BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Saiful Hamzah, 2013

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Liestia Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang lainnya. Selain itu, pembelajar juga harus aktif dalam

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang dimiliki.

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan. Dimensi kedua, drama sebagai genre sastra. Namun pada umumnya drama hanya difokuskan sebagai salah satu karya yang lebih berorientasi pada seni pertunjukan, dibandingkan sebagai genre sastra. Drama sebagai seni pertunjukan lebih dominan dibandingkan genre sastranya. Di antaranya pengertian ini dikemukakan Moulton (Hasanuddin, 1996: 2) bahwa drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung dalam sebuah pementasan drama. Saini KM (1996: 9) mengungkapkan pula bahwa sebuah pementasan adalah suatu upaya komunikasi. Artinya, penulis mengolah realitas sehari-hari sebagai medium dalam rangka menyampaikan pesan yang berupa nilai. Sebagai genre sastra, drama merupakan karya yang ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Penulis drama dapat mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh irama dan kaya akan bunyi yang indah, namun sekaligus menggambarkan watak-watak manusia secara tajam, serta menampilkan peristiwa yang penuh kesuspenan (Hasanuddin, 1996: 5). Sebagai karya yang memiliki dua dimensi yang saling berkaitan, maka drama pun merupakan bagian dari ekspresi tulisan dan ekspresi lisan. Ketika 1

2 sebuah drama dipentaskan maka naskah drama menjadi salah satu unsur yang berdampingan dengan unsur gerak, suara, bunyi/musik, dan rupa. Bahkan sumber ekspresi drama tidak terbatas pada naskah drama, melainkan dapat juga dari genre sastra lainnya (puisi dan prosa fiksi) dan teks lainnya (Sumiyadi, 1997: 144). Pentingnya pemahaman menyeluruh terhadap drama sebagai karya yang memiliki dua dimensi dapat bermanfaat ketika seseorang belajar menulis naskah drama. Ketika menulis, calon penulis naskah drama akan memiliki kesadaran bahwa imajinasi pemanggungan mesti terbentuk ketika proses penulisan drama berlangsung. Proses penulisan drama merupakan kegiatan yang memerlukan keterampilan tersendiri di samping ketekunan. Tidak semua orang apalagi subjek didik yang baru belajar menulis naskah drama akan langsung menyukai bahkan menguasai teknik menulis naskah drama. Memang, kita patut menyadari bahwa pengajaran drama tidak semata-mata untuk mendidik atau mencetak subjek didik menjadi dramawan atau pun aktor drama, bahkan penulis naskah drama, melainkan lebih ke arah pengalaman berapresiasi drama. Bekal apresiasi inilah yang kemudian membawa subjek didik untuk memupuk minat, menghargai, dan selanjutnya memiliki selera positif terhadap drama (Basuki, dari Endraswara, 2005: 187-188). Harapan tersebut sayangnya seringkali kurang mendapat fokus di sekolah. Masih ada sekolah, terutama jika pengajarnya kurang mampu berapresiasi drama, pembelajaran drama akan ditinggalkan begitu saja dengan alasan keterbatasan jam pelajaran, ada juga pengajar yang memperlakukan pembelajaran drama hanya

3 sebatas membaca naskah drama selayaknya membaca prosa. Adakalanya, pengajar sastra di sekolah sering berat sebelah, artinya lebih menitikberatkan salah satu genre sastra, puisi atau prosa (Endraswara, 2005: 188). Padahal, mungkin saja subjek didik ingin bermain drama secara langsung, terlibat dalam prosesnya serta mendapatkan apresiasi dari penonton. Arifin C. Noer (Endraswara, 2005: 188) pernah mempermasalahkan pengajaran drama di sekolah yang masih terkesan diomprengkan melalui pengajaran sastra lain, bahkan melalui pengajaran bahasa. Wajar kalau pengajaran drama di sekolah belum atau kurang mendapat tempat yang pantas. Lebih sulit lagi ketika posisi pengajaran drama belum mendapat tempat yang pantas, perhatian pengajar terhadap keterampilan menulis naskah drama pun tidak memberikan porsi yang wajar apalagi lebih dengan alasan sulit mengajarkannya. Menulis, apalagi menulis naskah drama merupakan kegiatan yang memerlukan proses pelatihan dan komitmen dari pengajar dan subjek didik. Pengajaran menulis naskah drama tidak melulu berangkat dari pengertian drama, kaidah-kaidahnya, dsb. Pengajaran menulis naskah drama membutuhkan kreativitas lebih dari seorang pengajar. Pengajaran menulis drama juga erat kaitannya dengan daya imajinasi pemanggungan. Bila biasanya pengajaran drama berangkat dari teori, kaidah tentang drama, atau pengajar memberikan contoh naskah drama, maka dalam penelitian ini akan memberikan pengajaran drama dari awal yang berbeda. Berangkat dari sesuatu yang tidak biasa dilakukan. Bersumber dari pemahaman bahwa ketika seorang subjek didik melakukan kegiatan drama secara spontan, tanpa dipikir atau

