JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

dokumen-dokumen yang mirip
REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

FLUID FLOW ANALYSIS IN PIPE DIAMETER 12.7 MM ACRYLIC (0.5 INCHES) AND 38.1 MM (1.5 INCH) Eko Singgih Priyanto, Ridwan., ST., MT

pipa acrylic diameter 5, mm (1 inci) dan pipa acrylic diameter 38,1 mm (1,5 inci) Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis yai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

Aliran Fluida. Konsep Dasar

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

KOEFISIEN GESEK PADA RANGKAIAN PIPA DENGAN VARIASI DIAMETER DAN KEKASARAN PIPA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pompa

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.2. Dasar Teori

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

Panduan Praktikum 2012

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN DASAR TEORI

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

BAB II LANDASAN TEORI

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA TERTUTUP

UNIVERSITAS INDONESIA EFEK LARUTAN TINTA TERHADAP KOEFISIEN GESEK PADA PIPA ACRYLIC Ø 12,7 MM SKRIPSI

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

EFEK KEKASARAN PIPA TERHADAP KOEFISIEN GESEK SKRIPSI DACHRY ANTONI

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

ANALISA PERANCANGAN INSTALASI GAS

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

MENENTUKAN NILAI KOEFISIEN GESEK PADA PIPA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI MICROSOFT VISUAL BASIC. Irsan Mustafid Halomoan

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUJIAN HEADLOSS ALIRAN FLUIDA TAK TERMAMPATKAN. Dwi Ermadi 1*,Darmanto 1

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Pressure Drop, Standar ANSI B36.10, Pipa Lengkung Pendahuluan

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

Oleh: STAVINI BELIA

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Principles of thermo-fluid In fluid system. Dr. Ir. Harinaldi, M.Eng Mechanical Engineering Department Faculty of Engineering University of Indonesia

Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa)

BAB II LANDASAN TEORI

Menghitung Pressure Drop

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS INDONESIA PENGURANGAN PRESSURE DROP DENGAN MENGGUNAKAN SERAT ABACA PADA TANGKI AIR BALLAST KAPAL SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SET-UP ALAT UJI

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

Analisa Tekanan Air Dengan Methode Pipe Flow Expert Untuk Pipa Berdiameter 1, ¾ dan ½ Di Instalasi Pemipaan Perumahan

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

STUDI PEFORMANSI ALIRAN FLUIDA PADA INSTALASI PIPA DENGA MATERIAL DAN DIMENSI BERVARIASI

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi

KARAKTERISTIK ALIRAN LUMPUR(SULRRY) PADA PIPA 12,7 mm

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

Karakteristik Aliran Lumpur (Mud Slurry) Pada Pipa 1 Inchi

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND)

Klasisifikasi Aliran:

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK

Transkripsi:

JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan tiga buah pipa pengujian, diantaranya: pipa acrylic berdiameter 12,7 mm (0,5 inci) dengan diameter dalam 9,5 mm (0,37 inci), pipa acrylic berdiameter 25,4 mm (1inci) dengan diameter dalam 18 mm (0,71 inci) dan pipa acrylic berdiameter 38,1 mm (1,5 inci) dengan diameter dalam 32 mm (1,26 inci). Pipa acrylic merupakan pipa pengujian transparan, yang dapat membantu untuk melihat aliran dari fluida tersebut. Analisa aliran fluida pada pipa acrylic diameter 12,7 mm (0,5 inci) dan 38,1 mm (1,5 inci) dengan permukaan licin, bertujuan untuk membandingkan nilai bilangan Reynold (Re) dan koefisien gesek (λ)( ) pada pipa acrylic diameter 12,7 mm (0,5 inci) dengan nilai bilangan Reynold (Re) dan koefisien gesek (λ)( ) pada pipa acrylic diameter 38,1 mm (1,5 inci). Pengamatan dari grafik Re- λ yang ditampilkan untuk menganalisa apabila nilai Reynold (Re) jika semakin meningkat dan pengaruhnya terhadap nilai koefisien geseknya (λ).( Hasil dari tampilan grafik Re- λ akan disesuaikan dengan diagram Moody.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap hari kita selalu berhubungan dengan fluida tanpa kita sadari. Kita dapat melihat instalasi perpipaan air pada rumah yang kita tempati. Fenomena pada fluida yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari hari. Benturan air antara pipa ketika keran air ditutup secara tiba tiba. Pusaran air yang kita lihat ketika air didalam bak mandi dikeluarkan melalui lubang pembuangannya. Radiator air atau uap panas untuk memanaskan rumah dan radiator pendingin dalam sebuah mobil yang bergantung pada aliran fluida agar dapat memindahkan panas dengan efektif. Pada perkembangan dunia industri yang semakin pesat beriringan dengan memasuki era globalisasi, sangat banyak sekali dilakukan penemuan penemuan yang dikembangkan lewat penelitian yang dilakukan oleh para ahli dan engineering dengan tujuan untuk mengetahui nilai bilangan Reynold number (Re) suatu fluida dan koefisien gesek ( λ) dari berbagai jenis pipa. Di dunia industri banyak sekali menggunakan pipa dalam pendistribusian fluida cair dalam melakukan proses produksi. Misalnya saja pada Perusahaan Air Minum (PAM) dan Perusahaan Tambang Minyak Negara (PERTAMINA). Pipa memiliki berbagai bentuk penampang dan ukurannya. Yang sering banyak digunakan oleh umum adalah pipa yang berbentuk lingkaran. Dan material pipa yang digunakan bermacam macam, diantaranya: acrylic, PVC, plastik, logam dan sebagainya. Material pipa yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Di dunia industri sebagian besar fluidanya mengalir pada pipa tertutup masalah utama yang terjadi antara lain: 1.Terjadinya gesekan sepanjang dinding pipa. 2.Terbentuknya turbulensi akibat gerakan relatif dalam molekul fluida yang dipengaruhi oleh viskositas fluida. 3.Terjadi kerugian tekanan. Penelitian kami ditujukan untuk mengetahui besarnya nilai Reynold number (Re) fluida cair dan koefisien gesek ( λ) pada pipa acrylic dengan permukaan licin. Dan didalam penelitian, kami membandingkan nilai bilangan Reynold number (Re) dan koefisien gesek ( λ) pada pipa acrylic diameter 9,5 mm (0,37 inchi) dengan pipa acrylic diameter 18 mm (0,71 inchi) dan pipa acrylic diameter 32 mm (1,26 inchi). Penelitian ini akan disesuaikan dengan diagram Moody yang sudah ada.

1.2. Permasalahan Permasalahan yang diambil adalah Analisa Aliran Fluida Pada Pipa Acrylic Diameter 12,7 mm(0,5 inchi), 25,4 mm (1 inchi) dan 38,1 mm (1,5 inchi) Dengan Permukaan Licin. 1.3. Pembatasan Permasalahan 1. Fluida yang digunakan fluida incrompressible, Newtonia 2. Tidak terjadi kebocoran pada rangkaian, sehingga volume dalam rangkaian dianggap konstan. 3. Permukaan pipa dianggap sebagai permukaan yang licin. 4. Nilai koefisien gesek (ג) hanya pada pipa pengujian, yaitu: pipa acrylic diameter 25,4 mm (1 inchi) dan pipa acrylic diameter 38,1 mm (1,5 inchi). 5. Membandingkan nilai bilangan Reynold number (Re) dan koefisien gesek (ג) pada pipa acrylic diameter 25,4 mm (1 inchi) dengan pipa acrylic diameter 38,1 mm (1,5). 1.4. Tujuan Penelitian Permasalahan yang diambil adalah Analisa Aliran Fluida Pada Pipa Acrylic Diameter 12,7 mm(0,5 inchi), 25,4 mm (1 inchi) dan 38,1 mm (1,5 inchi) Dengan Permukaan Licin.

1.5. Metode Penulisan Untuk mendukung terselesaikannya penulisan tugas akhir atau skripsi ini, penulis melakukan pengambilan langsung terhadap nilai atau angka angka yang diperoleh dari alat uji, yaitu seperangkat perpipaan yang telah selesai di kerjakan. Langkah tersebut ditempuh guna mengetahui permasalahan yang akan di kaji atau dtelaah mengenai studi kasus dalam penyusunan penulisan tugas akhir atau skripsi. Pada bedah kasus tentang analisis fluida pada pipa acrylic kali ini penulis melakukan beberapa metode antra lain. 1. PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang permasalahan yang menjadi penyebab penulis melakukan penelitian, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan ringkasan tentang sistematika penulisanskripsi. 2. DASAR TEORI Berisi tentang hipotesis teori serta beberapa penjelasan mengenai istilah / variable variabel yang berkaitan dalam penelitian ini antara lain: viskositas, densitas, debit aliran, aliran Newtonian, dan aliran non Newtonian, aliran laminar, aliran transisi, aliran turbulen,bilangan Reynolds, koefisien gesek. 3. SET UP ALAT DAN PENGUJIAN Berisi tentang alat yang digunakan, skema rangkaian pengujian, prosedur pengujian serta kelemahan dan keterbatasan pengujian, juga berisi mengenai unit pengujian, persiapan pengujian, prosedur pengujian, metode pengambilan data dan pengolahan data. 4. DATA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang analisa data data dan interprestasi hasil pengolahan data. 5. KESIMPULAN Berisi tentang kesimpulan data, alat, pengujian dan penelitian serta saran yang mungkin dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

2.1. Definisi Fluida TEORI DASAR fluida memperlihatkan fenomena sebagai zat yang terus menerus berubah bentuk apabila mengalami tegangan geser, dengan kata lain yang dikategorikan sebagai fluida adalah suatu zat yang tidak mampu menahan tekanan geser tanpa berubah bentuk. Fluida secara umum bila dibedakan dari sudut kemampatannya ( (compresibility), maka bentuk fluida terbagi dua jenis, yaitu; compressible fluid dan incompressible fluid. compressible fluid adalah fluida yang tingkat kerapatannya dapat berubah-ubah (ρ( konstan),, contohnya; zat berbentuk gas. incompressible fluid adalah fluida yang tingkat kerapatannya tidak berubah atau perubahannya kecil sekali dan dianggap tidak ada (ρ( = konstan),, contohnya; zat berbentuk cair. 2.2. Sifat-Sifa Fluida Semua fluida sejati mempunyai atau menunjukkan sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik yang penting. Diantaranya adalah kerapatan (density), laju aliran massa, viskositas. 2.2.1. Kerapatan (density) Kerapatan ( (density)) adalah merupakan jumlah atau kuantitas dari suatu zat.. Nilai kerapatan (density)) dapat dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperatur maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul-molekul fluida semakin berkurang. Kerapatan ( (density)) dapat dinyatakan dalam tiga bentuk: γ 1. Mass density (ρ). 2. Berat spesifik / berat jenis ( (specific weight) ) dengan simbol.

1. Mass density (ρ) satuan dalam SI adalah kg/m3. Mass density adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut. Sifat ini ditentukan dengan cara menghitung ratio massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut: ρ= m Dengan : ρ = adalah massa density (kg/m 3 ). m = adalah massa fluida (kg). = adalah volume fluida (m 3 ). 2. Berat spesifik / berat jenis (specific weight) dengan simbol γ ( ) Berat spesifik adalah massa jenis dari suatu zat yang dipengaruhi gaya tarik bumi atau gravitasi., satuan dalam SI adalah N/m 3. Jadi hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut: γ = ρ.g Dengan : ρ = adalah massa density (kg/m3). g = adalah percepatan gravitasi (9,81 m/s 2 ). 3. Spesifik gravity (s.g) Spesifik gravity adalah perbandingan antara kerapatan suatu zat dengan kerapatan air. Spesifik gravity tidak mempunyai satuan. s. g= ρ ρ w Dengan : s.g = adalah spesifik grafity. ρ = adalah kerapatan suatu zat (kg/m 3 ). ρ w = adalah kerapatan air (kg/m 3 ).

2.2.2. Laju Aliran Massa Laju aliran massa fluida yang mengalir dapat diketahui dengan persamaan dibawah ini: m = ρ V A Atau m = V A V Dengan: m = adalah laju aliran massa (kg/s). V = adalah kecepatan aliran fluida (m/s). V = adalah volume jenis (m 3 /kg). 2.2.3. Viskositas Viskositas adalah ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan perubahan bentuk. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur, hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Viskositas dibagi menjadi dua macam yaitu: viskositas dinamik absolute atau viskositas mutlak atau absolute viscosity dan viskositas kinematik. 1. Viskositas dinamik atau viskositas mutlak atau absolute viscosity Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik tampaknya sama dengan ratio tegangan geser terhadap gradien kecepatan

μ= τ du dy Satuan dalam SI μ = N/m 2 = N.s = kg (m/s)/m m 2 m.s Dengan : τ μ = adalah viskositas dinamik (kg/m.s). = adalah tegangan geser (N/m 2 ). du/dy = adalah gradien kecepatan ((m/s)/m). 2. Viskositas kinematik Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas dinamik dengan kerapatan fluida. v = μ ρ Satuan dalam SI v = kg m. s = m2 kg s m 3 Dengan : v = adalah viskositas kinematik (m 2 /s). μ = adalah viskositas dinamik (kg/m.s). ρ = adalah kerapatan fluida (kg/m 3 ).

