BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

BAB II. SEKILAS TENTANG PT. KERETA API (Persero) A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia

BAB III GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV SEMARANG. 3.1 Sejarah Berdirinya PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

Rancang Bangun Sistem Layanan Kereta Api di Stasiun Besar Tegal Viktorinus Singga Resi A

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kemajuan teknologi saat ini bisa dikatakan berkembang dengan sangat signifikan

BAB III TINJAUAN UMUM PT.KAI BANDUNG. Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Wawancara dengan pihak PT KA. - Survei lapangan serta pemotretan

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

Location Based Service Mobile Computing Universitas Darma Persada 2012

METODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang dapat kita sebut canggih adalah GPS, yaitu Global

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber :

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

BAB II GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 6 YOGYAKARTA

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

BAB III DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

BAB II SISTEM SATELIT NAVIGASI GPS

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Global Positioning System (GPS) Konsep Penentuan Posisi Dengan GPS

BAB IV PENGOLAHAN DATA

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)

MODUL 3 GEODESI SATELIT

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

GPS (Global Positioning Sistem)

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

PRAKTIKUM SURVEI GPS

TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PEMBELIAN TIKET KERETA API SECARA ONLINE

MENGENAL GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) SEJARAH, CARA KERJA DAN PERKEMBANGANNYA. Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem navigasi yang

BAB II PROFIL OBJEK PENELITIAN

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II TINJAUAN MENGENAI GPS DALAM SISTEM AIRBORNE LIDAR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Gunungapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT. KAI

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. PT Kereta Api Indonesia (Persero) (disingkat KAI atau PT.KAI) barang. Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi Undang-Undang

B A B I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bab 1 pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Global Positioning System (GPS)

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero

GLOBAL POSITION SYSTEM (GPS)

ILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI. PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si

BAB III DESKRIPSI PT. KAI (Persero) api atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah

BAB II GAMBARAN UMUM PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

BAB III PROFIL INSTITUSI MITRA A. SEJARAH PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Sekilas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Bab VIII. Penggunaan GPS

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super

STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo GEOMATIC ENGINEERING ITS

BAB III PENGAMATAN GPS EPISODIK DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2. Dasar Teori. 2.1 Landslides

BAB 4 ANALISIS. 4.1 Analisis Permasalahan Jaringan CORS IPGSN dan BPN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Halaman Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Pemancar&Penerima Televisi

ANALISA NILAI TEC PADA LAPISAN IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN GPS DUA FREKUENSI PEMBIMBING EKO YULI HANDOKO, ST, MT

PEMANTAUAN POSISI ABSOLUT STASIUN IGS

Studi Kinerja Perangkat Lunak Starpoint untuk Pengolahan Baseline GPS Irwan Gumilar, Brian Bramanto, dan Teguh P. Sidiq

BAB III DESKRIPSI PT KERETA API INONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMBUATAN PETA WILAYAH KECAMATAN DENGAN MENGGUNAKAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM. Edim Sinuraya 1. Abstrak

PENERAPAN NAVSTAR GPS UNTUK PEMETAAN TOPOGRAFI

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Gobal Positioning System adalah sistem untuk menetukan posis dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan amerika ini digunakan untuk kepentingan militer maupun sipil ( survey pemetaan dan informasi geografi. Sistem GPS, yang nama aslinya adlah NAVSTAR GPS (Navigation Satelite Timing and Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga segmen yaitu : satelit, pengontrol, dan penerima / pengguna. Satelit GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap (koordinat pasti), seluruhnya berjumlah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah cadangan. Satelit bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang ditransmisikan oleh stasiun stasiun pengontrol, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian tinggi (ditentukan dengan jam atomic di satelit), dan memancarkan sinyal dan informasi secara kontinyu ke pesawat penerima (receiver) dari pengguna. Pengontrol bertugas untuk mengendalikan dan mengontrol satelit dari bumi baik untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi orbit dan waktu, sinkronisasi waktu antar satelit, dan mengirim data ke satelit. Penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya untuk menentukan posisi (posisi tiga dimensi yaitu koordinat di bumi plus ketinggian), arah, jarak, dan waktu yang diperlukan oleh pengguna. Ada dua macam tipe penerima yaitu tipe NAVIGASI dan tipe GEODETIC.yang termasuk tipe NAVIGASI antara lain : Trimble Ensign, Trimble Pathfinder, Garmin, Sony dan lain sebagainya. S edangkan tipe GEODETIC antara lain : Topcon, Leica, Astech, Trimble seri 4000 dan lain lain.

