BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan,

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

B. Kategori Tunggal Kategori yg menampilkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh

BAB III METODE PENELITIAN

KETAHANAN (ENDURANCE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN

METODE MELATIH TEKNIK DAN TAKTIK DALAM PENCAK SILAT. Oleh: Awan Hariono

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multi budaya dan keanekaragaman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

BAB I PENDAHULUAN. gerakan badan. Jadi, olahraga berarti gerak badan atau aktivitas jasmani. Olahraga

BAB I A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Asia setelah diselenggarakanya Kejuaraan Dunia Pecak Silat1 di Jakarta pada

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina

BAB I PENDAHULUAN. Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu

KATEGORI TANDING SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Games, Asian Beach Game, dan Kejuaraan Dunia, Gerakan dasar pencak silat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI KONDISI FISIK ATLET IPSI KABUPATEN JOMBANG KATEGORI TANDING PUTRA

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI DOMINAN DALAM PERTANDINGAN PENCAK SILAT KATEGORI TANDING SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. selain sebagai seni kebudayaan juga sebagai pertahanan diri, banyak manfaat dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Permainan sepakbola yang searah dengan filosofi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang di sebut IPSI ( Ikatan Pencak Silat Sealuruh Indonesia ).

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (IPSI) didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang di

MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA. Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

RIZQI DAHLIA A. LASANDRE HENDRO KUSWORO SURIYADI DATAU

PENGEMBANGAN BIOMOTOR 1 (KECEPATAN)

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. kerjasama yang baik untuk membentuk suatu tim. Kecerdasan dalam mangatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN TIM SEPAKBOLA BAPOMI DIY PADA PEKAN OLAHRAGA MAHASISWA NASIONAL KE-XIII DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROBABILITAS TENDANGAN KE ARAH BADAN DAN MUKA TERHADAP PELUANG POIN PADA PERTANDINGAN TAEKWONDO SIMULASI PRA KUALIFIKASI PORDA XI 2010

LARANGAN, PENILAIAN, DAN PENENTU KEMENANGAN.

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015 PENGARUH LATIHAN STABILISASI TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KEUMGANG) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS KECEPATAN DAPAT DILIHAT PADA GRAFIK BERIKUT:

2015 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN DINAMIS DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KORYO) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kegiatan melatih seorang pelatih harus mempunyai parameter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh

PENGARUH PELATIHAN DECLINE PUSH-UP TERHADAP KECEPATAN PUKULAN LURUS PADA SISWA EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT MADRASAH ALIYAH NEGERI BATUDAA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gulat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri individu. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya olahraga itu sendiri. Menurut Sumarjo (2002) yang dikutip Deva

BAB I PENDAHULUAN. secara menyeluruh, karena antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh para pakar dan pendekarnya pencak silat.

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Prestasi Indonesia pada Sea Games (Tahun ) (Sumber: Dikdik Zafar Sidik, 2010: 1)

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

PERIODISASI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013

2014 PENGARUH METODE LATIHAN SMALL SIDED GAMES DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS ANAEROBIK

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

Makalah Penjaskes Pencak Silat

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gaya bebas (free style) dan gaya greco-roman (Romawi-Yunani).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu ke waktu baik tingkat daerah propinsi maupun nasional dan internasional. Hal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan (Agung Nugroho, 2004: 15). Pencak silat dapat dibedakan menjadi 4 (empat) jenis yakni: (1) pencak silat mental spiritual, (2) pencak silat beladiri, (3) pencak silat seni, (4) pencak silat olahraga. Namun, dewasa ini pencak silat berkembang pesat pada jenis pencak silat untuk olahraga, artinya pencak silat yang dipertandingkan secara resmi dengan tujuan memperoleh prestasi. Pertandingan pencak silat dilaksanakan dalam empat kategori, yaitu kategori tanding, kategori tunggal, kategori ganda, dan kategori regu. Menurut Persilat (2012: 1) kategori tanding adalah pertandingan pencak silat yang menampilkan 2 (dua) orang pesilat dari sudut yang berbeda, keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu, menangkis/mengelak/mengena/menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus. Teknik yang digunakan dalam pertandingan kategori tanding sangat beragam, oleh karena itu diperlukan latihan yang intensif, teratur, terprogram dan terukur, sehingga dapat menguasai teknik dengan baik. 1

