A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

III. METODOLOGI PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

VIII. ANALISIS FINANSIAL

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis.

KEPUTUSAN INVESTASI DAN PENGANGGARAN MODAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

VII. RENCANA KEUANGAN

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI

Materi 7 Metode Penilaian Investasi

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA TOKO BIN AGIL DI JALAN RAYA CONDET, JAKARTA TIMUR : MUAMMAL IRZAD NPM :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

ANALISIS INVESTASI USAHA PADA WARNET KHARISMA DOT NET. Nama : SUKMIATI NPM : Kelas : 3 EB 18

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY

METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha i

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA USAHA KECIL WARNET WANGI JAYA

A. Kerangka Pemikiran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Metode Penilaian Investasi

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN SISTEM

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

II. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

III. METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

ANALISA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA CV. BU DENA CATERING. Nama : Mamih Mayangsari Npm : Kelas : 3EA24

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya Kas** 1.079.129.521 Jumlah Total Modal 2.251.800.000 8.273.326.328 10.525.126.328 *) biaya praoperasi diestimasi berdasarkan perusahaan X **) biaya kas diasumsikan sebesar 15% dari biaya bahan baku Proyeksi laba rugi ditujukan untuk melihat tingkat laba per tahun dan juga sebagai input dalam perhitungan aliran kas, diperoleh keuntungan negatif sebesar Rp.6.506.389.436, yang berarti bahwa produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan Skenario II mengalami kerugian, dapat dilihat pada Tabel Lampiran II.3. Perhitungan kriteria investasi produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan kapasitas 170 liter per hari, pada Skenario II, menunjukkan bahwa usaha produksi bioetanol berbahan baku bagas, dengan kapasitas produksi etanol sebesar 170 liter per hari, dan dengan biaya bagas sebesar Rp.2.000 per kg, tidak layak untuk dilaksanakan. Keadaan tersebut ditujukan oleh NPV yang bernilai negatif sebesar Rp.59.449.434.727,52 menunjukkan proyek tersebut belum mampu untuk menghasilkan laba, sehingga proyek tidak layak untuk dilaksanakan. BAB IV ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya dan dianalisis berdasarkan metode tekno ekonomi yang dilakukan pada dua skenario. Skenario pertama, proses produksi bioetanol berbahan baku bagas secara keseluruhan dilakukan oleh satu pihak. Sedangkan skenario kedua, proses produksi bioetanol berbahan baku bagas terdiri dari dua jenis usaha, produksi bioetanol dan budidaya jamur, masing-masing usaha dilakukan oleh pihak yang berbeda, dan

diasumsikan harga jual bagas hasil perlakuan awal yang dilakukan oleh pihak budidaya jamur sebesar Rp.2.000 per kg. 4.1 Analisis Biaya Produksi Bioetanol Berbahan Baku Bagas Rencana investasi dimaksudkan untuk mengetahui penggunaan modal yang akan dijalankan demi rencana penjualan dan produksi. Modal yang harus dikeluarkan untuk investasi modal tetap dan modal kerja yang dilakukan pada skenario pertama dan skenario kedua, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Perbandingan Biaya Produksi Bioetanol Berbahan Baku Bagas Biaya Skenario I Skenario II Modal Tetap (Rp) 2.646.250.000 2.251.800.000 Modal Kerja (Rp) 8.357.177.888 8.273.326.328 Modal tetap produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan skenario pertama sebesar Rp. 2.646.250.000, lebih besar dibanding dengan skenario kedua sebesar Rp. 2.251.800.000. Sedangkan untuk modal kerja untuk skenario pertama selisih Rp. 39.4450.000 lebih besar dibandingkan dengan modal kerja skenario kedua. Modal tetap dan modal kerja produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan skenario pertama lebih besar dibandingkan dengan skenario kedua, dikarenakan produksi bioetanol berbahan baku bagas dan persiapan bahan baku utamanya berupa bagas hasil perlakuan awal dengan jamur dilakukan oleh satu pihak, sehingga terdapat penambahan biaya-biaya produksi bagas hasil perlakuan awal dengan jamur, seperti biaya peralatan, bahan baku, bangunan, dan lain sebagainya. 4.2 Analisis Kelayakan Investasi Produksi Bioetanol Berbahan Baku Bagas Analisa kelayakan investasi produksi bioetanol berbahan baku bagas dilakukan dengan mengidentifikasi besar pendapatan dan pengeluaran produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari, dengan menggunakan indikator kelayakan investasi. Berdasarkan pada pengumpulan dan pengolahan data produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan kapasitas produksi 170 liter per hari, diperoleh NPV skenario pertama negatif sebesar Rp. 39.817.179.569,10 dan NPV skenario kedua negatif sebesar Rp. 59.449.434.727,52. NPV lebih kecil dari nol memiliki pengertian bahwa investasi yang dilakukan tidak memberikan keuntungan.

