BAB I PENDAHULUAN. satu upayanya adalah melalui pendidikan. harus berorientasi pada wawasan kehidupan mendatang. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap perkembangan di semua aspek kehidupan. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya zaman, pendidikan menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB II KAJIAN TEORETIS. akan di jelaskan dengan terperinci mengenai : Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communicare yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Sejauh kita memandang maka harus sejauh itulah kita

BAB I PENDAHULUAN. hambatan tersebut akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan. mudah untuk menyampaikan suatu pendapat. Anak dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. aktif dan interaktif, karena guru berinteraksi langsung dengan siswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang. pendidikan mulai dari SD hingga SLTA ataupun SMK.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh : SABARNO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2005, tentang tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diperhatikan guru dan siswa. Pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang mementingkan bagaimana mendapatkan nilai bagus dan lulus ujian tanpa

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

yang maksimal diperlukan suatu metode atau model pembelajaran yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi mewarnai dan menjadi salahsatu faktor penting penunjang aktifitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) hingga jenjang perguruan tinggi. Seorang guru yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. A. Pengaruh model pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat berpengaruh terhadap perkembangan di semua aspek kehidupan. Dalam hal ini diperlukan sumber daya manusia yang handal, yang memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya dengan baik. Selain itu, manusia dituntut untuk dapat menambah kapabilitas dan kompetensi yang sudah ada dalam dirinya. Salah satu upayanya adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan sehingga pelaksanaan pendidikan harus berorientasi pada wawasan kehidupan mendatang. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang berkualitas dicetak untuk menjadi penggerak kemajuan dan kemakmuran bangsa. Dalam pendidikan di indonesia, matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib di jenjang sekolah dasar hingga menengah. Matematika dinilai cukup memiliki peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ruseffendi (Sutrisno, 2011:1) Matematika merupakan Queen and Servant of Science. Maksudnya adalah Matematika selain sebagai pondasi bagi ilmu 1

2 pengetahuan lain juga sebagai pembantu bagi ilmu pengetahuan yang lain, khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan tersebut. Tujuan pembelajaran matematika menurut Depdiknas (Nuraine, 2011:1) adalah: 1. Berlatih cara berfikir dan menarik kesimpulan. 2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang mengembangkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran devergan, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dugaan dan mencoba-coba. 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan. Berdasarkan uraian di atas, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan siswa dalam komunikasi matematika. Komunikasi dalam matematika merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembelajaran matematika. Sebagian besar pelajar di Indonesia masih merasa kesulitan dalam mengkomunikasikan matematika, hal tersebut dikarenakan kurang menariknya cara pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik atau guru. Komunikasi matematika dapat dilakukan dengan baik apabila guru yang mengajarkannya mempunyai model yang membuat siswa menjadi lebih tertarik dan menjadi aktif selama pembelajaran berlangsung. Dengan cara tersebut kemungkinan besar siswa akan lebih mudah untuk memahami saat pembelajaran matematika. Sebagaimana di ungkapkan Astuti (Jusep, 2012:3), Salah satu peran dan tugas guru dalam rangka memaksimalkan kesempatan belajar siswa adalah memberikan kebebasan berkomunikasi pada siswa untuk menjelaskan idenya dan mendengarkan ide temannya. Dengan komunikasi matematika, siswa dapat mengemukakan ide cerita dengan cara

3 mengkomunikasikan pengetahuan matematika yang dimiliki baik secara lisan maupun tulisan. Pendapat lain yang mengungkapkan komunikasi menjadi salah satu bagian terpenting dalam pembelajaran matematika, di ungkapkan oleh Lindquist (Widyaningrum, 2012:3), Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar dan meng-assess matematika. Sehingga komunikasi pun menjadi bagian penting dalam proses belajar pembelajaran. Namun matematika yang begitu diagungkan ini cenderung tidak disukai oleh sebagian besar pelajar di Indonesia. Penyebab tidak disukainya matematika karena berbagai faktor. Salah satu yang menjadi permasalahan dalam mempelajari matematika yaitu karakteristik matematika yang mempunyai objek yang bersifat abstrak. Menurut Hujono (Sutrisno, 2011:1), Penyebab dari sikap negatif siswa terhadap matematika tersebut diakibatkan karena matematika merupakan ide abstrak yang tidak dapat begitu saja dipahami oleh siswa. Ide abstrak tersebut perlu dinyatakan kedalam bentuk komunikasi sehingga lebih mudah dipahami siswa. Penjelasan tersebut diungkapkan pula oleh Wahyudin (Sutrisno, 2011:1), Hingga saat ini matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