Pencak silat kategori tanding merupakan olahraga body contact, sehingga kemungkinan terjadinya cedera sangat tinggi pada saat pertandingan berlangsung. Untuk itu diperlukan kemampuan biomotor yang baik agar pesilat dapat melakukan setiap gerak teknik serangan maupun belaan dengan baik tanpa mengalami cedera yang berarti. Adapun komponen biomotor yang diperlukan dalam pencak silat kategori tanding adalah ketahanan, kekuatan, kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas (Awan Hariono, 2005: 429). Aspek yang mendukung dalam pencapaian prestasi puncak dalam pertandingan pencak silat kategori tanding diantaranya adalah fisik, teknik, taktik, dan mental. Agung Nugroho (2000: 92) menyebutkan bahwa aspek fisik merupakan faktor pertama dalam olahraga pencak silat karena fisik yang baik akan mendukung aktivitas dalam pencapaian prestasi maksimal. Kualitas fisik antara lain ditentukan oleh kebugaran otot dan kebugaran energi. Menurut Awan Hariono (2006: 41) kebugaran otot mencakup komponen biomotor yaitu kekuatan, ketahanan, kecepatan, fleksibilitas, dan koordinasi. Sedangkan kebugaran energi mencakup sistem energi aerobik dan sistem energi anaerobik. Secara garis besar komponen biomotor dalam pencak silat dipengaruhi oleh kebugaran energi. Selama ini belum ada penelitian yang mengungkapkan masalah kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat, khususnya dalam kategori tanding. Untuk menentukan persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan selama pertandingan pencak silat kategori tanding perlu mempertimbangkan antara lain: lamanya waktu pertandingan berlangsung, macam gerak yang dilakukan pesilat, irama gerak 2

yang terjadi, waktu recovery pada saat pertandingan berlangsung, dan interval antar babak (Awan Hariono, 2006: 34). Proses latihan fisik salah satunya untuk meningkatkan kemampuan sistem energi aerobik dan anaerobik pesilat, untuk dapat memberikan latihan tersebut pelatih harus mengetahui kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. Energi dominan yang digunakan dalam pencak silat kategori tanding berfungsi untuk menentukan jenis latihan yang dilakukan. Pelatih yang mengetahui sistem energi dominan akan dapat menyusun program latihan dengan metode, model dan pembebanan latihan yang tepat, sehingga kebugaran energi dapat ditingkatkan dengan tepat. Metode dalam latihan pencak silat adalah cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan latihan. Sedangkan model latihan dalam pencak silat adalah pola atau bentuk latihan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan latihan. Adapun pembebanan latihan adalah segala bentuk tuntutan dan rangsangan yang diberikan kepada pesilat dalam latihan yang dapat menimbulkan efek latihan (trainings effect) (Syafruddin, 2010. diunduh dari www.wordpress.com. pada tanggal 6 Juni 2014). Pada pertandingan pencak silat kategori tanding, perencanaan program latihan fisik perlu memperhatikan energi dominan yang digunakan, ketahanan sistem energi yang baik akan mempermudah pesilat melakukan serangkaian gerak teknik maupun melaksanakan taktik dalam pertandingan maupun dalam proses latihan, oleh karena itu kecepatan dalam melakukan serangkaian gerak teknik yang dilakukan pesilat akan bertahan lebih lama. Oleh karena dalam 3