Dengan demikian, produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari tidak layak untuk dilakukan. Perhitungan tekno ekonomi produksi bieotanol berbahan baku bagas tidak memasukkan faktor subsidi/insentif, sehingga hasilnya kurang layak. Padahal di Indonesia penuh dengan subsidi. Bila subsidi diaplikasikan, produksi ini memiliki kemungkinan layak untuk diproduksi. 4.3 Analisis Sensitivitas Faktor Dominan Kelayakan Produksi Bioetanol Berbahan Baku Bagas Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat seberapa jauh investasi terpengaruh oleh perubahan tersebut. Analisis sensitivitas dilakukan hanya pada skenario pertama, mengingat kelayakan investasi berdasarkan besar Net Present Value (NPV) yang diperoleh, dimana NPV skenario pertama negatif yang dihasilkan lebih kecil dibanding dengan NPV yang diperoleh oleh skenario kedua sebesar Rp.19.632.255.158,42. Faktor dominan yang terlihat pada arus kas (Tabel Lampiran I) produksi bioetanol berbahan baku bagas adalah biaya bahan baku sebesar Rp.7.267.111.207, dan biaya listrik sebesar Rp.309.868.416, sehingga analisis sensitivitas dilakukan pada biaya bahan baku dan biaya listrik terhadap besar NPV yang dihasilkan. Biaya bahan baku merupakan biaya tidak tetap produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari adalah sebesar Rp.7.267.111.207, dapat dilihat pada Tabel Lampiran I.2 biaya pengeluaran akan bahan baku yang terbesar adalah biaya enzim sebesar Rp.6.739.200.000 per tahun. Oleh karena itu, dilakukan analisis sensitivitas harga enzim terhadap NPV, IRR, dan PBP dengan penurunan harga sebesar 25%, 50% dan 75%. Hasil sensitivitas yang dilakukan terhadap harga enzim dengan nilai NPV yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Analisis Sensitivitas Harga Enzim Terhadap NPV, IRR, PBP Penurunan Harga Enzim IRR NPV PBP 0% 18.000 - (Rp39.817.179.569,10) - -25% 16.200 - (Rp26.032.500.609,04) - -50% 9.000 - (Rp12.247.821.648,98) - -75% 4.500 16% Rp1.536.857.311,08 7 Peningkatan harga enzim mempengaruhi besar NPV dari produksi bioetanol berbahan baku bagas, karena konsumsi enzim dengan kapasitas produksi berbanding lurus. Sehingga harga enzim berpengaruh terhadap NPV yang dihasilkan dari produksi

bioetanol berbahan baku bagas. Sedangkan penurunan harga enzim sebesar 75% dari harga enzim sebesar Rp. 18000 per liter menjadi sebesar Rp. 4.500 per liter diperoleh NPV positif sebesar Rp. 1.536.857.311,08, IRR sebesar 16% lebih besar dibanding dengan suku bunga yang digunakan yakni 8%, dan PBP pada tahun ketujuh, sebelum umur investasi 20 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produksi bioetanol berbahan baku bagas layak untuk dilakukan pada kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari dengan harga enzim sebesar Rp. 4.500 per liter. Penurunan harga enzim bisa dilakukan dengan melakukan pengembangan enzim selulase dalam negeri, sehingga harga jual yang ditawarkan dalam negeri lebih rendah dibanding dengan yang dibeli dari luar negeri. Biaya listrik produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari merupakan salah satu biaya terbesar dalam produksi bioetanol berbahan baku bagas, yakni sebesar Rp. 309.868.416.Oleh karena itu, analisis sensitivitas juga dilakukan pada harga listrik terhadap NPV, IRR, dan PBP dengan penurunan harga sebesar 25%, 50% dan 75%. Hasil sensitivitas yang dilakukan terhadap harga listrik dengan nilai NPV yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Analisis Sensitivitas Harga Listrik Terhadap NPV Penurunan Harga Listrik NPV 0% 570 (39.817.179.569) -25% 513 (39.183.360.031) -50% 456 (38.549.540.492) -75% 399 (37.915.720.953) Peningkatan harga listrik mempengaruhi besar NPV dari produksi bioetanol berbahan baku bagas, karena konsumsi listrik dengan kapasitas produksi berbanding lurus. Sehingga harga listrik berpengaruh terhadap NPV yang dihasilkan dari produksi bioetanol berbahan baku bagas. Dengan penurunan harga listrik sebesar 50% dari harga listrik sebesar Rp. 570 per kwh menjadi sebesar Rp. 456 per kwh, diperoleh NPV negatif sebesar Rp. 38.549.540.492, sehingga dapat disimpulkan bahwa produksi bioetanol berbahan baku bagas tidak layak untuk dilakukan pada kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari dengan harga listrik sebesar Rp 456 per kwh. Penurunan harga listrik dapat dilakukan dengan pemakaian boiler dengan bahan baku batu bara, sehingga

biaya yang dikeluarkan untuk per kwh listrik dapat digunakan untuk pemakaian bahan bakar boiler semisal batu bara. Faktor lain yang juga memiliki pengaruh terhadap kelayakan produksi bioetanol berbahan baku bagas yang dilakukan adalah harga jual etanol yang dihasilkan. Peningkatan harga jual produk berbanding lurus pendapatan, sehingga harga jual produk berpengaruh terhadap NPV yang dihasilkan dari produksi bioetanol berbahan baku bagas. Dengan peningkatan harga jual sebesar 75% terhadap harga jual awal, sebesar Rp. 10.000 per liter menjadi sebesar Rp. 17.500 per liter, diperoleh NPV negatif sebesar Rp. 36.562.463.704. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produksi bioetanol berbahan baku bagas tidak layak untuk dilakukan pada kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari dengan harga jual produk etanol sebesar Rp 17.500 per liter. Analisis sensitivitas harga jual etanol terhadap NPV dengan penurunan harga sebesar 25%, 50%, dan 75%, dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Analisis Sensitivitas Harga Jual Etanol Terhadap NPV Pe ningkatan Harga jual e tanol NPV 75% Rp17.500 (36.562.463.704) 50% Rp15.000 (37.647.368.992) 25% Rp12.500 (38.732.274.281) 0% Rp10.000 (39.817.179.569) Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan pada harga enzim, harga listrik, dan harga jual etanol yang dihasilkan terhadap NPV, IRR, dan PBP, maka diperoleh kesimpulan bahwa penurunan harga enzim menjadi sebesar Rp. 4.500 memperoleh NPV positif sebesar Rp. 1.536.857.311,08, IRR sebesar 16% lebih besar dibanding dengan suku bunga yang digunakan 8%, dan PBP pada tahun ketujuh, sebelum umur investasi 20 tahun. Sedangkan dengan penurunan harga listrik menjadi sebesar Rp. 456 per kwh memperoleh NPV negatif sebesar Rp. 38.549.540.492. Untuk peningkatan harga jual menjadi sebesar Rp. 17.500 per liter diperoleh NPV negatif sebesar Rp. 36.562.463.704.

Millions -90000-80000 -70000-60000 -50000-40000 -30000 Harga Enzim Harga Listrik Harga Jual -20000-10000 -100% -50% 0% 50% 100% 0 10000 Gambar 4.1 Analisis Sensitivitas Harga Enzim, Harga Listrik, Dan Harga Jual Etanol Berbahan Baku Bagas, Kapasitas 170 Liter Per Hari Penurunan harga enzim dan harga listrik sebesar 75% dari harga awal sebesar Rp. 18.000 per liter enzim dan Rp. 570 per kwh untuk harga listrik awal, diperoleh NPV positif sebesar Rp.1.536.857.311,08. Sedangkan untuk penurunan harga listrik sebesar 75%, diperoleh NPV negatif Rp.37.915.720.953. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa harga enzim lebih sensitif dibanding harga listrik, dilihat dari NPV yang diperoleh oleh perubahan harga enzim lebih besar dibanding NPV yang diperoleh dari perubahan harga listrik, dapat dilihat pada Tabel 4.1. Analisis sensitivitas jika dilakukan terhadap penurunan harga enzim dan harga listrik sebesar 65%, 70%, dan 75% dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Analisis Sensitivitas Harga Enzim dan Harga Listrik, Terhadap NPV, IRR, PBP Penurunan Harga Enzim Harga Listrik IRR NPV PBP 0% 18.000 570 - (39.817.179.569,10) - 65% 6.300 200 - (2.329.083.473) - 70% 5.400 171 11% 554.616.227 11 75% 4.500 143 24% 3.438.315.927 5 Perubahan penurunan harga enzim dan harga listrik sebesar 70%, mempengaruhi NPV produksi bioetanol berbahan baku bagas yang awalnya negatif sebesar Rp. 39.817.179.569,10, menjadi positif, sebesar Rp. 554.616.227. Sehingga produksi

bioetanol berbahan baku bagas layak untuk dilakukan pada kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari dengan harga enzim sebesar Rp. 5.400 per liter, dan harga listrik sebesar Rp.171 per kwh. Analisis sensitivitas jika dilakukan terhadap peningkatan harga jual dan penurunan pada harga enzim sebesar 60%, 65%, 70%, dan 75%, dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Analisis Sensitivitas Harga Enzim dan Harga Jual Etanol Terhadap NPV, IRR, PBP Penurunan Harga Enzim Peningkatan Harga Jual IRR NPV PBP 0% 18.000 0% Rp10.000 - (39.817.179.569,10) - -65% 6.300 +65% Rp.16.500 1% (1.156.260.523) - -70% 5.400 +70% Rp.17.000 17% 1.817.656.327 7-75% 4.500 +75% Rp.17.500 30% 4.791.573.177 4 Perubahan peningkatan harga jual etanol dan penurunan harga enzim sebesar 70%, mempengaruhi NPV produksi bioetanol berbahan baku bagas yang awalnya negatif sebesar Rp. 39.817.179.569,10, menjadi positif, sebesar Rp. 1.817.656.327. Maka dapat disimpulkan bahwa produksi bioetanol berbahan baku bagas layak untuk dilakukan pada kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari dengan harga enzim sebesar Rp.5.400 per liter, dan harga jual etanol sebesar Rp.17.000 per liter. Millions -90000-80000 -70000-60000 -50000-40000 -30000-20000 -100% -50%-10000 0% 50% 100% 0 10000 harga enzim-harga listrik harga enzim-harga jual Gambar 4.2 Analisis Sensitivitas Harga Enzim, Harga Listrik dan Harga Jual Etanol

Analisis sensitivitas jika dilakukan terhadap dengan penurunan harga enzim, penurunan harga listik, serta peningkatan harga jual etanol yang dihasilkan pada penelitian produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari, dengan penurunan sebesar 65% terhadap harga enzim, harga listrik dan peningkatan terhadap harga jual, maka produksi bioetanol berbahan baku bagas layak untuk di lakukan harga jual sebesar Rp. 16.500 per liter, harga listrik sebesar Rp. 200 per kwh, dan harga enzim sebesar Rp. 6.300 per liter, diperoleh NPV sebesar Rp. 491.670.277,53, IRR sebesar 11% dan PBP pada tahun ke duabelas investasi. Dari hasil analisis sensitivitas, komponen biaya yang paling sensitif adalah harga enzim, sehingga untuk meminimasi biaya atau meningkatkan keekonomian dari produksi bioetanol harus dikembangkan industri enzim sendiri, dapat dilihat pada Gambar 4.2. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan dan saran untuk penelitian di masa yang akan datang. 5.1 KESIMPULAN Analisa tekno ekonomi produksi bioetanol berbahan baku bagas dengan kapasitas produksi sebesar 170 liter per hari, dilakukan pada dua skenario, menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Skenario pertama, proses produksi bioetanol berbahan baku bagas secara keseluruhan dilakukan oleh satu pihak. Sedangkan skenario kedua, proses produksi bioetanol berbahan baku bagas terdiri dari dua jenis usaha, produksi bioetanol dan budidaya jamur, masing-masing usaha dilakukan oleh pihak yang berbeda, dan diasumsikan harga jual bagas hasil perlakuan awal yang dilakukan oleh pihak budidaya jamur sebesar Rp.2.000 per kg. NPV yang dihasilkan untuk skenario pertama adalah negatif sebesar Rp.39.817.179.569,10 sedangkan untuk NPV skenario kedua negatif sebesar Rp.59.449.434.727,52. Dengan demikian, produksi bioetanol berbahan baku