BAB II KAJIAN TEORI. dapat dilakukan melalui aspek georafis dan aspek demografis.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB II KAJIAN TEORETIK

DEFINISI- DEFINISI A-1

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SPA (SOLUS PER AQUA)

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti BR Tarigan, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan manusia akan rekreasi dan relaksasi Perkembangan pariwisata di Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Evvie Ariantya Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan sektor wisata yang terdapat di alam

HOTEL RESORT DI KOTA BATU MALANG

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Cikole Jayagiri Resort Bandung

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan. melibatkan masyarakat. Sehingga dengan adanya tempat wisata

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KONSEP RESORT AND LEISURE

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

Hotel Bintang 5 di Kota Batam TA- 138

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB IIKAJIAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Banyaknya Pengunjung obyek-obyek wisata pantai di Gunung Kidul Mancanegara (Man) dan Nusantara (Nus)

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pariwisata di Indonesia makin berkembang seiring

perjalanan dari satu tempat ketempat lain bersifat

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SILABUS. Mata Kuliah : Konsep Resort And Leisure Kode Mata Kuliah : MR 307

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI PULAU MAITARA KOTA TIDORE KEPULAUAN. Oleh: Henny Haerani G

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. petualangan, romantik dan tempat- tempat eksotik, dan juga meliputi realita

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau

BAB I PENDAHULUAN. wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan,

KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dari pengertian diatas, maka hotel juga dapat definisi seperti di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN TEORI A. Karakteristik Wisatawan Menurut Kotler (2000:263) untuk menentukan profil dan minat pengunjung dapat dilakukan melalui aspek georafis dan aspek demografis. 1. Aspek Geografis Profil pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok unit geografis, yaitu kewarganegaraan, asal Negara, kota provinsi, desa, lingkungan dan lainnya. 2. Aspek Demografis Pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa variable dasar seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, status perkawinan, generasi, nasionalitas dan kelas social. 3. Aspek Fisiografi Pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok unit pasar berdasarkan sifat dan karakteristik dilihat dari kejiwaan seperti lama kunjung, pilihan kegiatan rekreasi, frekuensi kunjungan, dan belanja wisatawan. Variabel demografis adalah faktor yang paling sering digunakan dalam menentukan profil dan minat pengunjung. Hal ini disebabkan oleh pilihan, penggunaan dan keinginan sering berhubungan dengan variable demografis tersebut.

7 B. Konsep Fasilitas Wisata 1. Pengertian Fasilitas Pengertian fasilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:415) adalah sesuatu yang dapat membantu memudahkan pekerjaan, tugas dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan fasilitas wisata di suatu kawasan wisata adalah segala sesuatu yang dapat membantu memudahkan pengguna (wisatawan) dalam memanfaatkan atau menikmati atraksi wisata. Fasilitas dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu.fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu alat.fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun organisasi tertentu. Bukart dan Medlik (1974:133) memandang fasilitas sebagai salah satu faktor yang penting di suatu tempat wisata tetapi fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata,tetapi ketiadaan fasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata, sebagaimana dikemukakannya bahwa: "Fasilitas bukanlah faktor utama yang dapat menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaan failitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata.pada initinya fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi.disamping itu fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata.fasilitas yang penyajiannya disertai dengan keramahtamahannya yang mengenyangkan wisatawan dapat menjadi daya tarik, dimana keramahtamahan dapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi wisata.

8 Pada intinya, fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi (Marpaung,2002:69). Disamping itu, fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannya disertai dengan keramahtamahan yang menyenagkan wisatawan, dimana keramahtamahannya dapat mengangkat pemeberian jasa menjadi suatu atraksi Lawson and Baud-bovy dalam bukunya Tourism and Recreation Handbook of Planning and Design (1998:17) membagi fasilitas kedalam 2 jenis: 1.) Fasilitas dasar untuk semua tipe resort atau komplek rekreasi dimanapun berada, yang memberikan pelayanan kepada wisatawan secara umum seperti akomodasi, makanan dan minuman, hiburan, bersantai dan juga infrastruktur dasar untuk pengelolaan sebuah objek wisata. 2.) Fasilitas khusus sesuai dengan karakterisitik yang tersedia yang menunjukan karakter alamiah sebuah objek wisata. Objek wisata pantai, gunung, spa dan objek wisata dengan tema lainnya memerlukan fasilitas khusus yang berbeda. 2. Standar Fasilitas Wisata Standar dalam konteks perencanaan, berdasarkan pendapat Roger A. Lancaster dalam buku Recreation, Park and Open Space Standards and Guidelines (1982:37) adalah ukuran minimum yang dapat diterima oleh umum bagi suatu penetapan luas.dapat diterima dalam pengertian ini adalah

9 ukuran-ukuran tersebut telah diaplikasikan dan merupakan hasil dari suatu implementasi perencanaan yang telah sesuai denga tujuan dan sasaran pembangunannya. Masih menurut Roger A. Lancaster (1983:51), mengemukakan mengenai pengertian standar fasilitas adalah sebagai jumlah fasilitas rekreasi, dengan segala kelengkapannya, yang erlu disediakan bagi kebutuhan masyarakat untuk berbagai macam aktivitas rekreasi. Sastrayuda (2007) mengemukakan, standar fasilitas adalah sebagai jumlah fasilitas rekreasi dengan segala kelengkapannya, yang perlu disediakan bagi kebutuhan masyarakat untuk berbagai macam aktivitas rekreasi.beberapa persyaratan yang menjadi dasar panduan dalam pengembangan standar fasilitas wisata adalah: 1.) Standar harus realisis dan mudah untuk dicapai; menetapkan standar yang terlalu muluk dengan cara yag sulit dicapai dan teknologi yang belum bisa diterapkan di suatu daerah mengakibatkan standar tersebut hanya akan menjadi bahan yang menghiasi laporan studi namun tidak diimplementasikan. 2.) Standar harus dapat diterima dan berguna bagi pengguna maupun pengembil keputusan; standar yang baik artinya harus menjadi pegangan bersama baik perencanaan maupun oleh pelaksana, sehingga suatu standar tidaka kan menjadi benda mati yang kadang kala menjadi beban bagi pengguna.

10 3.) Standar harus didasarkan pada analisa yang sesuai berdasarkan informasi terbaik yang dapat diperoleh; sudah barang tentu ketersediaan informasi bagi analisis penentu serta penetapan suatu standar bagi fasilitas wisata yang akan dibangun merupakan salah satu syarat yang sulit dikarenakan data dan informasi yang terbaik kadang kala menjadi beban utama dalam proses perencanaan. Standar fasilitas dapat juga digunakan sebagai alat untuk mengukur efektivitas dan penciptaan pengalaman rekreasi pada beberapa atraksi wisata yang sejenis atau dapat pula digunakan untuk membangun keseimbangan antara pembangunan yang diprakarsai oleh swasta maupun pemerintah karenanya tidak ada satupun atraksi wisata yang akan memiliki standar fasilitas yang sama. Pada dasarnya suatu standar tidak dapat dipaksakan dan standar fasilitas wisata yang ditetapkan haruslah sensitif terhadap kondisi lingkungan fisik dan kebutuhan manusia. Oleh karenanya tidak ada satupun atraksi wisata akan memiliki standar fasilitas wisata yang sama (Makalam, 1994:15). Perencanaan pariwisata di mancanegara menunjukan bahwa tidak ada satupun peraturan yang dapat mengatur standar fasilitas wisata terutama untuk jenis atraksi wisata yang berbeda. Namun agar dapat digunakan secara efektif, standar fasilitas wisata yang diciptakan khusus untuk suatu kawasan harus memenuhi criteria yang disebutkan oleh Gold (1980:179) sebagai berikut:

11 a. Berorientasi kepada manusia b. Layak untuk dibangun c. Praktis d. Sesuai dengan waktu e. Memperhatikan keamanan Jenis atraksi akan membutuhkan jenis fasilitas yang berbeda. Untuk itu dalam menentukan standar fasilitas suatu objek perlu terlebih dahulu memperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1.) Tema dasar dari objek wisata; tema ini akan sangat bergantung kepada aktivitas yang akan berkembang di objek ini. 2.) Tingkat perkembangan; apakah objek wisata ini telah berkembang atau belum, berpotensi ataukah tidak. Kondisi ini akan mempengaruhi langkah penentuan arah dalam penetapan standar fasilitas yang dibutuhkan. 3.) Atraksi dan pola aktivitas, setelah ditentukan tema dasar maka akan teridentifikasi atraksi dan pola aktivitas apa saj yang dapat dikembangkan di objek wisata tersebut. 3. Konsep Pengembangan Fasilitas Wisata Suatu lokasi wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya. Menurut Maryani (1997:11) syarat-syarat tersebut adalah: 1.) Something to see, artinya ditempat tersebut harus ada objek wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain dengan daerah itu harus

12 mempunyai daya tarik khusus dan atraksi budaya yan dijadikan entertainment bagi wisatawan. 2.) Something to do, artinya ditempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan berbagai fasilitas ang dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama di tempat itu. 3.) Something to buy, artinya ditempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping) terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal. 4.) How to arrive, termasuk didalamnya fasilitas aksesbilitas, yaitu bagaimana wisatawan mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan beberapa dan berapa lama tiba ditempat wisata itu. 5.) How to stay, artinya bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara waktu selama ia berlibur di objek wisata itu. Untuk itu diperlukan fasilitas penginapan baik hotel, losmen, cottage dan sebagainya. 4. Penentuan Jenis Fasilitas Wisata Yang termasuk dalam fasilitas wisata adalah fasilitas pendukung kegiatan wisata seorang wisatawan. Baud-Bovy and Lawson (1977:2465) membagi fasilitas pendukung (ancillary facilities) ke dalam enam jenis fasilitas, yaitu: a) Akomodasi (hotel, motel, cottage, apartment) b) Makan minum (restoran, coffee shop, snack bar,) c) Sanitasi

13 d) Aksesibilitas (jalan akses, setapak, pintu masuk/gerbang utama dan tempat parkir) e) Fasilitas aktif, yaitu fasilitas yang dijadikan sebagai salah satu penunjang aktifitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung atau wisatawan. f) Lain-lain (gedung/kantor administrasi, pos keamanan, pos penjaga pantai, dan lainnya). 5. Konsep Tata Ruang Fasilitas Tujuan perencanaan dan pengendalian tata ruang pada umumnya dan tata ruang kota pada khususnya, adalah untuk menciptakan kebutuhan manusia dengan lingkungan pendukungnya. Oleh karena itu proses penyususnan program tata ruang tersebut khususnya bagi tata ruang fasilitas harus lebih mengutamakan keselarasan dan keserasian lingkungan fisik. Sebagai wadah penduduk berinteraksi dinamis untuk mencapai pemenuhan kehidupan penduduk yang sejahtera dalam lingkungan tersebut.dengan demikian suatu perencanaan lebih bersifat konkrit dan realistis, dalam artian bahwa program-program pembangunan yang terkandung di dalamnya cukup nyata atau jelas dan memungkinkan untuk dapat dilaksanakan berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki dengan mempertimbangkan berbagai faktor perencanaan baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.

14 6. Konsep Zonasi Penempatan fasilitas yang baik dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.inskeep (1991) menyebutkan bahwa zonasi dimaksudkan untuk membatasi daerah-daerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda sehingga kepentingan masing-masing penggunaan lahan tidak bertabrakan dan bisa dikendalikan serta diawasi. Penempatan fasilitas yang baik dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Rencana pembangunan kawasan wisata menganut Konsep Tripartite yaitu konsep zonasi untuk area yang masih remote atau tingkat kepadatan baik penduduk, aktivitas, maupun bangunannya sangat jarang bahkan tidak ada sama sekali. Dalam konsep zonasi ini terdapat tiga elemen yang harus dikaji atau diidentifikasi, direncanakan, dan dikembangkan dengan baik. Elemen-elemen ini adalah: 1.) Nucleus atau Core Zone Merupakan zona inti atau atraksi itu sendiri dan harus direncanakan, dikembangkan dan dikelola agar keasliannya tetap terjaga dan memberi ciri khas atau tema kawasan wisata tersebut.building Rationya antara 10%-20% dari luas keseluruhan. 2.) Inviolatate Belt atau Buffer Zone

15 Merupakan natural area yang berbentuk landscape dengan pemandangan yang indah dan tidak untuk dikomersilkan, berfungsi sebagai penyangga atau penyeimbang untuk aktivitas maupun fasilitas yang ada dikawasan tersebut dan harus dipertahankan keberadaannya. Building Rationya antara 60%-80% dari luas keseluruhan. 3.) Zone of Enclosure atau Services Zone Merupakan daerah pelayanan yang biasanya digunakan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas dan pelayanan untuk dikomersilkan. Building Rationya antara 10%-20% dari luas keseluruhan. = Nucleus/ Core Zone = Buffer Zone = Service Zone Gambar 2.2 Zonasi Lawson dan Bovy (1997)

16 C. Kerangka Pemikiran Kampung Batu Malakasari Berdiri sejak bulan Juni tahun 2010 1. Kurangnya fasilitas wisata 2. Penataan fasilitas yang masih belum optimal Tinjauan Teori Kuesioner Karakteristik Wisatawan (Kotler, 2000:263) Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata (Gold,1980:179) Tabulasi Data Likert Analisis Karakteristik Wisatawan dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata di Kampung Batu Malakasari.