BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. 1 Anak adalah bagian

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PANDAHULUAN. berusaha memposisikan secara positif kedudukan, fungsi dan peranan. sendiri, merupakan sejarah yang unik.

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ke arah yang lebih baik yaitu arah yang menunjukkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

Pencatatan Nama Orang Tua Bagi Anak Yang Tidak Diketahui Asal-usulnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 53 TAHUN No. 53, 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SEKOLAH RAMAH ANAK

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Usia Pekerja Jumlah Pekerja Tahun Survei Tahun Tahun ±

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 dan Konfensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hak-hak Anak. Dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. 1 Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Demikian pula dalam rangka penyelenggaraan Perlindungan Anak, Negara dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan 1 Penjelasan umum Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Fokusmedia, 2007, Bandung, hlm.35 1

2 fasilitas dan aksesbilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dan terarah. 2 Akhir-akhir ini berita tentang kekerasan terhadap anak semakin marak saja. Ada orang tua yang menyetrika kaki anaknya, menyiram dengan air panas, pemerkosaan terhadap anak kandung atau anak tiri oleh sang bapak dan juga pemukulan bahkan pembunuhan. Ada juga dalam bentuk non fisik, seperti kurangnya perhatian dan kasih sayang, memarahi anak hampir setiap saat, sebagai pengamen jalanan, dan diusir keluar rumah. Latar belakang kekerasan bermacam-macam, bila ditinjau dari sisi mikro ada yang menyebutkan si anak memang bandel atau susah diatur, pola asuh yang salah, pelampiasan emosi orang tua akibat himpitan ekonomi, dan karena tidak sadar ketika melakukan kekerasan. Sedangkan dari sisi makro kondisi kemerosotan sosial ekonomi, lemahnya penegakkan hukum, seringnya tayangan dan tampilan media tentang kekerasan dan seks, dan kurangnya sosialisasi penumbuhan rasa kasih sayang sesama dan perdamaian, semua hal-hal tersebut dapat ikut memicu terjadinya kekerasan pada anak. Sang anak menjadi korban penyimpangan kehidupan sosial yang jauh dari nilai-nilai luhur. Posisinya dalam keluarga dan luar keluarga menjadi lemah, akibatnya terjadilah anak-anak putus sekolah dan anak-anak jalanan yang tidak tahu arah tujuan, maka dalam kondisi seperti itu cukup banyak kejadian kriminal yang dilakukan anak-anak saat ini. 2 Ibid, hlm.36.

3 Semua bermuara pada gagalnya penerapan pola asuh pada anak untuk membangun rasa dan prilaku saling sayang orang tua-anak. Memanjakan dan memarahi anak berkelebihan dapat berakibat buruk bagi masa perkembangan anak. Wibawa orang tua akan semakin berkurang ketika fungsi kontrol orang tua pada anak semakin melonggar, dengan kata lain sang anak melihat orang tuanya itu tidak mempunyai daya tolak ketika sang anak meminta apapun. Sekali ditolak maka akan timbul protes keras sampai timbul kekerasan. 3 Tindakan orang tua atau orang dewasa terhadap anak-anak ini, menarik perhatian pemerintah sebagai penyelenggara Negara ini. Pemerintah melihat anak-anak perlu dilindungi oleh Negara, bersama wakil rakyatnya yang duduk dikursi Dewan Perwakilan Rakyat. Pemerintah membahas dan menetapkan sebuah Undang-undang yang mengatur tentang Perlindungan Anak yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Lahirnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, merupakan langkah penting terhadap pemenuhan hak-hak anak yang perlu dilindungi oleh Negara. Undang-undang ini mengatur tentang keberadaan anak, hak-hak dasar atas lingkungan keluarga dan pengasuhan yang sehat dengan kualitas pendidikan yang baik serta perlindungan dari keadaan yang membahayakan, misalnya kekerasan, pelecehan, perdagangan, dan pengguna obat-obat terlarang. Lebih lanjut lagi, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyediakan perlindungan khusus bagi anak-anak 3 http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/02/kekerasan-dalam-keluarga/)

4 yang terjebak dalam keadaan khusus, misalnya anak-anak yang berhadapan dengan hukum ( Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002). Perlindungan khusus yang menyangkut kekerasan terhadap anak tercantum dalam Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, yang berisi : Perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan, meliputi kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Dilakukan melalui upaya: a. penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang melindungi anak korban tindak kekerasan dan b. pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi. Aparat penegak hukum perlu mengimplementasikan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tersebut dalam penanganan kasus-kasus yang berkaitan langsung dengan tindakan kekerasan terhadap anak. Anak-anak yang menjadi korban kekerasan juga membutuhkan perlindungan hukum. Perlindungan hukum merupakan upaya agar anak terlindungi haknya, karena anak merupakan pihak yang tidak seharusnya terlibat dalam dunia kekerasan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

5 1. Bagaimanakah bentuk perlindungan yang diberikan oleh Lembaga Perlindungan Anak pada perkara anak korban tindak kekerasan dalam keluarga? 2. Kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Lembaga Perlindungan Anak dalam memberikan perlindungan terhadap anak korban tindak kekerasan dalam keluarga? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai bentuk perlindungan yang diberikan oleh Lembaga Perlindungan Anak pada perkara anak korban tindak kekerasan dalam keluarga. 2. Untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh Lembaga Perlindungan Anak dalam memberikan perlindungan terhadap anak korban tindak kekerasan dalam keluarga. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di dalam latar belakang masalah, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Obyektif

