ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

ANALYSIS OF THE ROLE OF THE LEADING SECTORS OF THE ECONOMY STRUCTURE BASED ON SHIFT-SHARE APPROACH IN THE PROVINCEOF NORTH SUMATRA

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

Kata Kunci : Pola struktur ekonomi, pergeseran struktur ekonomi dan alalisis shift share

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

Transkripsi:

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: hafizrukoh@gmail.com 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: zakia_rizki@yahoo.com Abstract This study aims determine the main contributor to economic growth determinant region of Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe, Langsa, and Subulussalam. This study uses data GRDP of fifth city period 2007-2013. The method of analysis using techniques shift share analysis. The results of study found values PS, P and D vary in certain sectors. Furthermore, the city of Banda Aceh, Sabang, Langsa not shifting its main contributors in the tertiary sector. The conditions in accordance with the theory of the structure of the modern economy. While Lhokseumawe City has shifted its main contributors, from the secondary sector to the tertiary. Likewise with Subulussalam from the primary sector to the tertiary sector. The conditions in accordance with the theory of economic structure peralihaan from traditional to modern. Keywords: The Main Contributor, Economic Growth, Shift Share. Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui kontributor utama penentu pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe, Langsa, dan Subulussalam. Penelitian ini menggunakan data PDRB kelima kota periode 2007-2013. Metode analisis menggunakan teknik analisis shift share. Hasil penelitian menemukan nilai PS, P dan D bervariasi pada sektor-sektor tertentu. Selanjutnya Kota Banda Aceh, Sabang, Langsa tidak mengalami pergeseran kontributor utamanya yaitu sektor tersier. Kondisi tersebut sesuai dengan teori struktur perekonomian modern. Sedangkan Kota Lhokseumawe mengalami pergeseran kontributor utamanya, dari sektor sekunder ke tersier. Begitu juga dengan Kota Subulussalam dari sektor primer ke tersier. Kondisi tersebut sesuai dengan teori struktur ekonomi peralihaan dari tradisional ke modern. Kata kunci: Kontributor Utama, Pertumbuhan Ekonomi, Shift Share. PENDAHULUAN Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian negara perlu dikembangkan secara terencana dan terpadu. Pembangunan yang dilakukan sudah pasti menuju pada suatu perubahan yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Salah satu indikator kinerja pembangunan ekonomi tersebut adalah dengan menggunakan tingkat pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah perkotaan berkaitan erat dengan kualitas perencanaan daerah perkotaan tersebut dalam memaksimalkan sektor-sektor pertumbuhan ekonomi yang dimiliki serta dilaksanakan berdasarkan identifikasi karakteristik suatu daerah perkotaan, yang meliputi berbagai permasalahan dan potensi yang dimiliki daerah perkotaan. Di 96

Provinsi Aceh, terdapat sembilan sektor yang menjadi penyumbang dalam laju pertumbuhan PDRB. Sektor-sektor tersebut yaitu; pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan, listrik, gas, dan air minum; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi. Sumber: BPS Aceh, 2016. Gambar 1 PDRB ADHK 2000 Wilayah Perkotaan di Provinsi Aceh Tahun 2007-2013 (dalam jutaan Rupiah) Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa dari ke lima wilayah perkotaan yang ada di Provinsi Aceh, Lhokseumawe menjadi Kota dengan nilai PDRB paling tinggi, sementara Sabang menjadi Kota dengan nilai PDRB paling rendah diantara wilayah perkotaan yang ada di Aceh. Kemudian ditinjau dari segi pertumbuhan ekonominya dari tahun 2007-2013, empat Kota yaitu Banda Aceh, Langsa, Sabang serta Subulussalam pertumbuhan ekonominya dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup stabil, di mana Banda Aceh menjadi Kota dengan pertumbuhan ekonomi paling besar dibandingkan dengan Kota-kota lainnya. Sementara itu, Lhokseumawe yang merupakan Kota dengan nilai PDRB paling tinggi dibandingkan dengan empat Kota lainnya, tingkat perekonomiannya dengan stabil malah mengalami penurunan dari tahun ke tahun antara 2007-2013. Kemudian kita dengan jelas dapat melihat perbedaan yang signifikan antara PDRB dari tiap-tiap Kota, terutama Kota Banda Aceh dan Lhokseumawe yang memiliki nilai PDRB yang tinggi jika dibandingkan dengan Kota Langsa, Sabang serta Subulussalam. Berdasarkan data tersebut maka akan timbul pertanyaan yaitu; apa sektor-sektor ekonomi unggulan yang dimiliki oleh masing-masing wilayah perkotaan tersebut serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan perekonomian masing-masing kota. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah Perkotaan Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Menurut UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah, kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Sedangkan menurut peraturan Mendagri RI No.2/1987, kota adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Sektor Unggulan 97

Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perkonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulankeunggulan/kriteria. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (Sukirno, 2006). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk domestik regional bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah pendapatan regional (Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto juga bisa diartikan dalam jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Sektor ekonomi dalam PDRB terdiri dari sembilan sektor. Sembilan sektor tersebur dikelompokkan dalam sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan bangunan), dan sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, bank dan jasa) (BPS, 2005). Teori Pembangunaan Daerah Sukirno (2006) menjelaskan bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. METODE PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat sektor-sektor ekonomi yang menjadi kontributor utama pertumbuhan perekonomian dari masing-masing wilayah perkotaan yang ada di Aceh, yaitu Kota Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe, Langsa dan Subulussalam. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah time series berupa Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan dari tahun 2007-2013. Data diambil mulai dari tahun 2007 karena disesuaikan dengan tahun pemekaran kota Subulussalam. Sumber data dari dokumentasi Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis shift share. Menurut Sugiono (2011:150) analisis shift share dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di daerah kabupaten dengan daerah provinsi atau daerah provinsi dengan wilayah nasional. Dengan menggunakan analisis shift share dapat diketahui perubahan struktur ekonomi selama periode pengamatan tertentu. Rumus analisis shift share dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut (Sugiono, 2011:158): 1) Provincial share (PS) 2) Proportional Shift (P) 98

3) Differential Shift (D) Dimana Y : Nilai tambah bruto. to : Tahun awal (2007). t : Tahun akhir (2013). i : Sektor i dalam PDRB. Aceh : Sebagai wilayah Acuan / Panduan. Kota : Sebagai wilayah peninjauan. Definisi Operasional Variabel 1) PDRB adalah PDRB wilayah perkotaan di Provinsi Aceh yang diambil selama tujuh tahun dari tahun 2007 sampai tahun 2013 dalam miliar rupiah. 2) Sektor Ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada perhitungan PDRB, yang mencakup sembilan sektor utama tersebut yaitu; pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air minum; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta Jasa-jasa. HASIL PEMBAHASAN Analisis Shift Share Kota Banda Aceh Hasil perhitungan shift share PDRB Kota Banda Aceh Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2007-2013 dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil Perhitungan PDRB Shift Share Kota Banda Aceh ADHK 2000 (dalam Miliar Rupiah) No Lapangan usaha PS P D ΔY 1. Pertanian 5,87 20,37 (7,60) 18,64 2. Pertambangan dan penggalian 0 0 0 0 3. Industri pengolahan 3,05 (15,40) 38,04 25,70 4. Listrik, gas dan air minum 0,44 5,80 6,51 12,76 5. Bangunan dan kontruksi 8,84 43,51 19,21 71,57 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 30,61 203,22 114,31 348,15 7. Pengangkutan dan komunikasi 23,10 114,11 28,70 165,92 8. Keuangan, persewaan dan jasa 3,93 26,99 (13,08) 17,84 perusahaan 9. Jasa-jasa 54,74 225,73 395,91 676,38 Jumlah 130,59 624,34 582,01 1.336,94 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Shift Share, 2016. 99

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa nilai Provincial Share (PS) Kota Banda Aceh semua sektor bertanda positif. Hasil ini menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013, pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh telah memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan perekonomian Kota Banda Aceh. Tiga Sektor yang paling dominan yang mengalami perkembangan adalah sektor jasa-jasa; perdagangan, hotel, dan restoran; dan pengangkutan dan komunikasi. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa nilai Proportional Shift (P) untuk semua sektor yang ada bertanda positif, kecuali sektor industri pengolahan. Hasil ini menunjukan bahwa selama tahun 2007-2013, semua sektor perekonomian kecuali sektor industri pengolahan di Kota Banda Aceh berspesialisasi atau berfokus pada sektor yang sama dan tumbuh cepat dalam perekonomian Provinsi Aceh. Sedangkan sektor yang bertanda negatif adalah sektor industi pengolahan. Hasil negatif tersebut menunjukan bahwa, sektor industri pengolahan juga berspesialisasi pada sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Aceh, namun tumbuh dengan lambat. Berdasarkan Tabel 1, terlihat nilai different shift (D) untuk semua sektor bertanda positif, kecuali sektor pertanian; dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor-sektor yang bertanda positif menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013, perekonomian sektor tersebut yang ada di Kota Banda Aceh tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Sedangkan sektor yang bertanda negatif menunjukan bahwa, selama periode tahun 2007-2013 perekonomian sektor tersebut yang ada di Kota Banda Aceh tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Sektor yang negatif tersebut adalah sektor pertanian; dan sektor keuangan, persewaan dan, jasa perusahaan. Namun begitu sektor tersebut juga member kontribusi terhadap PDRB Kota Banda Aceh, akan tetapi kontribusinya berlum berfokus pada sektor yang lain. Analisis Shift Share Kota Sabang Hasil perhitungan shift share PDRB Kota Sabang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2007-2013 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Perhitungan PDRB Shift Share Kota Sabang ADHK 2000 (dalam Miliar Rupiah) No Lapangan usaha PS P D ΔY 1. Pertanian 1,62 5,61 (4,97) 2,26 2. Pertambangan dan penggalian 0,14 (1,71) 1,94 0,37 3. Industri pengolahan 0,61 (3,08) 3,66 1,19 4. Listrik, gas dan air minum 0,07 0,98 (0,59) 0,47 5. Bangunan dan kontruksi 1,66 8,17 13,09 22,92 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 1,95 12,92 3,57 18,44 7. Pengangkutan dan komunikasi 0,54 2,66 (0,34) 2,86 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,26 1,81 (0,58) 1,49 9. Jasa-jasa 1,28 5,27 78,91 85,46 Jumlah 8,12 32,64 94,70 135,46 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Shift Share, 2016. 100

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa nilai Provincial Share (PS) Kota Sabang semua sektor bertanda positif. Hasil ini menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013, pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh telah memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan perekonomian Kota Sabang. Tiga Sektor yang paling dominan yang mengalami perkembangan adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran; bangunan dan kontruksi; dan pertanian. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa nilai Proportional Shift (P) untuk semua sektor yang ada bertanda positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan. Hasil ini menunjukan bahwa selama tahun 2007-2013, semua sektor perekonomian kecuali sektor pertambangan dan penggalian dan industri pengolahan di Kota Sabang berspesialisasi atau berfokus pada sektor yang sama dan tumbuh cepat dalam perekonomian Provinsi Aceh. Sedangkan sektor yang bertanda negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian; dan industi pengolahan. Hasil negatif tersebut menunjukan bahwa, kedua sektor tersebut juga berspesialisasi pada sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Aceh, namun tumbuh dengan lambat. Berdasarkan Tabel 2, terlihat nilai different shift (D) untuk masing-masing sektor bertanda positif dan negatif. Sektor yang bertanda positif yaitu sektor pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; bangunan dan kontruksi; perdagangan, hotel dan restoran; dan jasa-jasa. Sektor yang bertanda positif menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013 perekonomian sektor tersebut yang ada di Kota Sabang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Sedangkan sektor yang bertanda negatif yaitu sektor pertanian; listrik, gas dan air minum; pengangkutan dan komunikasi; dan keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor yang bertanda negatif menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013 perekonomian sektor tersebut yang ada di Kota Sabang tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Akan tetapi sektor tersebut juga memberi kontribusi terhadap PDRB Kota Sabang. Analisis Shift Share Kota Lhokseumawe Hasil perhitungan shift share PDRB Kota Lhokseumawe Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2007-2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Perhitungan PDRB Shift Share Kota Lhokseumawe ADHK 2000 (dalam Miliar Rupiah) No Lapangan usaha PS P D ΔY 1. Pertanian 14,92 51,79 (33,01) 33,71 2. Pertambangan dan penggalian 0,45 (5,66) 7,45 2,24 3. Industri pengolahan 177,37 (894,16) (840,95) (1.557,74) 4. Listrik, gas dan air minum 0,15 1,96 (0,90) 1,21 5. Bangunan dan kontruksi 8,32 40,96 (5,79) 43,49 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 51,32 340,71 (2,86) 389,17 7. Pengangkutan dan komunikasi 10,65 52,59 (12,50) 50,73 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2,43 16,70 (3,99) 15,14 9. Jasa-jasa 12,00 49,49 (18,25) 43,23 Jumlah 277,61 (345,61) (910,82) (978,83) Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Shift Share, 2016. 101

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa nilai Provincial Share (PS) Kota Lhokseumawe semua sektor bertanda positif. Hasil ini menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013, pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh telah memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap kegiatan perekonomian Kota Lhokseumawe. Ada tiga sektor yang paling dominan yang mengalami perkembangan akibat pengaruhnya dari sektor yang sama dari Provinsi Aceh, yaitu sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran; dan pertanian. Sedangkan sektor yang menerima dampak positif paling minimal yaitu sektor listrik, gas, dan air minum; sektor pertambangan dan sektor penggalian; dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa nilai proportional shift (P) untuk semua sektor yang ada bertanda positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan. Hasil ini menunjukan bahwa selama 2007-2013, semua sektor perekonomian kecuali sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan yang ada di Kota Lhokseumawe berspesialisasi atau berfokus pada sektor yang sama dan tumbuh cepat dalam perekonomian Provinsi Aceh. Sektor yang bertanda positif dengan kata lain berkonsentrasi pada sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Sedangkan sektor yang bertanda negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan. Hasil negatif menunjukan bahwa, kedua sektor yang ada di Kota Lhoseumawe tahun 2007-2013 berspesialisasi pada sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Aceh, namun tumbuh lebih lambat. Berdasarkan Tabel 3, terlihat semua nilai different shift (D) di semua sektor bertanda negatif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Sektor yang bertanda negatif menunjukan bahwa, selama 2007-2013 perekonomian di sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Sedangkan sektor yang bertanda positif yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Sektor yang bertanda positif menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013 perekonomian sektor tersebut yang ada di Kota Lhokseumawe tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Analisis Shift Share Kota Langsa Hasil perhitungan shift share PDRB Kota Langsa Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2007-2013 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Perhitungan PDRB Shift Share Kota Langsa ADHK 2000 (dalam Miliar Rupiah) No Lapangan usaha PS P D ΔY 1. Pertanian 5,89 20,46 (7,54) 18,82 2. Pertambangan dan penggalian 0,18 (2,31) 1,17 (0,96) 3. Industri pengolahan 9,33 (47,03) 65,35 27,65 4. Listrik, gas dan air minum 0,20 2,64 (1,10) 1,74 5. Bangunan dan kontruksi 4,04 19,90 (5,49) 18,46 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 12,14 80,60 23,67 116,41 7. Pengangkutan dan komunikasi 3,36 16,60 (1,45) 18,51 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,41 9,70 3,03 14,14 9. Jasa-jasa 6,99 28,82 (4,57) 31,24 Jumlah 43,55 129,38 73,06 245,99 102

