BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN KAWASAN ZIARAH CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIARA KATOLIK ORDO TRAPPIST DI PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang meliputi sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohaniah. Kebutuhan

GEREJA PAROKI KRISTUS RAJA UNGARAN

RUMAH RETRET KATHOLIK DI AMBARAWA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KARYA YB. MANGUNWIJAYA

TUGAS AKHIR 135. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

Gereja Katolik Paroki Rasul Barnabas di Tangerang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

TEMPAT DOA KRISTIANI DI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Ciputra News, 21 November Sumantri, Y, SJ. Akar dan Sayap, hal. 11, Kanisius Yogyakarta, 2002.

PENGEMBANGAN GOA MARIA KALIORI BANYUMAS SEBAGAI KAWASAN DOA UMAT KATOLIK DENGAN PENDEKATAN KONSEP TAMAN (Penekanan desain arsitektur organik)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMAH RETRET KHATOLIK DI TUNTANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati

BAB I PENDAHULUAN. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Statistik disertakan pada lampiran-tabel 2 dan 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL Paroki Ratu Rosari Kesatrian - Malang

UNIVERSITAS DIPONEGORO. RUMAH RETRET KATOLIK DI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular TUGAS AKHIR

REDESAIN KOMPLEKS GEREJA KATOLIK PAROKI SANTA THERESI BONGSARI SEMARANG

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

UKDW PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Misa Setiap Akhir Pekan Gereja Katolik Santa Maria 1500 umat 5 kali 7500 umat

REDESAIN PASAR INDUK BATANG Penekanan Desain Arsitektur Tropis

PENGEMBANGAN GOA MARIA PALASARI DI JEMBRANA SEBAGAI TEMPAT ZIARAH DAN RUMAH RETRET

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

BAB II STUDI PENGEMBANGAN GOA MARIA PALASARI DI JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR DIAGRAM... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. lebih khusus akan ditinjau adalah sejumlah bangunan peribadatan dari Gereja. maupun relokasi (pembangunan bangunan baru).

BAB I PENDAHULUAN. Pagi-pagi benar waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar, Ia pergi ketempat yang sunyi dan berdoa disana.

BAB I PENDAHULUAN. beribadah, gereja juga dijadikan sebagai tempat untuk melakukan ziarah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I. PENDAHULUAN. umat manusia tanpa termakan oleh waktu. Bentuk tertulis ini membutuhkan sebuah media,

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

SEMINARI MENENGAH DI UNGARAN Penekanan Desain Arsitektur Modern Richard Meier

Kasino Hotel di Bintan Kasino Hotel BAB I PENDAHULUAN. Suwanti Latar belakang

PERENCANAAN DAN PENATAAN ULANG KOMPLEKS GEREJA DAN CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DI KABUPATEN BANTUL, DIY

MAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

PERENCANAAN KEMBALI OBYEK WISATA PANTAI PURWAHAMBA INDAH KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

TSUNAMI MEMORIAL PARK BANDA ACEH - NAD BAB I PENDAHULUAN

PUSAT PERBELANJAAN DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. : bangunan untuk tempat tinggal (KBBI) : mengundurkan diri dari kegiatan sehari hari dalam jangka. sendirian) - artikata.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM. Redesain Kompleks Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Kelurahan Tegalrejo, Salatiga

PERPUSTAKAAN UMUM DI SLEMAN

TAMAN RIA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Theresiana Ani Larasati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Januari Manasye Imanuelo

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Keseimbangan hidup manusia adalah adanya keseimbangan segi jasmani dan rohani. Kehidupan jasmani terpenuhi dengan segala hal yang bersifat duniawi sedangkan segi rohani terpenuhi dengan hubungan manusia dengan, manusia, alam, dan Tuhan. Namun pada kenyataannya di dalam kehidupan manusia kebutuhan rohani inilah yang sering terabaikan oleh keinginan manusia untuk mengejar pememenuhan kebutuhan jasmaninya. Kebutuhan rohani dapat ditunjang melalui sarana dan prasarana keagamaan. Kegiatan masyarakat dalam hal kerohanian dan peribadatan menjadi terganggu, padahal kebutuhan rohani adalah kebutuhan manusia paling mendasar untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka dapat menimbulkan perasaan tenteram dan penuh kasih, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama. Rusaknya sarana peribadatan berimbas pada kurangnya pemenuhan akan kebutuhan rohani. Salah satu cara untuk mendekat diri pada Tuhan yaitu dengan berdoa ataupun beribadat. Apabila hal ini dilakukan dengan intensitas teratur maka keseimbangan hidup akan tercapai. Sarana peribadatan yang memadai sangat diperlukan guna menampung umat yang ingin menuju keseimbangan hidup dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Kelayakan fasilitas yang ada pada sarana atau tempat peribadatan sangat penting peranannya karena tidak menutup kemungkinan apabila tempat tersebut nantinya menjadi tempat ziarah terlebih jika tempat tersebut menjadi istimewa dikaitkan dengan asal usul dan sejarahnya. Tempat ziarah dengan sarana dan prasarana kegiatan rohani yang diperlukan saat ini adalah tempat ziarah yang memiliki kemudahan untuk dijangkau umat baik dari segi jarak dan waktu maupun biaya. Di tempat ziarah tersebut orang dapat memenuhi kebutuhan rohaninya dengan khidmat. 1

Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu Propinsi di Indonesia memiliki beberapa tempat wisata ziarah religius umat katolik. Tempat tempat ziarah umat katolik tersebut terletak secara tersebar di berbagai kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu : 1. Goa Maria Sendangsono, Kulonprogo 2. Goa Maria Tritis, Kulonprogo 3. Goa Maria Jatiningsih, Sleman 4. Goa Maria Sriningsih, Sleman 5. Goa Maria Rosario, Bantul 6. Salib Suci Gunung Sempu, Bantul 7. Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul Dari berbagai kompleks tempat perziarahan rohani tersebut di Kabupaten Bantul terdapat 3 tempat perziarahan yaitu Goa Maria Rosario, Salib Suci Gunung Sempu dan Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran merupakan tempat yang paling mudah dan dekat diakses dari kota Yogyakarta dan merupakan tempat ziarah yang efisien bagi umat sekitarnya, baik segi efisienitas waktu, lahan dan biaya karena terletak dekat pusat kabupaten Bantul dan tidak jauh dari Kotamadya Yogyakarta. Pada tanggal 27 Mei 2006 telah terjadi bencana alam gempa bumi sebesar 5,9 SR yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian daerah Jawa Tengah menghancurkan sebagian besar bangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah penduduk, bangunan sekolah, perkantoran, tempat ibadat, tempat rekreasi dan bangunan fasilitas umum lainnya. Daerah yang mengalami kerusakan yang paling parah di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kabupaten Bantul. Dengan terjadinya bencana gempa bumi yang memporakporandakan kawasan Kabupaten Bantul ini maka beberapa fasilitas umum menjadi rusak, terutama tempat dan sarana peribadatan. 2

Mengingat Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang mengalami kerusakan paling parah pada saat gempa bumi, maka kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran pun tidak luput dari kerusakan yang parah. Kerusakan yang paling parah adalah rubuhnya gereja di kompleks tersebut. Masyarakat Ganjuran dan sekitarnya menginginkan gereja di kompleks tersebut terbangun lagi dan para peziarah yang datang dari dalam maupun luar kota pun juga merasa kurang nyaman dengan keadaan kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang sekarang. Kebutuhan ini juga disadari oleh paroki setempat dikarenakan kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sudah dikenal secara luas dan jumlah peziarah tiap tahunnya meningkat sehingga kerusakan ini semakin dirasa harus lebih cepat diperbaiki, terutama pada saat perayaan-perayaan hari raya umat kristiani seperti halnya perayaan Natal dan Paskah banyak umat tidak tertampung dalam gereja darurat, umat Katolik di Bantul terpaksa harus merayakan Natal di dalam gereja darurat karena masih belum ada perbaikan. Bahkan sampai saat ini gereja-geraja Katolik di Bantul yang mempunyai umat mencapai ribuan, seperti Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran, Kabupaten, Bantul, Yogyakarta sama sekali belum dibangun (Harian Suara Merdeka, minggu 23 Desember 2007). Gambar. 1.1. gereja Ganjuran roboh kena gempa (sumber: google.com) Untuk memenuhi tuntutan tersebut maka dirasa perlu adanya suatu pembangunan dan penataan ulang di kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. 3

1.2. Latar Belakang Permasalahan Banyak orang seringkali mengejar ketenangan batiniah setelah mereka mendapatkan ketenangan jasmani. Padahal kebiasaan tersebut merupakan kesalahan karena smestinya kedua hal itu berjalan seimbang sehingga tercapai kualitas hidup yang baik antara jasmani dan rohaniah. Untuk mengejar ketenangannya manusia mencarinya melalui doa, ini merupakan usaha manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhannya, sumber hidupnya, karena merasa terpanggil, karena merasa didekati olehnya, sementara manusia juga merasa bahwa dirinya tak pantas datang memenuhi panggilannya tetapi manusia merasa membutuhkan kasihnya dan ingin menghadap kepadanya, maka biasanya orang akan melakukan pembersihan diri dan matiraga karena merasa dirinya bersalah. Untuk itu manusia melakukan pembersihan diri dan bermatiraga dengan cara-cara tertentu untuk mencapai kebersihan diri dan kebersihan batiniahnya, manusia akan melakukannya dengan cara ke gereja, bersemedi, mengunjungi kuburan dan tempat sakral tertentu, dan dengan melakukan kegiatan ziarah ke tempat yang ada. Melalui kegiatan ziarah manusia dapat semakin mendekatkan diri kepada cinta Ilahi dan untuk menimba inspirasi cinta Ilahi bagi kesejahteraan hidup dan ketenangan batin manusia. Tempat peziarahan dengan gereja adalah tempat yang dipilih umat, ditunjuk, dan disetujui pimpinan gereja khusus untuk beribadat dan melakukan devosi atau penghormatan istimewa kepada Bunda Maria, Tuhan Yesus atau salah satu dari para kudus Gereja atau santo-santa tertentu (Jejaring doa kepada Hati Kudus Tuhan Yesus dan Bunda Maria Ganjuran, 2008). Banyak tempat perziarahan di pulau Jawa yang didevosikan untuk penghormatan kepada Bunda Maria dengan wujud berupa sendang atau gua. Tempat-tempat ziarah tersebut biasanya lebih ramai pengunjung pada bulan tertentu yaitu bulan Mei dan Oktober yang merupakan bulan penghormatan kepada Bunda Maria. 4

Untuk mewujudkan ketenangan batinnya manusia memilih tempat perziarahan dengan suasana religius yaitu tempat ziarah yang terletak di pedesaan, dikarenakan manusia membutuhkan suasana religius yaitu suasana penuh dengan keheningan, jauh dari kebisingan, jauh dari bermacam-macam persoalan kehidupan duniawi, dan menyatukan juga menyelaraskan dengan alam sehingga manusia dapat mencapai suasana khusyuk dalam peziarahannya dan mendapatkan ketenangan batin yang dapat tercipta. Pada Kompleks Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ini akan diciptakan kompleks perziarahan dan Gereja dengan suasana relegius keheningan, ketenangan, ketentraman, penyelarasan alam dengan suasana pedesaan dan kebudayaan masyarakat setempat melalui pengolahan tata ruang luar bangunan yang selaras dengan alam dan budaya juga pengolahan tata ruang dalam dengan unsur buatan yang diharmonisasikan dengan unsur alam. Hal ini dimaksudkan supaya pengunjung atau para peziarah dapat merasakan ketenangan batin yang hendak dicapainya dan juga dapat mengetahui juga merasakan kebudayaan dan tradisi masyarakat Jawa setempat. Pencitraan Kompleks Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ini hendaknya dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pencari ketenangan batin yaitu para pengunjung dan peziarah dan juga menjadi simbol keteladanan masyarakat setempat kepada sang pencipta dan kepada kebudayaannya. 1.3. Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran di Kabupaten Bantul, DIY sebagai sarana pemenuhan kegiatan rohani yang mampu menciptakan suasana religius dengan didasari pendekatan kontekstual, melalui pengolahan tata ruang luar dan tata ruang dalam dengan harmonisasi unsur alam dan buatan? 5