6 Bagi Ilmu Pengetahuan, penelitian tentang Peran Lembaga Perlindungan Anak Pada Perkara Anak Korban Tindak Kekerasan Dalam Keluarga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi orang banyak sehingga dapat juga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang Perlindungan Anak. 2. Manfaat Subyektif a. Bagi Pemerintah Penelitian ini bertujuan agar pemerintah lebih peduli dalam memberikan maupun menegakkan perlindungan kepada anak khususnya terhadap Tindak Kekerasan Dalam Keluarga b. Bagi Masyarakat Penelitian ini bertujuan agar masyarakat lebih mengetahui adanya hakhak anak yang perlu dilindungi dan dijaga. c. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis terutama mengenai Perlindungan Anak serta merupakan salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi Hukum. E. Batasan Konsep Dari penelitian ini, batasan konsep diperlukan untuk memberi batas dari berbagai pendapat yang ada, agar substansi atau kajian dari penulisan

7 hukum ini tidak melebar atau menyimpang mengenai konsep tentang Peran Lembaga Perlindungan Anak Pada Perkara Anak Korban Tindak Kekerasan Dalam Keluarga. Batasan konsep yang ada antara lain: 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2. Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, Advokat, Lembaga Sosial, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan 3. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 4. Lembaga adalah badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. 5. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suamiistri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga yg mempunyai hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau kebawah sampai dengan derajat ketiga.

8 6. Kekerasan dalam rumah tangga ialah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/ penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang berfokus pada norma hukum positif dan dilakukan dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 2. Sumber Data Sumber data yang dipergunakan yakni: a. Bahan Hukum Primer Sumber data yang berupa peraturan perundang-undangan yang secara langsung berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, berupa hukum positif yang berlaku di Indonesia, antara lain: 1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109

9 2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95 3) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143 4) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1 5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165 b. Bahan Hukum Sekunder Sumber data meliputi buku-buku, artikel, website, pendapat para pakar hukum yang berhubungan dengan Perlindungan Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan Dalam Keluarga 3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan wawancara dengan nara sumber, guna mengumpulkan bahan hukum. Wawancara dilakukan di Lembaga Perlindungan Anak di Yogyakarta yang merupakan salah satu lembaga yang memberikan perlindungan terhadap anak.

10 4. Metode Analisis Data Dalam pembuktian dan pengkajian yang ada, maka digunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode analisis data yang didasarkan pada pemahaman dan pengelolahan data secara sistematis yang diperoleh melalui hasil wawancara dan penelitian kepustakaan. Bahan hukum primer yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dideskripsikan. Tugas ini memaparkan isi maupun struktur hukum positif yang terkait dengan masalah yang diteliti. Interpertasi yang dipergunakan adalah interpertasi gramatikal, yakni mengartikan suatu term hukum atau suatu bagian kalimat menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum, interpertasi sistematis dengan titik tolak dari sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum, interpertasi teleologi setiap interpertasi pada dasarnya adalah teleologi. Bahan hukum primer dibandingkan dengan bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku, artikel, pendapat pakar hukum, diperoleh pemahaman, diperoleh persamaan pendapat atau diperoleh perbedaan pendapat. Sehubungan dengan penarikan kesimpulan digunakan penalaran secara deduksi, yakni metode yang bertolak dari posisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus guna menjawab permasalahan tentang bentuk perlindungan yang diberikan oleh Lembaga Perlindungan Anak terhadap anak dari tindak kekerasan dalam keluarga dan kendala-kendala yang timbul dalam

11 memberikan perlindungan terhadap anak dari tindak kekerasan dalam keluarga. G. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan Hukum ini disusun secara sistematis dalam bab per bab yang saling berhubungan dengan tujuan agar terwujud penulisan hukum yang menghasilkan keterangan yang jelas dan sistematis. Bab-babnya sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum. Bab II : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Kekerasan Merupakan bagian pembahasan yang menguraikan tentang sub-sub variabel yang terdapat dalam penelitian Hukum/ Skripsi ini yang meliputi peraturan dan analisis. Adapun rincian bagian pembahasan ini adalah terdiri dari pertama: mengenai Perlindungan Anak, yang meliputi pengertian anak, hak anak, dan pengertian perlindungan anak. Kedua: mengenai Keluarga, meliputi pengertian keluarga, kehidupan keluarga, dan fungsi keluarga. Ketiga: mengenai Kekerasan, meliputi pengertian kekerasan, macam-macam kekerasan dan penanggulangan kekerasan terhadap anak. Keempat: mengenai hasil penelitian.

12 Bab III : Penutup Merupakan bagian yang terdiri dari kesimpulan berupa pernyataan singkat atas temuan penelitian yang merupakan jawaban atas permasalahan dan saran sebagai upaya solusi berdasarkan temuan persoalan dalam penelitian Hukum/ Skripsi ini.