Gambar 2.1 satelit yang berorbit GPS Navigasi GPS Navigasi adalah gps handheld yang mempunyai ketelitian 3-10 meter. Biasanya bisa digenggam. Selain berfungsi sebagai perangkat navigasi juga bisa digunakan untuk pemetaan. Gambar 2.2 GPS NAVIGASI GPS Geodetik GPS Geodetik adalah GPS yang mempunyai ketelitian tinggi sampe kelas milimeter. Alat ini terdiri dari base dan rover. Tipe Geodetik dual frekuensi dapat memberikan ketelitian posisi hingga mencapai millimeter. Tipe ini biasa digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti pembangunan jarring titik kontrol, survey deformasi, dan geodinamika. Harga receiver tipe ini cukup mahal, mencapai ratusan juta rupiah untuk 1 unitnya.

Gambar 2.3 GPS Geodetik 2.1.1PRINSIP PENENTUAN POSISI GPS Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki empat parameter yang harus ditentukan : yaitu 3 parameter koordinat X,Y,Z atau L,B,h dan satu parameter kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak ke empat satelit. Penentuan Posisi Dengan GPS Survei Navigasi Absolut Diferensial Diferensial Absolut Post-processing Real-Time Statik Pseudo-kinematik Kinematik Stop-and-Go Statik Singkat Jarak Fase Pseudorange (RTK) (DGPS) Gambar 2.4 Penentuan Posisi dengan GPS 2.1.2 SINYAL GPS

GPS satelit mentransmisikan dua sinyal radio daya rendah, ditunjuk L1 dan L2. GPS sipil menggunakan frekuensi L1 dari 1575,42 MHz pada UHF band. Perjalanan Sinyal saling berhadapan (Line of Sight), yang berarti mereka akan melewati awan, kaca dan plastik tapi tidak akan melalui objek padat seperti gedung dan pegunungan. Sinyal GPS mengandung tiga bit informasi yang berbeda kode pseudorandom, data ephemeris dan data almanak. Kode pseudorandom hanyalah kode ID yang mengidentifikasi informasi transmisi satelit. Anda dapat melihat nomor ini pada unit satelit GPS Garmin PAGE GPS (garmin), teridentifikasi pada saat menerima sinya satelit. Ephemeris data, yang terusmenerus ditransmisikan oleh satelit masing-masing, berisi informasi penting tentang status satelit (sehat atau tidak sehat), tanggal dan waktu. Ini bagian dari sinyal sangat penting untuk menentukan posisi. Data almanak memberitahu penerima GPS di mana setiap satelit GPS harus setiap saat sepanjang hari. Setiap satelit mentransmisikan data almanak menunjukkan informasi orbit untuk satelit tersebut dan untuk setiap satelit lain dalam sistem. Dalam perjalanannya dari satelit hingga mencapai antena dipermukaan Bumi, sinyal GPS akan dipengaruhi oleh beberapa kesalahan dan bias. Berikut ini karakteristik dari sebagian kesalahan dan bias akan dijelaskan secara umum. Faktor-faktor yang dapat menurunkan sinyal GPS dan mempengaruhi akurasi adalah sebagai berikut: A. Kesalahan Ephemeris (Orbit) Kesalahan Ephemeris (Orbit) adalah kesalahan dimana orbit satelit yang dilaporkan oleh ephemeris satelit tidak sama dengan orbit satelit yang sebenarnya. Dengan kata lain, posisi satelit yang dilaporkan tidak sama dengan orbit satelit yang sebenarnya. B. Bias Ionosfer Ionosfer adalah bagian dari lapisan atas atmosfer dimana terdapat sejumlah electron dan ion bebas yang mempengaruhi perambatan gelombang radio. Dalam hal ini ionosfer akan mempengaruhi kecepatan, arah, polarisasi, dan kekuatan sinyal GPS yang melaluinya. C. Bias Troposfer