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Shift Share, 2016. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa nilai Provincial Share (PS) Kota Langsa semua sektor bertanda positif. Hasil ini menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013, pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh telah memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan perekonomian Kota Langsa. Tiga Sektor yang paling dominan yang mengalami perkembangan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran; industri pengolahan; dan jasa-jasa. Sedangkan tiga sektor yang mengalami dampak positif paling minimal yaitu sektor listrik, gas dan air minum; pertambangan dan penggalian; dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Berdasarkan Tabel 4, terlihat nilai proportional shift (P) untuk semua sektor bertanda positif, kecuali pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan. Hasil ini menunjukan selama 2007-2013, semua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan di Kota Langsa berfokus pada sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Aceh. Sedangkan sektor negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan. Hasil negatif tersebut berarti sektor tersebut juga berspesialisasi pada sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Aceh, namun tumbuh lebih lambat. Berdasarkan Tabel 2, terlihat nilai different shift (D) di berbagai sektor bertanda positif dan negatif. Nilai positif ada pada sektor pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran; dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor positif menunjukan selama 2007-2013 perekonomian di sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Sedangkan sektor negatif ada pada sektor pertanian; listrik, gas dan air minum; bangungan dan kontruksi; pengangkutan dan komunikasi; dan jasa-jasa. Sektor yang bertanda negatif tersebut menunjukan bahwa, selama periode tahun 2007-2013 perekonomian sektor tersebut yang ada di Kota Langsa tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Namun sektor tersebut juga memberi kontribusi terhadap perekonomian Kota Langsa, oleh karena itu, sektor tersebut juga tidak dapat dikesampingkan. Analisis Shift Share Kota Subulussalam Hasil perhitungan shift share PDRB Kota Subulussalam Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2007-2013 dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan PDRB Shift Share Kota Subulussalam ADHK 2000 (dalam Miliar Rupiah) No Lapangan usaha PS P D ΔY 1. Pertanian 6,37 22,10 (17,33) 11,14 2. Pertambangan dan penggalian 0,14 (1,77) 2,59 0,96 3. Industri pengolahan 0,14 (0,72) 1,74 1,16 4. Listrik, gas dan air minum 0,03 0,43 (0,06) 0,40 5. Bangunan dan kontruksi 1,78 8,75 1,68 12,20 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 3,08 20,47 19,05 42,61 7. Pengangkutan dan komunikasi 0,61 3,00 4,69 8,30 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,12 0,80 0,64 1,56 9. Jasa-jasa 0,49 2,03 2,20 4,73 Jumlah 12,76 55,09 15,21 83,06 103

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Shift Share, 2016. Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa nilai provincial share (PS) Kota Subulussalam semua sektor bertanda positif. Hasil ini menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013, pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh telah memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan perekonomian Kota Subulussalam. Tiga Sektor yang paling dominan yang mengalami perkembangan adalah sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; dan bangunan dan kontruksi. Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa nilai proportional shift (P) untuk semua sektor yang ada bertanda positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan. Hasil ini menunjukan bahwa selama tahun 2007-2013, semua sektor perekonomian kecuali sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan di Kota Subulussalam berspesialisasi atau berfokus pada sektor yang sama dan tumbuh cepat dalam perekonomian Provinsi Aceh. Sedangkan sektor yang bertanda negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian; dan industri pengolahan. Hasil negatif tersebut menunjukan bahwa, kedua sektor tersebut juga berspesialisasi pada sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Aceh, namun tumbuh dengan lambat. Akibat tidak adanya konsentrasi tersebut, maka sektor tersebut tidak sanggup menyumbangkan kontribusi positif terhadap pertumbuhan perekonomian. Berdasarkan Tabel 5, terlihat semua sektor bertanda positif kecuali sektor pertanian dan; listrik, gas dan air minum. Nilai yang bertanda positif menunjukkan bahwa, selama tahun 2007-2013 perekonomian di sektor tersebut yang ada di Kota Subulussalam tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. Sedangkan nilai yang bertanda negatif ada pada sektor pertanian; listrik, gas dan air minum. Nilai yang bertanda negatif menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2013, perekonomian sektor tersebut yang ada di Kota Subulussalam tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Aceh. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan adalah untuk Kota Banda Aceh kontributor utama penentu pertumbuhan ekonomi tidak bergeser, yaitu masih pada sektor tersier. Kondisi ini sesuai dengan teori struktur ekonomi wilayah modern, yang menyatakan bahwa kontributor utamanya masih berada pada sektor tersier. Sehingga pemerintah harus berfokus pada sektor tersebut. Untuk Kota Sabang, kontributor utama penentu pertumbuhan ekonomi tidak bergeser, yaitu masih pada sektor tersier. Kondisi ini sesuai dengan teori struktur ekonomi wilayah modern, yang menyatakan bahwa kontributor utamanya masih berada pada sektor tersier, sehingga pemerintah harus berfokus pada sektor tersebut. Atau lebih dominan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Untuk Kota Lhokseumawe, kontributor utama penentu pertumbuhan ekonomi telah bergeser, yaitu dari sektor sekunder ke sektor tersier. Kondisi ini sesuai dengan teori struktur ekonomi wilayah modern, yang menyatakan bahwa kontributor utamanya sedang beralih dari sistem tradisional ke modern. Sehingga pemerintah harus berfokus pada sektor tersebut. Namun sebelumnya masih dominan di sektor pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian. Untuk Kota Langsa, kontributor utama penentu pertumbuhan ekonomi tidak bergeser, yaitu masih pada sektor tersier. Kondisi ini sesuai dengan teori struktur ekonomi wilayah modern, yang menyatakan bahwa kontributor utamanya masih berada pada sektor tersier. Sehingga pemerintah harus berfokus pada sektor tersebut. Untuk Kota Subulussalam, kontributor utama 104

penentu pertumbuhan ekonomi telah bergeser, yaitu masih pada sektor primer ke sektor tersier. Kondisi ini sesuai dengan teori struktur ekonomi wilayah modern, yang menyatakan bahwa kontributor utamanya sedang beralih dari sistem tradisional ke modern. Sehingga pemerintah harus berfokus pada sektor tersebut. Namun Kota Subulussalam lebih dominan pada sektor pertanian, yakni kelapa sawit. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran: 1) Bagi pemerintah Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kota Lhokseumawe, Kota Langsa dan Kota Subulussalam agar dalam upaya meningkatkan PDRB lebih mengutamakan pengembangan sektor unggulan. Namun demikian, tidak juga mengabaikan sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. 2) Sektor-sektor unggulan yang ada di Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kota Lhokseumawe, Kota Langsa dan Kota Subulussalam agar mendapat diprioritaskan, sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat dan mampu menciptakan lapangan kerja baru. 3) Penelitian ini hanya terbatas pada penentuan sektor unggulan menggunakan analisis shift share, untuk penelitian selanjutnya agar menambah alat analisis lainnya guna mendapatkan hasil yang lebih optimal. 4) Untuk sektor yang belum mempunyai keunggulan di masing-masing kota, agar pemerintah kota setempat dapat mengupayakan perkembangannya. Sehingga sektor yang belum unggul tersebut juga dapat bersaing dengan sektor lainnya, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja tambahan dan akan mensejahterakan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Aceh. (2016). Diambil kembali dari http://aceh.bps.go.id. Indonesia, R. (1987). Peraturan Mentereri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota. Indonesia, Republik. (1999). Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sadono, S. (2006). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 105