4 Faktor lain penyebab sikap negatif siswa yaitu pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Bagi guru yang biasanya hanya menggunakan strategi belajar dengan menggunakan satu model. Maka guru bisa memilih model pembelajaran seperti apa yang cocok untuk digunakan dalam proses belajar mengajar pada siswanya agar tercapainya tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang paling banyak digunakan yaitu model yang dalam pelaksanaan menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Akan tetapi menggunakan model itu, siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran. Guru yang pada awalnya berperan sebagai pemberi materi dalam pemembelajaran matematika, mungkin akan lebih baik apabila siswa ikut berperan dalam proses pembelajaran. Tidak tertutup kemungkinan, materi pelajaran dibawa oleh siswa, baik oleh perorangan atau oleh kelompok. Jadi guru dalam hal ini bertindak sebagai penasihat untuk melihat jalannya proses belajar mengajar tersebut, siswa aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif adalah Model Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending (CORE) merupakan sebuah model diskusi yang mencakup empat proses yaitu

5 Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending. Dengan Connecting siswa diajak untuk menghubungkan pengetahuan baru yang akan dipelajari dengan pengetahuannya terdahulu. Organizing membawa siswa untuk dapat mengorganisasikan pengetahuannnya. Kemudian dengan Reflecting, siswa dilatih unutk dapat menjelaskan kembali informasi yang telah mereka dapatkan. Terakhir, yaitu Extending diantaranya dengan kegiatan diskusi, pengetahuan siswa akan diperluas. Sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Ningsih (2012:4), dengan hasil Penelitian kemampuan berfikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE) lebih baik dari pada yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil penelitian lain oleh Hafsari (2014:4), dengan hasil penelitian kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Student Team Heroic Leadership (STHL) lebih baik dari pada yang memperoleh pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Model Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang terjadinya masalah yang telah dipaparkan penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Siswa masih mengangap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. 2. Masih banyak dijumpai siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. 3. Komunikasi matematis siswa masih rendah sehingga perlu adanya peningkatan. 4. Model pembelajaran belum bervariasi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalahnya adalah: a. Apakah komunikasi matematis siswa SMA yang menggunakan model Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE) lebih baik daripada yang menggunakan model pembelajaran biasa? b. Bagaimana sikap siswa SMA terhadap penggunaan model pembelajaran Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE) dalam pembelajaran matematika? D. Batasan Masalah Pembatasan masalah ini sangat diperlukan untuk mempermudah atau memfokuskan penelitian. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan di atas sebagai berikut: a. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X SMA Kartika IXI-1 Bandung.

7 b. Sesuai dengan judul penelitian Pengaruh Penggunaan Model Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA. Dengan Connecting yaitu menghubungkan materi lama dengan materi yang baru, penulis memilih materi yang akan diteliti adalah pokok bahasan fungsi kuadrat dimana mengonesikan dengan materi sebelumnya yaitu persamaan kuadrat dalam materi persamaan dan fungsi kuadrat. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui apakah komunikasi matematis siswa SMA yang menggunakan model pembelajaran Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE) lebih baik daripada yang menggunakan model pembelajaran biasa. 2. Mengetahui sikap siswa SMA terhadap penggunaan model pembelajaran Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE) dalam pembelajaran matematika. F. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat antara lain:

8 a. Bagi Peneliti Dengan penelitian ini, penulis mengharapkan adanya perolehan pengetahuan yang berhubungan dengan penggunaan model pembelajaran Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE). b. Bagi Siswa Dengan penggunaan model pembelajaran Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE), diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika sehingga komunikasi matematis siswa meningkat. c. Bagi Guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan guru dapat mengetahui pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan komunikasi matematis siswa. G. Definisi Operasional Beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda tentang istilah yang digunakan dalam penelitian. Selain itu untuk memudahkan peneliti dalam menuangkan gagasangagasannya dan dapat bekerja lebih terarah. 1. Model Pembelajaran Connecting Organizing Reflexting Extending (CORE) Model pembelajaran CORE yaitu model pembelajaran yang mencakup empat aspek kegiatan yaitu connecting, organizing, reflecting, dan extending. Adapun keempat aspek tersebut adalah :

9 a. Connecting (C), Merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan informasi baru dan antar konsep. b. Organizing (O), Merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi. c. Reflecting (R), Merupakan kegiatan memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasiyang sudah didapat. d. Extending (E), Merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan. 2. Model Pembelajaran Biasa Model pembelajaran biasa adalah model pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah yang sedang diteliti. Pada hal ini model pembelajaran yang dimaksud yaitu Problem Based Learning (PBL). Menurut Shoimin (2013:129), PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. 3. Komunikasi Matematis komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling berhubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.

10 H. Struktur Organisasi Skripsi Gambaran mengenai keseluruhan skripsi dan pembahasannya dapat dijelaskan dalam sistematika penulisan sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II Kajian Teoritis Bagian ini membahas mengenai kajian teori, analisis dan pengembangan materi pembelajaran, penelitian yang relevan yang menunjang dan kerangka pemikiran. 3. Bab III Metode Penelitian Bagian ini membahas mengenai komponen dari metode yaitu metode penelitian, desain penelitian, lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan rancangan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian Bagian ini membahas mengenai pencapaian hasil dan pembahasannya. 5. Bab V Simpulan dan Saran Bagian ini membahas mengenai penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian.