PERATURAN WALIKOTA PALU NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RANCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

2013, No Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR /335/ /2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU

~Ja/wn,a PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR TAHUN : TENTANG PUSAT PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

BERITA NEGARA. No.859, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pelayanan. Komunikasi Masyarakat. Rencana Aksi Nasional. HAM. Pedoman.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 176 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SELAYANG PANDANG KOTA PALU

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN HIBURAN BAGI ANGGO,A KORPRI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2 Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembara

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

BUPATI POLEWALI MANDAR

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KECAMATAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999)

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (Lemba

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PEMBERIAN BIAYA OPERASIONAL, PEMBINAAN DAN BANTUAN DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA DENPASAR. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAlIA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PALU PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LANDAK TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPil DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 518 /KPTS/013/2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT. BAB I KETENTUAN UMUM.

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGUSULAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

Transkripsi:

PERATURAN WALIKOTA PALU NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RANCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri setiap manusia yang bersifat universal dan langgeng yang harus dihormati dimajukan, dipenuhi, dilindungi dan ditegakkan; b. bahwa untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yan adil sesuai dengan pertimbangan, agama moral dan kepentingan umum; c. bahwa mewujudkan penyelenggaraan Hak Asasi Manusia merupakan kewajiban dan tanggung jawab Negara terutama pemerintah, pemerintah daerah dan partisipasi seluruh masyarakat; / d. bahwa sebagai salah satu implementasi Kota Sadar HAM, Pemerintah Daerah perlu melakukan perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia terhadap korban Pelanggaran HAM; e. bahwa untuk menjamin terlaksananya pemenuhan HAM sesuai kewenangan Pemerintah Daerah perlu dibuat pengaturan; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Rancangan Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Oaerah; Mengingat 1. Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1994 tentang Pembentukan Kotamudya Daerah Tingkat II Palu (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 1994 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3555);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi. Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 3. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 3 Tahun 2008 tentang urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kota Palu (Lembaran Daerah Kota Palu Tahun 2008 Nomor 3, Tarnbahan Lembaran Daerah Kota Palu Nomor 3); MEMUTUSKAN : Menetapkan PERATURAN WALIKOTA PALU TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA D.AERAH BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalarn Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Palu. 2. Walikota adalah Walikota Palu. 3. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Palu. 4. Sekretaris Daerah selanjutnya disebut Sekrla adalah Sekretaris Daerah Kota Palu. 5. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 6. Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disingkat HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan ma.nusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi oleh negara hukum pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.

7. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Daerah yang selanjutnya disebut RANHAM Daerah adalah rencana akai yang disusun sebagai pedornan pelaksanaan penghormatan, pemajuan, pemenuhan dan perlindungan Hak Asasi Manusia di Kota Palu. 8. Panitia RANHAM Daerah adalah panitia yang dibentuk oleh Walikota sebagai penanggungjawab pelaksanaan RANHAM di Kota Palu. 9. Kelornpok Keija yang selanjutnya disebut Pokja adalah kelornpok keija internal atau satuan keija perangkat daerah yang dibentuk berdasarkan kondisi dan kebutuhan Kota Palu. 10. Satuan Keija Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Unit Keija Pernerintah Kota Palu yang mempunyai tugas rnengelola anggaran dan barang milik daerah. 11. Karban adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang rnengala.rni penderitaan baik fisik, mental maupun emosional, kerugian ekonorni, atau rnengalarni pengabaian, pengurangan atau perarnpasan hak-hak dasamya, sebagai akibat pelanggaran HAM, termasuk korban adalah ahli warisnya. 12. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok dan organisasi sosial dan/atau organisasi kernasyarakatan. 13. Lernbaga kernasyarakatan adalah organisasi/lembaga yang dibentuk oleh anggota rnasyarakat warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial yang ditetapkan oleh organisasi/lernbaga sebagai wujud partisipasi rnasyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejah teraan rnasyarakat yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya. 14. Data hasil verifikasi dan atau penelitian adalah data Karban dugaan pelanggaran HAM yang diperoleh berdasarkan laporan masyarakat dan atau lernbaga organisasi rnasyarakat terkalt pelaggaran HAM dan sudah diverifikasi dan atau diteliti oleh Pemerintah Daerah sesuai kriteria yang dtetapkan. BABII TUJUAN Pasal 2 (1) (2) RANHAM Daerah bertujuan untuk meningkatkan penghormatan, pernajuan, pernenuhan, perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia di Daerah dengan rnempertimbangkan nilai-nilai agarna, moral, adat istiadat, budaya dan keamanan serta ketertiban yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk rnencapai tujuan Pelaksanaan RANHAM Daerah sebagaimana dirnaksud pada ayat ( 1) dilakukan secara bertahap dan berkesinarnbungan.

