 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan karya akhir ini dapat disimpulkan bahwa materi ajar cerpen adalah subtansi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran sastra tingkat MTs. Materi tersebut disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa dan rambu-rambu yang terdapat dalam kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran memberi peluang kepada guru untuk memilih dan mengembangkan materi ajar sesuai dengan kompetensi siswanya. Materi ajar terkait dengan dukungan metode pembelajaran yang tepat. Metode merupakan bagian dari komponen pengajaran yang menduduki posisi penting. Dengan penggunaan metode yang tepat, proses pembelajaran akan mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, diharapkan apresiasi sastra, khususnya cerpen bagi guru dan siswa semakin baik. Materi pembelajaran cerpen merupakan sumber belajar bagi peserta didik. Materi tersebut mempunyai pesan-pesan dan tujuan yang akan dicapai bersama peserta didik. Karena itu, materi cerpen tidak harus terfokus pada buku paket saja tetapi dapat diperoleh dari berbagai sumber lainnya. Sumber-sumber tersebut, antara lain dari media cetak (buku-buku, koran, dan, majalah) dan media elektronik (TV, CD, DVD, dan internet). Materi cerpen dapat bermanfaat dan bermakna terhadap kebutuhan peserta didik. Materi tersebut sesuai dengan kebutuhannya dan akan memotivasi peserta didik untuk mempelajarinya. Pembelajaran cerpen tersebut dapat menumbuhkan kepekaan jiwa dan mengagumi keindahan. Dengan demikian, dalam diri peserta didik muncul kreativitas-kreativitas seni yang dapat dikembangkan. Pengalaman batiniah siswa dan pengalaman intelektual mereka menjadi kaya yang pada akhirnya berdampak kepada kemampuan memahami makna kehidupan ini dengan lebih baik. Materi cerpen sebagai sarana dalam memahami suatu budaya. Di dalam materi cerpen terkadang terdapat berbagai corak budaya yang di tuliskan oleh pengarangnya. Latar belakang budaya pengarang mempengaruhi karya yang disampaikan. Dengan demikian, karya sastra khususnya cerpen sebagai materi ajar 79

80 turut memperkenalkan istilah atau konsep suatu budaya kepada peserta didik. Secara tidak langsung, peserta didik akan bertambah pengetahuan tentang suatu budaya sehingga akan memperluas wawasan berpikir mereka. Guru dapat melakukan persiapan materi cerpen dengan melakukan analisis struktur materi cerpen tersebut sebelum disampaikan dalam proses pembelajaran. Dengan analisis tersebut, guru dapat memahami satu kesatuan unsur yang membangun karya tersebut. Guru akan lebih mudah mempersiapkan rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi tersebut juga dapat dipahami dan direspon oleh peserta didik sehingga mereka merasa pembelajaran cerpen merupakan materi ajar yang menyenangkan dan tidak memberatkan bagi mereka. Dalam pembelajaran cerpen, metode adalah suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Di dalam pengajaran sastra, metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses belajar-mengajar. Dengan metode yang tepat, Guru dapat memahami cara melakukan kegiatan pembelajaran secara prosedural sehingga penggunaan metode tersebut akan turut menentukan efekivitas dan efisiensi pembelajaran. Proses kegiatan belajar mengajar, guru tidak terpaku dengan hanya menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya dapat menggunakan beberapa metode yang bervariasi agar pengajaran tidak membosankan. Dengan menggunakan metode yang bervariasi. Dapatlah dipahami, bahwa penggunaan metode yang bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar-mengajar. Metode diskusi merupakan salah satu pembelajaran cerpen yang terpusat pada proses respon siswa terhadap materi ajar yang dibacanya. Kegiatan berdiskusi dimulai dengan cara guru merespon siswa dengan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan teks materi. Kenyataan yang menarik dengan metode ini adalah hadirnya dua keuntungan, yaitu kesempatan saling belajar antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru secara resiprokal (saling berbalasan).