2.2.2. Laju Aliran Massa Debit aliran adalah volume fluida yang dikeluarkan tiap detiknya. Q = t Dari persamaan kontinuitas didapat Maka Dengan : Dengan memasukkan nilai A maka didapat Dengan : Q = adalah debit aliran (m 3 /s). V = adalah kecepatan aliran (m/s). A = adalah luas penampang (m 2 ). = adalah volume fluida (m 3 ). D = adalah diameter pipa (m). Q = V.A = V = A = V = Q A 1 4 πd 2 Q 1 4 πd 2 Q A

2.4. Aliran Fluida 2.4.1. Klasifikasi Aliran Secara garis besar dapat dibedakan atau dikelompokan jenis aliran adalah sebagai berikut : 1. Aliran tunak (steady( steady) Suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruh oleh perubahan waktu sehingga kecepatan konstan pada setiap titik (tidak mepunyai percepatan). 2. Aliran seragam (uniform( uniform) Suatu aliran yang tidak terjadi perubahan baik besar maupun arah, dengan kata dengan kata lain tidak terjadi perubahan kecepatan dan penampang lintasan. 3. Aliran tidak tunak (unsteady( unsteady) Suatu aliran dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu. 4. Aliran tidak seragam (non( uniform) Suatu aliran yang dalam kondisi berubah baik kecepatan maupun penampang berubah. 2.4.2. Tipe-tipe Aliran a. Aliran Laminer Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan atau lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Aliran laminer memenuhi pasti hukum viskositas Newton yaitu : τ=μ du dy Aliran laminer ini mempunyai nilai bilangan Reynoldsnya kurang dari 2300.

b. Aliran Transisi Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan lain lain yang menyangkut geometri aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya antara 2300 sampai dengan 4000. c. Aliran Turbulen Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari partikel partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar Di i mana nilai bilangan Reynoldsnya nya lebih besar dari 4000. 2.5. Persamaan Kontinuitas A1 V1.. A2 V2

. Laju alir melalui A1 dan A2 harus sama. Dengan demikian: ρ 1.A 1.V 1 = ρ 2..A.A 2.V 2 disebut persamaan kontinuitas. Jika ρ 1 = ρ 2, maka persamaan kontinuitas menjadi: A 1.V 1 = A 2.V 2 2.6. Persamaan Bernoulli Persamaan Bernoulli ideal adalah alirannya konstan sepanjang lintasan dan mengabaikan segala kerugian yang terjadi dalam lintasan fluida. V 2 p gz+ 2 + ρ = konstan V1 A2 P1 A1 V1 P1 Re = y1 y2 Persamaan untuk dua titik pada suatu garis aliran adalah: P 1 1 2.ρ.V 2 1ρ. g. y 1 =P 2 1 2.ρ. V 2 2ρ.g. y 2 = tekanan total konstan 2.7. Bilangan Reynolds Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan suatu aliran dinamakan laminer, trasnsisi atau turbulen. VDρ Re = μ

v = Re = μ ρ VD v Dengan: V = adalah kecepatan fluida yang mengalir (m/s). D = adalah diameter dalam pipa (m). ρ = adalah massa jenis fluida (kg/m³). μ = adalah viskositas dinamik fluida (kg/ms) atau (N.s/m²). v = adalah viskositas kinematik fluida (m²/s). 2.8. Kerugian Tinggi Tekan (Head( Loss) Head loss (hl) merupakan suatu kerugian yang dialami aliran fluida selama bersikulasi di mana kerugian itu tergantung pada geometri penampang saluran dan parameter parameter fluida serta aliran itu sendiri. Kerugian tinggi tekan (head( loss) ) dapat dibedakan atas: kerugian gesekan dalam pipa (major( losses) ) dan kerugian pada perubahan geometri (minor( losses). a. Kerugian Gesekan Dalam Pipa atau Mayor Losses Kerugian gesekan dalam pipa atau mayor losses merupakan kerugian yang disebabkan oleh gesekan aliran dengan pipa sepanjang lintasan. Kerugian gesekan Untuk perhitungan aliran didalam pipa pada umumnya dipakai persamaan Darcy Weisbach h L mayor = f L D Dengan : h L = adalah kerugian gesekan dalam pipa (m). λ L D V g V 2 2g = adalah koefisien gesek. = adalah Jarak pressure tube (m). = adalah diameter pipa (m). = adalah kecepatan aliran fluida air (m/s). = adalah percepatan gravitasi (m/s 2 ).

b. Kerugian Pada Perubahan Geometri (minor( losses) Merupakan kerugian yang akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk penampang atau arah aliran berubah. Secara umum kerugian ini dapat dihitung dengan persamaan berikut: h Lminor = f V 2 2g Dengan : h L = adalah kerugian pada perubahan geometri (m). λ, f = adalah koefisien gesek. V = adalah kecepatan aliran fluida air (m/s). g = adalah percepatan gravitasi (m/s 2 ). 2.9. Koefisien Gesek (λ)( Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran laminer dan aliran turbulen berbeda, maka penurunan koefisien gesek ini akan diturunkan secara berbeda pula untuk masing masing jenis aliran. Untuk rumus koefisien geseknya adalah h L. 2. g. D V 2. L Jadi, untuk aliran laminer di semua pipa untuk semua fluida, harga f adalah : Dengan : f = λ = koefisien gesek. Re = bilangan Reynolds number

2.14 Tipe Aliran Fluida - Aliran turbulen lapisan yang berbatasan dimana nilai bilangan Reynolds kurang dari 2300. keadaan peralihan tercapai. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar di mana nilai bilangan Reynolds lebih besar dari 4000 - Aliran laminar Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak secara halus dan lancar dengan kecepatan relatif rendah serta fluidanya sangat viskos. Dalam hal ini fluida boleh dianggap dalam bentuk lapisan-lapisan (lamina) dengan pertukaran molekuler yang hanya terjadi di antara lapisan- - Aliran transisi Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Ketika kecepatan aliran itu bertambah atau viskositasnya berkurang (dapat disebabkan temperatur meningkat) maka gangguan-gangguan akan terus teramati dan semakin membesar serta kuat yang akhirnya suatu lain-lain yang menyangkut geometri aliran dimana nila bilangan Reynolds antara 2300 sampai dengan 4000. Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran dimana per gerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran patikel antar lapisan, yang mengakibatkan

DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1. Desain Alat Desain alat yang digunakan pada penelitian kerugian tekanan dalam sistem perpipaan ini adalah desain alat yang sederhana. Alat yang dibuat di desain untuk mengsirkulasikan fluida air, dari bak air ke pipa pengujian dengan bantuan pompa, dan untuk pengaturan debit aliran fluidanya menggunakan katup pengatur (valve). Gambar 3.1. Skema Alat Penguji

3.2. Set Up Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini dirakit sendiri dengan mengacu pada referensi peneliti dan buku mekanika fluida. Komponen komponen yang digunakan pada alat pengujian ini adalah: 1. Rangka meja uji Rangka meja uji digunakan sebagai chassis dari peralatan uji ini tempat meletakkan segala komponen dari alat uji. Alas meja untuk meletakkan pipa acrylic terbuat dari triplek dan alas meja untuk meletakkan bak air terbuat dari papan kayu. 2. Pompa sentrifugal Pompa sentrifugal berfungsi sebagai media untuk mengalirkan fluida dari bak air ke rangkaian alat penguji. Adapun spesifikasi dari pompa slurry yang digunakan adalah: Merk dari pompa Nocchi DPV 160 / 6. Buatan dari Italia. Maximum head 6 m. Maximum debit 160 L / 1. Liquid temperature 40 C. Frekuensi 50 HZ. Putaran 2850 rpm. 3. Pipa pengujian Pipa pengujian yang digunakan adalah pipa acrylic.. Pipa acrylic yang digunakan sebanyak 3 pipa penguji yang terdiri dari: 1. pipa acrylic dengan diameter luar 38,1 mm (1,5 inci) dan diameter dalam 32 mm (1,26 inci) dengan panjang 2 m. 2. pipa acrylic dengan diameter luar 25,4 mm (1 inci) dan diameter dalam 18 mm (0,71 inci) dengan panjang 2 m. 3. pipa acrylic dengan diameter luar 12,7 mm (0,5 inci) dan diameter dalam

4. Piezometric Piezometric digunakan sebagai alat ukur tekanan dengan cara mengukur beda tekanan yang terjadi diantara dua titik pada pipa penguji. Piezometric dibuat dari selang akuarium yang diameter dalamnya 10 mm dan dipasang pada taping pipa acrylic. Piezometric ini dipasang pada millimeter blok yang sudah diberi ukuran dan ditempelkan pada triplek, tinggi triplek tersebut 2,35 m dari permukaan meja penguji. 5. Rangkaian pipa PVC Pipa PVC digunakan untuk mengalirkan fluida dari bak air sampai pada sambungan antara pipa PVC dengan pipa acrylic. Pipa PVC yang digunakan yaitu diameter ½, diameter ½ digunakan dari bak air sampai inlet suction pada pompa dan diameter ½ juga digunakan pada discharge suction pada pompa. 6. Katup pengatur (valve( valve) Katup pengatur berfungsi untuk mengatur kecepatan aliran fluida pada pipa pengujian. Ada tiga jenis katup pengatur pada pipa, diantaranya yaitu: 1. Katup pengatur pada pipa discharge pompa yang berfungsi untuk mengatur kecepatan fluida yang masuk pada pipa uji. 2. Katup pengatur pada by pass pipe yang berfungsi untuk mengatur kecepatan fluida pada by pass pipe agar aliran yang bersirkulasi pada rangkaian konstan dan mencegah terjadinya water hammer. 3. Katup pengatur pada percabangan sebelum pipa uji berfungsi untuk mengatur fluida yang masuk pada salah satu pipa pengujian. 7. Bak Air Bak air berfungsi sebagai media penyimpan fluida selama uji coba, bak air yang digunakan terbuat dari plastik sehingga Pada penelitian tahan terhadap tersebut diperlukan korosi. Kapasitas juga peralatan bak air yang pembantu digunakan untuk 76 mengukur L. variabel variabel lainnya, yaitu: 1. Gelas ukur Gelas ukur digunakan untuk mengetahui volume fluida dalam waktu tertentu, dari volume fluida yang didapat akan digunakan untuk mengetahui debit fluida yang mengalir. 2. Stopwatch

Pada penelitian tersebut diperlukan juga peralatan pembantu untuk mengukur variabel variabel lainnya, yaitu: 1. Gelas ukur Gelas ukur digunakan untuk mengetahui volume fluida dalam waktu tertentu, dari volume fluida yang didapat akan digunakan untuk mengetahui debit fluida yang mengalir. 2. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang diperlukan untuk mengisi gelas ukur. 3. Thermometer Thermometer digunakan untuk mengetahui suhu fluida selama pengujian. Hal ini diperlukan karena suhu sangat berpengaruh terhadap viskositas fluida. 4. Busur derajat Busur derajat digunakan untuk mengetahui besar pembukaan pada katup. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Unit Pengujian Unit pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah 1. Unit Pengujian Langsung Unit pengujian langsung adalah semua variabel yang diukur langsung pada saat penelitian,nilainya bisa langsung dapat diketahui tanpa diperlukan perhitungan lebih lanjut. Unit pengujian langsung pada penelitian ini terdiri dari pengukuran suhu ( C), beda ketinggian (m), volume fluida yang tertampung (ml) dan waktu penampungan (s). Seluruh nilai unit pengujian langsung digunakan sebagai input data untuk mendapatkan nilai unit pengujian tidak langsung. 2. Unit Pengujian Tidak Langsung Unit pengujian tidak langsung adalah semua variabel yang nilainya didapat dari perhitungan dan digunakan untuk bahan pengamatan analisa. Pada pengujian ini unit pengujian langsung terdiri dari debit (Q), kecepatan (V), bilangan Reynolds (Re), dan koefisien gesek (λ).(

3.3.2. Persiapan Pengujian Persiapan yang dilakukan dalam melakukan pengujian adalah: Menyiapkan tempat untuk ruang pengujian. Tempat untuk ruang penguijian tidak sempit dan cukup luas supaya pengujian dapat dilakukan dengan baik. Membuat rangka tempat untuk meletakkan peralatan pengujian, sehingga peralatan dapat disusun dan menghindari terjadi getaran pada waktu pengujian. Membuat rangkaian alat pengujian dengan menggunakan 3 pipa diameter yang berbeda dan permukaan yang licin (smooth), pompa, katup, dan bak penampung sedemikian sehingga membentuk loop tertutup serta pembiasan air yang tersirkulasikan. Untuk pipa acrylic diameter dalam 12 mm (0,5 inci), pipa acrylic dilubangi dengan diameter 1 mm yang berjarak 0,5 m dari ujung pipa (tempat aliran masuk). 5. Untuk pipa acrylic diameter 25,4 mm (1 inchi) permukaan licin dan pipa 38,1 (1,5 inchi), pipa acrylic dilubangi dengan diameter 1 mm yang berjarak 1 mm dari lubang pertama dengan diameter lubang 1 mm.

3.3.3. Prosedur Pengujian Prosedur pengujian yang dilakukan pada saat pengambilan data adalah sebagai berikut: 1. Memasukkan fluida kedalam bak air dengan volume 76 L. 2. Menghidupkan pompa, sehingga fluida dapat mengalir melalui instalasi pipa sehingga terjadi sirkulasi aliran fluida. 3. Menampung fluida yang keluar dari pipa pengujian dengan gelas ukur dan mencatat waktunya dengan menggunakan stopwatch 4. Mengamati tinggi air pada kedua Piezometric sesuai dengan bukaan katup, mengamati sampai tinggi keduanya relatif stabil (dalam keadaan tidak naik turun air yang ada di piezometric lurus). Kemudian mencatat tinggi h 1 dan h 2 pada piezometric lurus. 5. Mengulangi pengambilan data dengan mengatur bukaan katup dari minimal sampai maksimal. 6. Pengambilan data yang dilakukan dimulai dari aliran dengan bilangan Reynolds kecil (laminar) sampai dengan bilangan Reynolds besar (turbulen), dan 7. Untuk pengambilan data berikutnya adalah dengan mengalirkan fluida ke pipa penguji dengan diameter berbeda dan permukaan pipa yang licin (smooth),, proses pengambilan data sama dengan proses pengambilan awal. 3.3.4. Metode Pengambilan Data 1. Dengan cara mengurutkan sesuai dengan debit yang diperoleh kemudian mengurutkannya kembali sesuai dengan urutan ditinjau dari bilangan Reynold yang diperoleh. 2. Pengujian dilakukan pada pipa acrylic diameter dalam 9,5 mm (0,37 inci), 18 mm (0,71 inci) dan32 mm (1,26 inci) dengan permukaan pipa licin. Pengujian ini dilakukan dengan secara berulang yaitu sebanyak tiga kali untuk setiap bukaan katup 3.3.5. Metode Pengolahan Data Untuk kemudahan pengambilan data, maka diambil asumsi asumsi sebagai berikut: 1. Fluida yang digunakan termasuk kedalam fluida incompressible (tak mampu mampat). 2. Fluida yang digunakan adalah fluida yang termasuk fluida Newtonian. 3. Fluida yang mengalir pada pipa tidak mengalami kebocoran sehingga volume dalam rangkaian dianggap tetap. 4. Permukaan yang diamati untuk pipa acrylic diameter 25,4 mm (1 inchi) permukaan kasar, pipa 25,4 mm (1 inchi), permukaan licin (smooth).

Untuk mendapatkan data data hubungan yang diinginkan, maka dilakukan langkah langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Menghitung nilai debit (Q) aliran fluida Q= t Dengan : = adalah Volume fluida (m 3 ). t =adalah waktu (s). 2. Menghitung nilai kecepatan (V) aliran fluida Dengan : Q = adalah debit aliran (m 3 /s). V = Q 1 4 πd 2 V = adalah kecepatan aliran (m/s). A = adalah luas penampang (m 2 ). 3. Menghitung bilangan Reynolds (Re) Re= VD v Dengan : v = adalah viskositas kinematika air (m 2 /s). Re = adalah Bilangan Reynolds. V = adalah kecepatan aliran (m/s). 4. Menghitung koefisien gesek (λ)( Dengan : λ = adalah koefisien gesek. V = adalah Kecepatan aliran fluida (m/s). Δh = adalah beda ketinggian piezometrik (m). L = adalah Jarak pressure tube (m). g = adalah gravitasi (m/s 2 ). D = adalah diameter dalam pipa pengujian (m). λ=δh 2gD V 2 L

5. Membuat plot hasil perhitungan bilangan Reynolds (Re) dan koefisien gesek (λ)( menggunakan program excel.. Dipilihnya program excel untuk membuat grafik karena excel dapat mengacu pada Diagram Moody. 6. Membuat plot hasil perhitungan sesuai dengan masing masing pipa.

DATA DAN PEMBAHASAN Proses Analisa Aliran Fluida Air Pada Pipa Pengujian Dengan Permukaan Licin

Data yang diketahui sebagai berikut: Diameter pipa pengujian : Pipa acrylic dengan diameter luar 25,4 mm (1 inci) dan diameter dalam 18 mm (0,71 inci) dengan panjang 2 m. Suhu fluida air pada saat pengujian : 29 C. Volume fluida air pada gelas ukur : 2690 ml = 2,69 10 3 m3. Lamanya fluida air tertampung (t) : 10 detik. Tinggi fluida air di piezometrik 1 (h 1 ) : 90 mm = 0.09 m. Tinggi fluida air di poezometrik 2 (h 2 ) : 25 mm = 0.025 m. Jarak antara piezometrik 1 dan 2 (L) : 1000 mm = 1m. Viskositas kinematik (v) air pada suhu 29 C : 8,23 10 7 m 2 /s (dari tabel). Dari data data yang sudah diketahui diatas, maka kita dapat menghitung data data dibawah ini: Debit (Q) fluida air. Luas penampang pipa pengujian (A) Diameter dalam (D) pipa = 18 mm = 18 10 3 m.