BAB III RUANG LINGKUP RANHAM DAERAH Pasal 3 Ruang lingkup Ranham Daerah adalah Program Utama Ranham yang mencakup: a. Pembentukan dan Penguatan institusi pelaksa.na RANHAM Daerah; b. Pelaksanaan harmonisasi rancangan dan peraturan daerah; c. Pendidikan HAM; d. Penerapan norma dan standar HAM; e. Pelayanan komunikasi masyarakat; f. Pemantauan, Evaluasi dan pelaporan. BABIV PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAA!f Bagian Keaatu Pasak 4 ( 1) Walikota membentuk Panitia RANHAM Daerah. (2) Panitia RANHAM Daerah bertanggungjawab kepada Walikota. Pasal 5 (1) Panitia RANHAM Daerah sebagaimana dimakaud Pasa13 terdiri dari : a. Wakil Walikota dan Sekretaris Daerah karena jabatannya ditunjuk selaku Ketua dan Sekretaris Panitia Ranha.m Daerah b. Anggota terdiri dari unsur pemerintah, pakar / akademisi dan unsur masyarakat sesuai kondisi dan kebutuhan (2) Panitia Ranham Daerah sebagaimana dimaksud ayat ( 1) melaksanakan rapat pengendalian dan pelaksanaan program setiap 4 (empat) bulan sekali Pasal 6 (1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Panitia Ranham Daerah, Ketua Panitia Ranham Daerah membentuk Sekretariat. (2) Sekretariat RANHAM Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) berkedudukan pada SKPD yang membidangi tugas di bidang HAM. Pasal 7 (1) Untuk meningkatkan kelancaran dan koordinasi pelaksanaan Program Utama RANHAM Daerah, Ketua Panitia Ranham Daerah membentuk Pokja sesuai kondisi dan kebutuhan (2) Pokja sebagaimana dimaksud ayat ( 1) mempunyai tugas sebagai berikut : a. Sebagai penghubung antara panitia dan sekretariat Ranham Daerah; b. Mengkoordinasikan pelaksanaan penanganan masa.lah Ham dan atau pemenuhan Ham; dan

c. Melaksanakan Program utama Ranham (3) Keanggotaan Pokja terdiri dari : a. unsur pemerintah b. unsur Masyarakat; dan c. dapat melibatkan instansi vertikal terkait Baglan Kedua PelakAnaan Pasal 8 (1) Panitia RANHAM Daerah melaksanakan Program Utama RANHAM sebagaimana tercantum pada pasal 3 ayat ( 1); (2) Penjabaran Program Utama Ranham Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan W alikota ini Pasal 9 (1) Pelaksanaan RANHAM Daerah diselenggarakan untuk perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar warga negara sesuai norma dan standar Ham, yang meliputi; 1. hak untuk hidup ; 2. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan dengan perkawinan yang sah; 3. hak mengembangkan diri; 4. hak memperoleh keadilan; 5. hak atas kebebasan pribadi; 6. hak rasa aman; 7. hak atas kesejahteraan; 8. hak turut serta dalam pemerintahan; 9. hak perempuan ; dan 10. hak anak. (2) Pemenuhan HAM sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD terkait. Pasal 10 (3) Pemenuhan HAM terhadap korban dugaan pelanggaran HAM dilakukan berdasarkan data hasil verifikasi dan atau penelitian oleh SKPD yang mempunyai tugas dalam bidang vetiflkasi dan atau penelitian; (4) Data hasil verifikasi dan atau penelitian ditetapkan dengan keputusan Walikota Pasal 11 (1) Pemenuhan HAM terhadap korban dugaan pelanggaran Ham dikoordinasikan oleh Pokja Ranham Daerah (2) Pokja sebagaimana dimaksud ayat ( 1) mempunyai tugas yang meliputi : a. Mengkoordinasikan penetapan dan pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan perlindungan dan pemenuhan Ham korban Dugaan pelanggaran HAM

b. penyediaan unit pelayanan dan pengaduan perlindungan korban dugaan pelanggaran HAM dan atau rumah aman bagi korban ; c. membina dan mengawasi penyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan HAM korban dugaan pelanggaran Ham BABV KERJA SAMA DAN PARTIBIPASI MASYARAKAT Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga negara dan/ atau lembaga lainnya baik di tingkat pusat maupun daerah untuk mendukung penyelenggaraan RANHAM Daerah sesuai dengan perundang undangan dibidang keija sama daerah. (2) Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan RANHAM Daerah. Pasa1 13 Partisipasi Masyarakat dalam rangka perlindungan dan pemenuhan HAM korban pelanggaran HAM, meliputi : a. melakukan koordinasi dan keijasama dengan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan HAM korban Pelanggaran HAM; b.. membantu Pemerintah Daerah dalam melakukan pendataan dan pengumpulan keterangan korban Pelanggaran HAM; c. memberikan informasi darifatau melaporkan keberadaan korban Pelanggaran HAM; danjatau d. memberikan pelayanan kepada korban Pelanggaran HAM yang meliputi pendampingan dan penanganan, maupun tindakan-tindalakan lainnya yang dibutuhkan oleh korban. BABVI PELAPORAN Pasal 14 ( 1) Pokja RANHAM Daerah menyampaikan laporan Pelaksanaan Ranham kepada Ketua Panitia Pelaksana Ranham Daerah aetiap tanggal 10 bulan be:rjalan. (2) Panitia Pelaksana RANHAM Daerah menyampaikan laporan kepada Walikota setiap 6 (enam) bulan sekali; dan (3) Walikota membuat laporan pelaksanaan RANHAM Daerah kepada Gubernur melalui Panitia Pelaksana Ranham Proplnai Sulawesi Tengah, setiap 6 (enam) bulan sekali. Pasa1 15 Laporan Panitia RANHAM Daerah sebagaimana dimakaud pasal 14 ayat (2) harus dipublikasikan sebagai wujud akuntabilitaa publik.

I \ BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 16 ( 1) Segala biaya yang timbul akibat pelaksahaan RANHAM Daerah oleh instansi Pemerintah Daerah dibebankan pada APBD dan atau sumber pembiayaan lain yang sah. (2) Segala biaya yang timbul bagi kegiatan RANHAM Daerah yang dilaksanakan oleh instansi non pemerintah dibebankan kepada lembaganya masing-masing. BABIV KETENTUAN PBNUTUP Pasal 17 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Palu. Ditetapkan di Palu, pada tangga1 24 Januari 2014 WALIKOTA PALU, RUSDY MASTURA Diundangkan di Palu pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KOTA PALU, AMINUDDIN ATJO LEMBARAN DAERAH KOTA PALU TAHUN 2014 NOMOR