pertandingan pencak silat kategori tanding gerakan teknik dilakukan dengan cepat dan mendadak dalam waktu yang singkat dan berulang-ulang selama 2 (dua) menit bersih sebanyak 3 (tiga) babak. Maka dibutuhkan penyelenggaraan sistem latihan yang baik, pemilihan rancangan program latihan dan metode latihan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan biomotor dan kebugaran energi, serta dapat mengurangi resiko cedera. Pelatih pencak silat kategori tanding dalam proses latihan fisik harus memperhatikan kebutuhan energi dominan yang digunakan, agar kondisi fisik yang akan di kembangkan dapat tercapai sesuai dengan periodisasi latihan. Namun pada kenyataannya, sebagian besar pelatih tidak memperhatikan kebutuhan energi dominan dalam proses berlatih melatih, hal ini dapat dilihat dari penerapan latihan yang dilakukan secara umum dalam setiap periode latihan, akibatnya prinsip kekhususan latihan dalam pencak silat kategori tanding tidak dapat tercapai dengan tepat. Bahkan masih ada pelatih yang beranggapan bahwa ketika seorang pesilat menjalani latihan harus selalu melebihi waktu kerja yang diperlukan saat bertanding. Oleh karena itu, diperlukan analisis mengenai kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat khususnya kategori tanding, sehingga penyusunan program latihan dapat disesuaikan menurut periodisasi latihan yang sedang dijalani. Pengetahuan pelatih dalam penggunaan energi dominan dapat menjadi pedoman pada penyusunan menu latihan fisik sesuai dengan periodisasi latihan sehingga pesilat dapat memiliki kemampuan aerobik dan anaerobik 4

yang baik, dengan begitu pesilat akan lebih mudah menggunakan berbagai macam teknik dan taktik dalam proses beralatih maupun bertanding secara berulang-ulang. Hal ini selaras dengan pertandingan pencak silat kategori tanding yang menggunakan berbagai macam teknik untuk mendapatkan nilai, serangkaian teknik serangan atau belaan dilakukan dengan cepat dan mendadak selama 3 babak penuh, oleh karena itu energi dominan yang digunakan harus betul-betul dipahami oleh seorang pelatih. Dalam proses berlatih yang berkaitan dengan kebutuhan energi dominan di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya kategori tanding secara keseluruhan belum dapat digunakan dengan tepat, pada kenyataan dilapangan masih terdapat pelatih yang hanya mengutamakan peningkatan komponen biomotor seperti kecepatan dalam melakukan salah satu teknik tanpa diimbangi terlebih dahulu dengan kapasitas kebugaran energi yang tepat, sehingga teknik-teknik yang digunakan hanya monoton. Kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding yang belum diketahui sebagian pelatih di Daerah Istimewa Yogyakarta mengakibatkan pesilat yang memiliki kondisi fisik baik didominasi dari salah satu perguruan tinggi saja, oleh karena itu sistem latihan dengan mengetahui kebutuhan energi dominan perlu diterapkan dalam upaya meningkatkan prestasi pesilat. Prestasi puncak dalam pencak silat kategori tanding dapat tercapai melalui sebuah proses latihan yang panjang, sistematis dan adanya pembebanan yang progresif. Proses latihan dapat dilakukan dengan adanya sebuah program latihan yang mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas. 5