Sinyal dari satelit GPS untuk sampai ke antenna harus melalui lapisan troposfer, yaitu lapisan atmosfer netral yang berbatasan dengan permukaan bumi dimana temperature menurun dengan membesarnya ketinggian. Efek utama dari troposfer berpengaruh pada kecepatan, atau dengan kata lain terhadap hasil ukuran jarak. D. Multipath Multipath adalah fenomena dimana sinyal dari satelit tiba di antena GPS melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda. Dalam hal ini satu sinyal merupakan sinyal langsung dari satelit ke antenna, sedangkan yang lainnya merupakan sinyalsinyal tidak langsung yang dipantulkan oleh benda-benda disekitar antenna sebelum tiba diantena. E. Ambiguitas Fase (Cycle Ambiguity) Ambiguitas fase dari pengamatan fase sinyal GPS adalah jumlah gelombang penuh yang tidak terukur oleh receiver GPS. F. Cycle Slips Kesalahan ini yaitu ketidak-kontinyuan dalam jumlah gelombang penuh dari fase gelombang pembawa yang diamati, karena receiver yang disebabkan oleh satu dan lain hal, terputus dalam pengamatan sinyal. G. Anti Spoofing Anti Spoofing (AS) adalah suatu kebijakan dari DoD Amerika Serikat, dimana kode-kode dari sinyal GPS bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh pihak militer. H. Kesalahan jam satelit dan receiver Ketidaksesuaian antara jam disatelit dengan di receiver. I. Pergerakan dari pusat fase antenna Pusat fase antenna adalah pusat (sumber) radiasi yang sebenarnya, dan dalam konteks GPS merupakan titik referensi yang sebenarnya digunakan dalam pengukuran sinyal secara elektronis. J. Imaging

Imaging adalah suatu fenomena yang melibatkan suatu benda konduktif (konduktor) yang berada dekat dengan antenna GPS, seperti reflector berukuran besar maupun grundplane dari antenna itu sendiri. 2.1.3 SURVEY GPS Pada pengukuran Global Positioning System ada dua metode yaitu metode jaring dan Radial Gambar 2.5 metode Jaring = Titik WIPERTI = Base Lapangan = Rover Gambar 2.6 metode Radial

2.1.4 PCCDU Software ini digunakan untuk mendownload data dari alat GPS ke computer untuk melalui tahap pengolahan data. 2.1.5 TOPCON LINK Topcon Link merupakan software pengolahan data GPS selanjutnya, dimana dengan software ini penulis melakukan data yang sudah didownload untuk di RINEX (receiver independence exchange format) atau meng-convert file agar bisa diolah kemudian di software Topcon Tools. 2.1.6 TOPCON TOOLS Software ini adalah software tahap terakhir dalam pengolahan data GPS sehingga medapatkan hasil berupa sinyal sinyal dan garis baseline. 2.1.7 SCENE 5.0 Softwareini bersifat komersil, dimana softwareini merupakan trial 30 hari yang harus diinstal ulang kembali jika sudah habis. Pada software ini dilakukan mulai dari registrasi, filtering, coloring hingga mengubah format agar bisa digunakan di softwareselanjutnya. 2.1.8 KERETA API Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864-1900

tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km. Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA. Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana. Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942-1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 Km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28