Kecepatan (V) fluida air Bilangan Reynold number (Re) Beda ketinggian piezometrik ( h)

Koefisien gesek sepanjang pipa (λ)

Tabel Aliran Fluida Air Pada Pipa Pengujian Diameter 12,7 mm (0,5 inchi) Dengan Permukaan Licin

Tabel Aliran Fluida Air Pada Pipa Pengujian Diameter 25,4 mm (1 inchi) Dengan Permukaan Licin

Tabel Aliran Fluida Air Pada Pipa Pengujian Diameter 38,1 mm (1,5 inchi) Dengan Permukaan licin

Kombinasi Grafik Re λ Pipa Acrylic dari tiga jenis ukuran pipa (0,5 inchi, 1 inchi, 1,5 inchi permukaan licin)

Pipa 25,4 mm ( 1 inchi) Pada pipa 1 inchi permukaan halus didapat debit fluida terendah sebesar (Q) 2,69E 03 m 3 /s, dengan (V) kecepatan 1,06 m/s, dengan viskositas ( ν) 8,23 m 2 /s menghasilkan, (Re) 23162,81, dengan beda kerugian tinggi tekannya ( H) 0.065 m, koefisien gesek yang dihasilkan sebesar (λ) 0.02054. Sedangakan pada debit fluida tertinggi (Q) 7,21E 04 m 3 /s, dengan (V) kecepatan 2,84 m/s, dengan (Re) 62083,22, dengan beda kerugian tinggi tekannya ( H) 0.292 m, koefisien gesek yang dihasilkan sebesar (λ ) 0.01281. mengalami penurunan. Pipa 12,7 mm (0,5 inchi) Pada pipa 0,5 inchi permukaan halus didapat debit fluida terendah sebesar (Q) 2.26E 04 m 3 /s, dengan (V) kecepatan 3.19E+00 m/s, dengan viskositas ( ν) 8.23E 07 m 2 /s) menghasilkan (Re) 3,820.73, dengan beda kerugian tinggi tekannya ( H) 0.84 m, koefisien gesek yang dihasilkan sebesar (λ ) 0.01531. Sedangakan pada debit fluida tertinggi (Q) 3.54E 04 m 3 /s, dengan (V) kecepatan 4.31E+00 m/s, dengan viskositas ( ν) 8.23E 07 m 2 /s menghasilkan, (Re) 57,674.94, dengan beda kerugian tinggi tekannya ( H) 1.61 m, koefisien gesek yang dihasilkan sebesar (λ ) 0.01202. mengalami penurunan. Pipa 38,1 mm (1,5 inchi) Pada pipa 1,5 inchi permukaan halus didapat debit fluida terendah sebesar (Q) 3.05E 04 m 3 /s, dengan (V) kecepatan 3.79E 01 m/s, dengan viskositas ( ν) 8,23 m 2 /s menghasilkan, (Re) 14,750.06, dengan beda kerugian tinggi tekannya ( H) 0.01 m, koefisien gesek yang dihasilkan sebesar (λ ) 0.04362. Sedangakan pada debit fluida tertinggi (Q) 7.86E 04 m 3 /s, dengan (V) kecepatan 9.78E 01 m/s, dengan viskositas ( ν) 8,23 m 2 /s menghasilkan, (Re) 38,011.64, dengan beda kerugian tinggi tekannya ( H) 0.032 m, koefisien gesek yang dihasilkan sebesar (λ) 0.02102, mengalami penurunan.

KESIMPULAN Kesimpulan Dari tabel dapat dilihat bahwa pada diameter pipa pengujian berdiameter 0,5 inchi, 1 inchi, 1,5 inchi bahwa: Pada bilangan Reynolds yang sama terlihat bahwa semakin besar diameter (D) pipa pengujian, maka nilai koefisien geseknya (λ)( ) akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil diameter (D) pipa pengujian, maka nilai koefisien geseknya (λ)( ) akan menurun. Pada Reynolds number 2300-4000 termasuk kedalam aliran, sedangkan diatas 4000 masuk kedalam aliran turbulen. Data-data dari grafik Re-λ tersebut menampilkan grafik persamaan garis untuk aliran turbulen yaitu (0,316 Re-0,25). Nilai koefisien gesek untuk ketiga pipa yang diuji terlihat lebih tinggi dari koefisien gesek Blassius.