Dengan adanya program latihan maka dosis latihan dan skala prioritas sasaran latihan telah disusun dengan sistematis. Agar terjadi proses adaptasi latihan maka prinsip progresif harus diterapkan dengan memperhatikan beban latihan yang akan diberikan. Dengan demikian, proses latihan untuk kebugaran energi harus disesuaikan dengan periode latihan sehingga kemampuan biomotor pun dapat meningkat secara seimbang. Aspek yang mendukung dalam pencapaian prestasi puncak dalam pertandingan pencak silat kategori tanding diantaranya adalah fisik, teknik, taktik, dan mental. Pada pencak silat kategori tanding, kemenangan dalam pertandingan ditentukan apabila pesilat mendapatkan nilai tertinggi sampai pertandingan berakhir. Nilai dalam pertandingan pencak silat dapat diperoleh jika serangan dilakukan dengan mantap dan tepat pada bidang sasaran yang diperbolehkan tanpa terhalang apapun, sehingga menghasilkan bunyi pada body protector. Untuk setiap serangan yang dilakukan oleh pesilat harus dilakukan dengan kuat dan cepat sehingga lawan tidak dapat menangkis, menghindar atau menangkap serangan tersebut. Untuk itu diperlukan kemampuan power yang bagus agar serangan yang dilakukan tidak dapat diantisipasi oleh lawan. Menurut Persilat (2012: 11) serangan yang dinilai pada pencak silat kategori tanding adalah serangan yang mengenai sasaran yang sah dengan menggunakan kaidah, mantap, dan bertenaga. Serangan dan pembelaan yang dilakukan harus berpola dari sikap awal (pasang), pola langkah, serta adanya koordinasi yang baik dalam melakukan serangan dan pembelaan. Oleh karena itu, pesilat harus mengembangkan pola bertanding sebelum melakukan fight 6

dengan dimulai dari sikap pasang, melakukan pola langkah untuk mengukur jarak ketika akan melakukan fight terhadap lawan, mengkoordinasikan serangkaian gerakan untuk melakukan serangan atau belaan, dan kembali pada sikap pasang. Artinya, dalam upaya mendekati lawan, pesilat tidak dibolehkan berlari maupun melompat melainkan harus menggunakan pola langkah. Gerak pesilat dalam melakukan pola langkah dan kaidah untuk mendekati lawan termasuk dalam gerak siklus atau dilakukan dengan terus menerus. Pada pencak silat kategori tanding, serangan sejenis dengan menggunakan tangan maupun kaki akan dinilai satu serangan. Artinya, teknik pukulan dan tendangan hanya dapat dilakukan secara efektif sebanyak satu kali dalam satu rangkaian gerak serang atau belaan, selebihnya merupakan usaha dalam mempertahankan nilai. Untuk itu, pesilat harus menggunakan kombinasi serangan baik menggunakan tangan atau kaki, sehingga setiap gerak teknik yang masuk pada sasaran dapat mendapatkan nilai. Berdasarkan uraian tersebut menunjukan bahwa macam gerak dalam pencak silat kategori tanding didominasi oleh gerak non siklus (Awan Hariono, 2006: 36). Adapun serangan yang dilakukan secara beruntun oleh pesilat harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara kearah sasaran sebanyak-banyaknya 6 (enam) teknik serangan (Persilat, 2012: 12). Pesilat yang melakukan rangkaian serang bela lebih dari 6 (enam) teknik serangan atau belaan akan dihentikan oleh wasit. Selain itu pada proses tangkapan untuk menjatuhkan lawan diberikan waktu selama (lima) detik (Persilat, 2012: 16), sehingga apabila dalam waktu lima detik tidak terjadi jatuhan maka akan 7