September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). 2.2 PENGERTIAN TERESTIAL LASER SCANNER (TLS) 3D Laser Scanner atau lebih dikenal dengan sebutan laser scanner, merupakan instrumen analisis objek real world yang dapat mengumpulkan data permukaan dan bentuk objek kemudian ditampilkan dalam bentuk 3 dimensi yang penuh warna. Data yang terkumpul dapat digunakan untuk mengkonstruksi bentuk digital dalam model tiga dimensi yang berguna untuk berbagai macam kebutuhan proyek. Alat ini digunakan secara ekstensif oleh industri hiburan dalam produksi film dan video game. Aplikasi umum lain yang biasa menggunakan teknologi ini adalah industri desain, reverse engineering and prototyping, dan pelestarian bentuk artefak bersejarah. Banyak macam teknologi yang dapat dikategorikan sebagai alat 3D Scanning ini; setiap teknologi mempunyai keterbatasan, kelebihan, dan biaya yang berbeda-beda dan perlu diingat bahwa masih banyak keterbatasan dalam hal merekam objek-objek tertentu. Contohnya teknologi optik menemui banyak kesulitan dengan objek yang berkilauan, menyerap sinar atau transparan dan struktur konstruksi dengan jenis-jenis cat tertentu. Namun, pada saat ini telah ditemukan dan dikembangkan metodametoda untuk menscan objek yang berkilauan, seperti melapisi objek-objek tersebut dengan suatu lapisan tipis dari bedak putih, hal ini akan membantu foton-foton untuk merefleksikan kembali sinar yang dipancarkan scanner. Laser scanner dapat mengirimkan lebih dari satu trilyun cahaya foton terhadap suatu objek dan menerima kembali foton-foton dalam persentasi yang sangat kecil melalui optik yang digunakan. Reflektifitas objek berdasarkan warna objek atau albedo terrestrial. Suatu permukaan yang putih akan merefleksikan banyak cahaya dan suatu permukaan yang hitam hanya akan merefleksikan sedikit cahaya. Objek transparan seperti gelas atau kaca hanya akan mematahkan atau membelokkan cahaya dan memberikan informasi 3D yang salah. 2.2.1 Kemampuan 3D laser scanner

Tujuan dari suatu 3D laser scanner biasanya untuk menciptakan awanawan titik (point clouds) dari permukaan obyek dalam bentuk geometrik. Titik-titik ini kemudian bisa digunakan untuk mengekstrapolasi bentuk dari subyek (suatu proses yang disebut rekonstruksi). Jika informasi warna dikumpulkan pada masing-masing titik maka warnawarna dari suatu permukaan subyek juga dapat ditentukan. 3D laser scanner sangat mirip dengan kamera karena mempunyai suatu medan pandang yang seperti kerucut, dan seperti kamera-kamera, mereka hanya dapat mengumpulkan informasi tentang permukaan-permukaan yang tidak digelapkan. Sementara suatu kamera mengumpulkan informasi warna tentang permukaan-permukaan di dalam medan pandangnya, 3D laser scanner mengumpulkan informasi jarak tentang permukaanpermukaan di dalam medan pandangnya sehingga imageyang dihasilkan oleh suatu 3D laser scanner dapat memberikan informasi mengenai jarak antar masing-masing titik di suatu permukaan itu. Untuk kebanyakan situasi, single scan tidak akan menghasilkan suatu model yang lengkap dari subyek. Dengan melakukan scanning berkali-kali, bahkan hingga ratusan kali, dari beraneka arah biasanya diperlukan untuk memperoleh informasi tentang semua samping dari subyek. Scan-scan ini harus dibawa ke dalam suatu sistem referensi umum, suatu proses yang biasa disebut registrasi, lalu digabungkan untuk menciptakan suatu model yang lengkap Gambar 2.7 FARO 3D FOCUS