Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA YANG SUDAH DIALIHKAN SEBELUM JAMINAN FIDUSIA DIDAFTARKAN

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

IMPLEMENTASI PERJANJIAN KREDIT YANG DIBUAT SECARA DI BAWAH TANGAN PADA BPR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR MELALUI PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

KEPASTIAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK PUTU EVI KOMALA DEWI NPM :

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: Ni Made Trisna Dewi ABSTRACT

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut

UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH OLEH KREDITOR APABILA OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG AKAN DILELANG DIKUASAI OLEH PIHAK KETIGA

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITOR DALAM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA APABILA DEBITOR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL. Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA. Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sudah sejak masa

KEABSAHAN PENDAFTARAN FIDUSIA KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE OLEH PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE GROUP (PT. FIFGROUP)

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Istilah fidusia berasal dari bahasa belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/2017

SISTEM PENJAMINAN FIDUSIA DAN PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITUR ATAS OBJEK JAMINAN

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

IMPLEMENTASI PENGUASAAN OBYEK GADAI (MOTOR) DI LEMBAGA PEGADAIAN DENPASAR

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Untuk

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PADA PERJANJIAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK 1 Oleh: Muhammad Moerdiono Muhtar 2

Abstract. that is not accompanied by any additional agreements resulted in the imposition of bail using general. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

Kata kunci : Jaminan fidusia, pendaftaran, akibat hukum

ASPEK-ASPEK HUKUM PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM PEMBIAYAAN KONSUMEN. Iyah Faniyah Universitas Ekasakti, Padang

PENDAFTARAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT RAGA JAYATAMA DI BATUBULAN GIANYAR

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

Pembebanan Jaminan Fidusia

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

ABSTRAK Pemberlakuan Klausula Buy Back Guarantee

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

UNDANG-UNDANG FIDUSIA NO. 42 TAHUN 1999 MEMBAWA PERUBAHAN DALAM PRANATA JAMINAN RABIATUL SYAHRIAH

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

PEMBERIAN KREDIT KEPADA WARGA LUAR DESA PAKRAMAN SETEMPAT OLEH LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA PAKRAMAN PANGI KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG

A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA DIKUASAI PIHAK KETIGA BERDASARKAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (STUDI DI BANK BNI CABANG GATSU BARAT) *

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang secara yuridis

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

TINJAUAN YURIDIS OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG DIRAMPAS OLEH NEGARA OLEH: YUSLINDA LESTARI D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM.

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

KEDUDUKAN FIDUSIA SEBAGAI LEMBAGA JAMINAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BENTUK PENGIKAT JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) CANGGU DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

oleh Dewa Gede Angga Sumanjaya Dewa Gde Rudy Ida Bagus Putu Sutama Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN PADA SERTIFIKAT HAK MILIK DALAM PERIKATAN JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kegiatan perekonomian yang berkesinambungan, banyak sekali

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB III PENUTUP. penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Bentuk penyelesaian yang dilakukan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

Transkripsi:

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENERIMA FIDUSIA SEBAGAI PIHAK YANG LEMAH DALAM SUATU PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA PAKRAMAN BULELENG Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract This article discusses the legal protection that can be provided to the creditors in a fiduciary or fiduciary agreements. Fiduciary Warranty gives fiduciary control of the object is still in the hands of the giver fiduciary, so in this case the fiduciary susceptible to losses if the debtor has no good faith in carrying out the fiduciary agreement. The problems faced are: whether the weaknesses are owned by the lender in an agreement fiduciary at Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Buleleng? And how can the legal protection given to the fiduciary in the fiduciary agreement? The research method used is the method of empirical research with primary data and secondary data. The results of the research conducted, it can be seen that the weaknesses in the implementation of the agreements held in fiduciary Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Buleleng regarding the imposition of fiduciary only by deed under the hand and is not registered at the registration office fiduciary. In the implementation of the legal protection of creditors provided for in Law No. 42 Year 1999 on Fiduciary, namely the imposition of fiduciary deed which shall be notarized, and confirmed by the registration of the deed. Keywords: legal protection, fiduciary, agreements, guarantees Abstrak Artikel ini membahas mengenai perlindungan hukum yang dapat diberikan bagi penerima fidusia atau kreditur dalam suatu perjanjian jaminan fidusia. Jaminan fidusia memberikan penguasaan atas obyek jaminan fidusia yang masih berada di tangan pemberi fidusia, sehingga dalam hal ini pihak penerima fidusia rentan mengalami kerugian apabila pihak debitur memiliki iktikad tidak baik dalam melaksanakan perjanjian jaminan fidusia tersebut. Adapun permasalahan yang dihadapi yaitu: apakah kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh pihak kreditur dalam suatu perjanjian jaminan fidusia di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Buleleng? Dan bagaimanakah perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada penerima fidusia dalam perjanjian jaminan fidusia? Metode penelitian yang dipergunakan yaitu metode penelitian empiris dengan data primer dan data sekunder. 1

Hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa kelemahankelemahan yang dimiliki dalam pelaksanaan perjanjian jaminan fidusia di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Buleleng mengenai pembebanan jaminan fidusia yang hanya dengan akta di bawah tangan dan tidak di daftarkannya pada kantor pendaftaran jaminan fidusia. Dalam pelaksanaan perlindungan hukum bagi kreditur yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu dengan pembuatan akta pembebanan jaminan fidusia yang dibuat secara notariil, dan dipertegas dengan pendaftaran dari akta tersebut. Kata kunci : perlindungan hukum, penerima fidusia, perjanjian, jaminan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga jaminan fidusia telah diakui eksistensinya dengan adanya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda yang dapat difidusiakan berdasarkan kepercayaan yang penguasaannya tetap dilakukan oleh si pemilik benda tersebut. Biasanya hal terjadi karena pemilik benda tersebut (debitor) membutuhkan sejumlah uang dan sebagai jaminan atas pelunasan utangnya tersebut si debitor menyerahkan secara kepercayaan hak kepemilikannya atas suatu benda bergerak kepada kreditornya; dan hak tersebut juga dapat dialihkan kepada pihak lain. Pemberian jaminan fidusia ini merupakan perjanjian yang bersifat accessoir dari suatu perjanjian pokok. Pemberian sejumlah uang atas dasar kepercayaan inilah yang harus dilindungi, Undang-Undang Jaminan fidusia sudah menentukan bahwa jaminan fidusia harus dibuat dengan menggunakan akta otentik dan didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia, namun pada kenyataannya banyak pihak kreditor yang justru tidak membuat perjanjiannya dalam akta notariil dan tidak didaftarkan sehingga memudahkan untuk pihak debitor yang mempunyai iktikad tidak baik menghindari dari kewajibannya bahkan justru melakukan penggelapan atas obyek jaminan fidusia tersebut. 1 h. 245 1 Satrio J., 2002, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2

1.2 Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan jurnal ini yaitu untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh pihak kreditur dalam suatu perjanjian jaminan fidusia di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Buleleng dan perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada penerima fidusia dalam perjanjian jaminan fidusia. II. Isi 2.1 Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan menganalisa kasus yang terkait. Sedangkan data sekunder dilakukan dengan menelaah peraturan Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isi hukum yang diganti. 2 2.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan 2.2.1 Kelemahan-Kelemahan Yang Dimiliki Oleh Pihak Kreditur Dalam Suatu Perjanjian Jaminan Fidusia Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Buleleng. Dalam suatu perjanjian penjaminan, di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Buleleng, menurut penelitian yang dilakukan penulis yaitu, adanya kelemahankelemahan berupa tindakan yang dilakukan oleh pihak kreditur dalam penerapan perjanjian fidusia berupa tidak dilakukannya pendaftaran benda fidusia (hanya berhenti pada pembuatan akta otentik) biasanya memang antara pihak kreditur dan debitur disepakati janji-janji tertentu, yang pada umumnya dimaksudkan untuk memberikan suatu posisi yang kuat bagi kreditur dan nantinya sesudah didaftarkan dimaksudkan untuk juga mengikat pihak ketiga. Oleh karena itu dapat ditafsirkan disini bahwa pendaftaran meliputi, baik pendaftaran benda maupun ikatan jaminannya, maka semua janji yang termuat dalam akta jaminan fidusia (yang dalam Pasal 13 ayat (2) b Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 2 Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Group, Jakarta, h. 93 3