diberhentikan oleh wasit. Berdasarkan dari pengamatan, rata-rata dalam melakukan 6 (enam) gerak teknik tersebut dibutuhkan waktu kira-kira 4 (empat) sampai 5 (lima) detik, apabila pada serangan terakhir masing-masing pesilat melakukan enam jenis serangan atau belaan kemudian kaki dapat ditangkap oleh lawan dan tidak terjadi jatuhan, maka akumulasi waktu yang diperlukan selama proses tersebut maksimal kira-kira 10 detik. Serangan atau belaan yang dilakukan secara beruntun dan terus menerus selama tiga babak mengakibatkan densitas gerak teknik yang tinggi dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. Untuk itu, pada kategori tanding komponen biomotor kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas sangat diperlukan agar pesilat dapat melakukan teknik serangan atau belaan tanpa mengalami kesulitan. Menurut Persilat (2012: 10) kategori tanding berlangsung sebanyak 3 (tiga) babak, setiap babak terdiri atas 2 (dua) menit bersih, diantara babak diberikan waktu istirahat 1 (satu) menit. Waktu ketika wasit menghentikan fight dan waktu pengesahan terhadap pesilat yang jatuh tidak termasuk waktu bertanding. Kategori tanding umumnya terjadi (1) fight (pertarungan) dengan pergerakan yang cepat dan mendadak, (2) recovery aktif untuk melakukan fight berikutnya, dan (3) istirahat pasif (interval antar babak). Selama dua menit bersih pesilat melakukan fight dengan menggunakan teknik dan taktik yang efektif dan efisien, rangkaian serang bela yang beruntun dengan berbagai cara kearah sasaran hanya boleh dilakukan sebanyak-banyaknya 6 (enam) kali serangan atau belaan (masing-masing pesilat). Oleh sebab itu, pesilat harus memiliki kemampuan daya tahan yang baik agar dapat 8

melakukan serangan maupun belaan dengan mantap dan bertenaga selama tiga babak, selain itu pesilat yang memiliki kemampuan daya tahan yang baik dapat dengan cepat merecovery kelelahan pada saat bertanding. Pentingnya pengetahuan pelatih dalam hal kebutuhan energi dominan yang digunakan pada pencak silat kategori tanding yaitu untuk (1) menentukan pola bermain pesilat, (2) menyusun program latihan sesuai dengan sistem energi yang dibutuhkan, (3) pelatih dapat menentukan model dan metode dalam upaya meningkatkan kemampuan aerobik dan anaerobik pesilat, (4) dapat menentukan pembebanan latihan dengan tepat (Zouhal, 2010: 1), dan (5) pengetahuan ini berguna untuk membantu pelatih dalam pelaksanaan yang benar dari program latihan yang dirancang untuk mengoptimalkan produksi metabolisme ATP dan karenanya mencapai kinerja puncak (Duffield, dkk. 2005: 305). Apabila kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding tidak dapat dipahami oleh pelatih maka akan berakibat pada program latihan yang keliru, program latihan yang keliru akan berakibat negatif untuk pesilat, misalnya: (1) pesilat tidak dapat mencapai peak performancenya, (2) pesilat akan mengalami over training, (3) pesilat mudah mengalami cedera, (4) mengganggu fungsional tubuh (Bafirman, 2013: 41-47), dan (5) tidak ada kekhususan proses latihan dalam penggunaan sistem energi sehingga kemampuan anaerobik maupun aerobik tidak meningkat (Spencer & Gastin, 2000: 157). Seperti yang telah dikemukakan di atas, pelatih harus memperhatikan kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding untuk menyusun program latihan sesuai dengan periodisasi latihan, sehingga dapat 9

menyusun program latihan dengan model, metode, dan pembebanan latihan yang tepat, sehingga pesilat dapat meraih prestasi dengan optimal. Penelitian dalam hal kebutuhan energi dominan dalam pencak silat pun belum ada, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul analisis kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Belum ada penelitian tentang kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding. 2. Sebagian besar pelatih belum memahami kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding. 3. Sebagian besar pelatih di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak menggunakan ketentuan kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding dalam menyusun program latihan. 4. Banyak pelatih yang melakukan kesalahan dalam memberikan beban latihan karena keterbatasan pengetahuan terhadap kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding. 10

C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat antar Perguruan Tinggi ke-v tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta batasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dan putri dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta? 2. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta? 3. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta? 11

E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dan putri pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pelatih tentang kebutuhan sistem energi dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. b) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pelatih dalam menyusun program latihan dengan metode, model, dan pembebanan yang tepat sesuai dengan sistem energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. 12

c) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pelatih mengenai pentingnya sistem energi dalam proses latihan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyusun program latihan pada pencak silat kategori tanding. 13