81 Jelasnya, siswa belajar dari siswa, sedangkan siswa belajar dari guru, dan keduanya belajar dari materi teks yang dibaca. Karakteristik diskusi secara unik menawarkan pembinaan iklim kemitraan antara guru dan siswa sehingga kedua belah pihak dapat berbagi rasa dan pengalaman batin dalam pemahaman dan penafsiran pesan-pesan di dalam teks materi yang dipelajari bersama. Dengan menggunakan metode diskusi, materi cerpen dapat difungsikan sebagai wahana latihan keterampilan berbahasa, yang terdiri dari kompenen menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Teknik pertanyaan menggali (probing question) memungkinkan penajaman keterampilan apresiasi sastra dan keterampilan berbahasa tersebut. Metode diskusi menganut prinsip belajar bernuansa karakteristik abad informasi, yang seyogianya menjadi panutan guru sastra. Metode berikutnya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran cerpen adalah inkuiri. Siswa mencari dan meneliti masalah yang dihadapi secara mandiri atau berkelompok. Siswa diharapkan mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan pada setiap akhir pertemuan. Mereka berdebat, menyanggah, dan mempertahankan pendapatnya. Inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya dalam pembelajaran. Pada diri siswa akan tumbuh sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, dan terbuka. Beberapa keunggulan yang terdapat pada metode inkuiri, antara lain mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja sistematik. Siswa dapat berfikir dengan kritis, intuitif, dan merumuskannya dengan tepat. Adanya suatu kepuasan yang bersifat intrinsik dan siswa tidak melakuan kegiatan pembelajaran secara tradisional (duduk, diam dan mendengarkan dengan baik penjelasan guru) tetapi siswa melakukan, memikirkan, berdiskusi, mem-formulakan, dan memutuskan berdasarkan argumen yang dapat dipertanggung-jawabkan oleh mereka. Metode inkuiri sangat tepat dalam pembelajaran cerpen untuk menstimulus bakat-bakat kreativitas siswa. Misalnya, di dalam pembelajaran cerpen memunculkan emosi, kognitif, efektif, psikomotor, dan komponen-komponen yang irasional kreatif. Siswa melakukan berbagai macam fomula untuk membuka

82 inteligensi dan mengembangkan daya kreativitas. Siswa diberi peluang mengapresiasi materi pembelajaran dengan ber-inkuiri secara kreatif sehingga timbulah ide-ide kreatif. Metode selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah sosiodrama atau bermain peran. Dalam kegiatan pembelajaran ini, peristiwa-peristiwa psikologi atau sosial yang sukar untuk dipahami oleh siswa dapat dilakukan dengan metode ini. Hal ini perlu suatu aksi yang dapat dilakukan dengan menghayati peristiwa dan pelaku peristiwa tersebut dalam konteks pembelajaran yang atraktif dan emotif. Siswa mencoba memahami berbagai peristiwa psikologi dan sosial, hal ini dapat dilakukan dengan pembelajaran menggunakan metode sosiodrama atau bermain peran (roll-playing). Dengan metode sosiodrama (bermain peran), siswa dapat memahami perasaan orang lain; sikap tenggang rasa dan toleransi. Siswa dapat belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain. Dalam situasi itu, mereka harus bisa memecahkan masalahnya. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama di dalam diri peserta didik. Fungsi lain dari metode ini adalah bahasa siswa dapat dibina menjadi berbahasa yang baik dan mudah dipahami orang lain. Siswa dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa menghayati sendiri permasalahannya. Siswa yang menonton tidak pasif tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik. Di samping itu, materi dan metode pembelajaran cerpen perlu didukung dengan penyediaan buku-buku sastra yang diperlukan. Perpustakaan sekolah sebenarnya dapat menyediakan buku-buku tersebut sebagai persyaratan minimal. Jika tidak, apresiasi dan pemahaman siswa terhadap sastra akan sangat gersang dan miskin karena mereka hanya mengandalkan pada bahan yang diberikan oleh guru. Para guru memerlukan adanya buku penunjang dalam mempersiapkan materi pembelajaran dan pengetahuan lainnya. Buku-buku tersebut juga

83 diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi guru dan siswa untuk memperluas wawasan pemahaman kajian sastra yang baik. Guru sastra diharapkan dapat lebih kreatif lagi dalam merancang program pembelajaran bagi tumbuhnya apresiasi siswa terhadap sastra. Hal-hal tersebut perlu diupayakan secara gradual, tetapi intens dan sinergis. Artinya, guru bersama-sama siswa berupaya lebih terbuka dalam menerima karya sastra sebagai karya yang mengandung banyak kemungkinan. Sebaliknya kondisinya akan semakin celaka, bila guru sastra menjadi putus asa dalam menghadapi faktorfaktor internal yang tidak kondusif itu kemudian bersikap masa bodoh. Atau mereka kembali menyatakan dengan berang, bahwa apapun metode pengajarannya, siswa-siswa pasti akan menghadapi sistem ujian akhir sekolah, ujian akhir nasional, dan tes masuk perguruan tinggi, jalan yang gampang bagi para siswa adalah menghapalkan! Namun demikian, guru sastra yang baik harus terus berusaha membimbing siswa untuk berminat terhadap karya sastra. Pada akhirnya, metode yang penulis deskripsikan pada karya akhir ini, dapat kiranya diterapkan pada jenjang MTs dan dapat juga diterapkan pada jenjang yang lebih tinggi. Namun, perlu penyesuaian dengan materi yang disampaikan. Diskusi sastra tidak mungkin berlangsung mulus tanpa proses kemauan berbuat dan berpikir. Metode yang penulis sampaikan menuntut kemampuan berpikir kreatif dan atraktif dalam iklim belajar yang sehat, kondusif, hangat, tertantang, dan antusias dari semua pihak yang terlibat.