tentang Jaminan Fidusia dicatat dalam buku daftar Kantor Pendaftaran Fidusia) dan mengikat pihak ketiga. Deskripsi tersebut terlihat bahwa para pihak dalam perjanjian jaminan fidusia, baik penerima fidusia maupun pemberi fidusia menurut undang-undang jaminan fidusia samasama diberikan perlindungan hukum, bagi pemberi perlindungan berupa adanya hak pakai atas benda jaminan, dan wanprestasi pemberi jaminan tidak akan menyebabkan benda jaminan dengan Undang-Undang Jaminan Fidusia diberikannya hak preferent atas piutangnya, dan berlakunya asas droit de suite atas benda jaminan. 3 Bagi pihak ketiga asas publisitas dalam perjanjian jaminan fidusia akan memberikan informasi terhadap benda-benda yang difidusiakan. Namun menurut Pasal 11 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dijelaskan bahwa dengan perjanjian fidusia secara akta notariil tidaklah cukup tetapi harus didaftarkan, akta notariil merupakan akta otentik dan dapat merupakan utorial akta, dalam perjanjian fidusia akta notariil tanpa pendaftaran tidak memberikan hak preferent bagi penerima fidusia. 2.2.2 Perlindungan Hukum Yang Dapat Diberikan Kepada Penerima Fidusia Dalam Perjanjian Jaminan Fidusia. Jaminan Fidusia harus didaftarkan, seperti yang diatur dalam pasal 11 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dengan adanya pendaftaran tersebut, Undang-Undang Jaminan Fidusia memenuhi asas publisitas yang merupakan salah satu asas utama hukum jaminan kebendaan. Ketentuan tersebut dibuat dengan tujuan bahwa benda yang dijadikan obyek benar-benar merupakan barang kepunyaan debitor atau pemberi fidusia sehingga kalau ada pihak lain yang hendak mengklaim benda tersebut, ia dapat mengetahuinya melalui pengumuman tersebut. Pendaftaran jaminan fidusia dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia dilingkup tugas Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dimana untuk pertama kalinya, kantor tersebut didirikan dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. 4 3 Tan Kamelo, 2004, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni, Bandung, h. 145 4 Widjaya, Gunawan dan Ahmad Yani, 2000, Seri Hukum Bisnis: Jaminan Fidusia, Rajawali Pers, Jakarta, h. 76 4

Perlindungan hukum dan kepentingan kreditur dapat dilihat pada Pasal 20 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia : Fidusia tetap mengikuti Benda yang menjadi objek Jaminan fidusia dalam tangan siapapun Benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda tersebut, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Ketentuan ini menegaskan bahwa jaminan fidusia mempunyai sifat kebendaan dan berlaku terhadapnya asas droit de suite, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Pada intinya maksud/tujuan dari perjanjian jaminan fidusia dari segi perlindungan hukum bagi kreditur adalah memberikan hak istimewa atau hak didahulukan baginya guna pelunasan hutang-hutang, debitur padanya (asas schuld dan haftung). 5 Beberapa hal yang dapat menunjukkan adanya perlindungan hukum terhadap kreditur (Penerima Fidusia) menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia antara lain sebagai berikut: a. Adanya lembaga pendaftaran jaminan fidusia, yang tidak lain adalah untuk menjamin kepentingan pihak yang menerima fidusia (pasal 12); b. Adanya larangan pemberi fidusia untuk memfidusiakan ulang obyek jaminan fidusia (pasal 17); c. Adanya ketentuan bahwa Pemberi Fidusia tidak diperbolehkan untuk mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan (pasal 23 ayat 2); d. Adanya ketentuan pemberi fidusia wajib menyerahkan benda jaminan, kalau kreditur hendak melaksanakan eksekusi atas obyek jaminan fidusia (pasal 30); e. Adanya ketentuan pidana dalam Undang-undang Jaminan Fidusia (pasal 35 dan pasal 36). Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia untuk menciptakan perlindungan terhadap kreditor maka terlebih dahulu perjanjian Jaminan Fidusia harus didaftarkan, seperti yang diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pendaftaran sebagai pemenuhan asas publisitas, pembebanan jaminan fidusia yang hanya dengan akta Notariil tanpa dilakukan pendaftaran tidak akan melahirkan hak preferent terhadap kreditor penerima fidusia. 5 Sofwan, Sri Soedewi Masjhoen, 1991, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, Jakarta, h. 156 5

III. Kesimpulan Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh pihak kreditur dalam pejanjian jaminan fidusia di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Buleleng, yaitu pembebanan jaminan fidusia tidak dibuat dengan akta otentik atau hanya dengan akta dibawah tangan, kemudian tidak didaftarkannya pembebanan jaminan fidusia tersebut pada Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia sehingga tidak terbit sertifikat akta jaminan fidusia. Perlindungan hukum yang dapat diberikan bagi pihak penerima jaminan fidusia atau kreditur sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia maka terlebih dahulu perjanjian Jaminan Fidusia harus didaftarkan, seperti yang diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pendaftaran sebagai pemenuhan asas publisitas, pembebanan jaminan fidusia yang hanya dengan akta notariil tanpa dilakukan pendaftaran tidak akan melahirkan hak preferent terhadap kreditor penerima fidusia. Daftar Pustaka Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Group, Jakarta Satrio J, 2002, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung Sofwan, Sri Soedewi Masjhoen, 1991, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, Jakarta Tan Kamelo, 2004, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni, Bandung Widjaya, Gunawan dan Ahmad Yani, 2000, Seri Hukum Bisnis: Jaminan Fidusia, Rajawali Pers, Jakarta Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia 6