1.4. Tujuan dan Sasaran 1.4.1 Tujuan Terwujudnya kompleks tempat peziarahan yang penuh keheningan, ketenangan dan kekusyukkan dengan didasari unsur kebudayaan dan harmonisasi alam melalui penataan massa dan penataan ruang luar dan dalam bangunan, sekaligus mampu menciptakan citra kompleks peziarahan yang lengkap, dengan tersedianya fasilitas dengan suasana religius dan penunjangnya. 1.4.2 Sasaran Terwujudnya suasana religius berdasarkan unsur kebudayaan melalui harmonisasi unsur alam dan buatan agar peziarah mampu mampu mencapai ketenangan batin melalui : Penataan massa dan ruang luar dan dalam bangunan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan harmonisasi alam yang terjadi di kompleks Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Mengkomunikasikan antara unsur kebudayaan dengan unsur religius melalui tata massa dan ruang bangunan. Mewujudkan tata ruang yang fungsional dengan mempertimbangkan standar- standar ruang berdasarkan kegiatan-kegiatan yang di wadahi. 1.5. Lingkup Studi 1.5.1 Materi Studi Penekanan desain dengan pengolahan ruang luar dan ruang dalam dengan pendekatan kontekstual dan dengan harmonisasi unsur alam dan buatan sehingga dapat memberi suasana religius yaitu nyaman, tenang dan khidmat sebagai penekanan desain. 1.5.2 Pendekatan Dari tinjauan secara umum didapat pendekatan secara kontekstual, dengan harmonisasi unsur alam dan buatan guna menciptakan suasana religius yang berkebudayaan. 6

1.6. Tata Langkah - Rusaknya tempat peziarahan - Nilai sejarah Candi Ganjuran sebagai awal penyebaran agama - Satu satunya Candi Yesus - Kebutuhan masyarakat akan gereja kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran - Kompleks peziarahan umat katholik satu satunya berupa Candi Yesus. - Pewartaan agama barat yang disinkronisasikan dengan budaya lokal. Melalui Hati Kudus Tuhan Yesus ini Peziarah dapat semakin mendekatkan diri kepada cinta ilahi,dan Candi Hati Yesus Ganjuran menjadi tempat menimba inspirasi Cinta ilahi bagi kesejahteraan hidup. Bagaimana wujud rancangan kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran di Kabupaten Bantul, DIY sebagai sarana pemenuhan kegiatan rohani yang mampu menciptakan suasana religius dengan didasari pendekatan kontekstual, melalui pengolahan fasade bangunan, tata ruang luar dan tata ruang dalam dengan harmonisasi unsur alam dan buatan? - Tinjauan umum mengenai situs tempat peziarahan religius - Tinjauan mengenai unsur kebudayaan - Tinjauan mengenai fasilitas bangunan penunjang Teori : - Teori pengamatan. - Teori kebudayaan. - Arsitektur Perilaku. - Tranformasi pendekatan kontekstual pada desain arsitektural. - Observasi ke ke situs tempat peziarahan - Wawancara - Analisis kegiatan - Analisis keruangan - Analisis site Analisis Permasalahan Desain tata ruang dalam dan tata ruang luar yang religius. Desain tata ruang dalam dan tata ruang luar yang penuh dengan ketenangan. Desain tata ruang dalam dan tata ruang luar dengan kontekstual kebudayaan Analisis Non-Permasalahan Masalah pencahayaan - Masalah penghawaan - Masalah sirkulasi - Masalah utilitas - Masalah struktur Konsep rancangan kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran di Kabupaten Bantul, DIY sebagai sarana pemenuhan kegiatan rohani yang mampu menciptakan suasana religius dengan didasari pendekatan kontekstual tata ruang luar dan tata ruang dalam dengan harmonisasi unsur alam dan buatan 7

1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I :Pendahuluan Berisi tentang pengertian judul, latar belakang eksistenti proyek, latar belakang permasalahan, permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan. BAB II :Tinjauan Arsitektur Gereja dan tinjauan Kompleks Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Berisi tentang batasan pengertian, landasan teori yang yang berhubungan dengan suasana religius, pendekatan teori kontekstual dan harmonisasi unsure alam dan buatan BAB III : Tinjauan Kompleks Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Berisi tentang sejarah Kompleks Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dan kondisi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai tempat Kompleks Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran BAB IV :Analisis Permasalahan Berisi tentang analisis permasalahan, yaitu kaakter Arsitektur serta pengolahan ruang-ruang yang fungsional pada Kompleks Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran BAB V :Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Meliputi konsep perencanaan dan perancangan desain arsitektur. 8