4 direncanakan terlebih dahulu. Oleh karena itu secara tidak sadar dapat memberi kesan mendalam bagi subjek didik yang melaksanakannya. Kesan mendalam inilah yang kemudian melekat dan memudahkan daya imajinasi subjek didik ketika menulis naskah drama (Padmodarmaya, 1990: 11). Penelitian penggunaan teknik drama kreatif memang belum banyak dilakukan, apalagi sebagai teknik dalam pembelajaran menulis naskah drama. Berdasarkan penelitian awal, penggunaan teknik drama kreatif dalam meningkatkan kemampuan menulis naskah drama belum pernah dilakukan di sekolah yang menjadi tempat penelitian, yaitu SMA Negeri 13 Bandung. Selama ini, pembelajaran menulis naskah drama hanya dilakukan dengan memberikan teori terlebih dahulu, memberikan contoh naskah drama yang sudah ada, baru kemudian siswa menulis naskah drama berdasarkan teori-teori yang mereka dapatkan. Penelitian penggunaan teknik drama kreatif dilakukan peneliti karena terinspirasi oleh Padmodarmaya (1990) dalam bukunya berjudul Pendidikan Seni Teater buku ini lebih membicarakan pada hal-hal teknis bagi pengajar dalam mengajarkan drama. Diantaranya buku ini membicarakan drama kreatif yang istilah lainnya improvisasi drama untuk pengajaran drama bagi siswa sekolah dasar. Hal yang menarik dari teknik ini adalah adanya keterlibatan semua peserta didik dalam pembelajaran drama. Mereka belajar menjadi pemain, pembahas, peserta diskusi, atau sebagai pengamat. Kategori keempat ini biasanya untuk peserta didik yang pemalu dan belum berani tampil di depan kelas. Pengajar tetap melibatkan mereka sebagai penonton yang baik.

5 Drama kreatif lebih ditujukan untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan pengalaman para pemainnya daripada untuk penontonnya. Siswa merancang terlebih dahulu jalan ceritanya, akan tetapi gerak laku serta percakapannya dilakukan secara spontan. Rachman (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Cerpen sebagai Sumber Belajar pada Siswa kelas VIII SMP Negeri I Binangun Kabupaten Blitar, meneliti bagaimana media cerpen dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP pada tahap pramenulis, tahap menulis, dan tahap pasca menulis. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian disusun dalam satuan siklus yang meliputi perencanaan (penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Masie (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Pembelajaran Menulis Naskah Drama Melalui Strategi Konversi Cerpen pada siswa kelas V di SDN 76 Kota Tengah Kota Gorontalo, mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis naskah drama berdasarkan konversi cerpen tahap pramenulis, menulis, pasca menulis pada siswa kelas V SDN 76 Kota Tengah Kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan PTK. Sriyanto, S. (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran Apresiasi Drama di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sukoharjo) meneliti dengan tujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru dan

6 siswa terhadap pembelajaran apresiasi drama; isi (materi) pembelajaran apresiasi drama berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi; implementasi pembelajaran apresiasi drama; dan pengaruhnya terhadap keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengujicobakan teknik drama kreatif dalam pembelajaran menulis naskah drama di SMA Negeri 13 Bandung, dengan judul Penggunaan Teknik Drama Kreatif dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama (Penelitian Kuasieksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 13 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008). 1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah Penelitian Identifikasi dan batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Adanya dominasi pengertian drama sebagai seni peran atau seni pertunjukan saja. Sementara itu drama merupakan karya dua dimensi yang tidak dapat dipisahkan, antara drama sebagai seni pertunjukan dan drama sebagai genre sastra (seni tulisan). 2. Keterampilan menulis naskah drama perlu pelatihan dan pengembangan dengan teknik yang kreatif dan interaktif. 3. Kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung dalam menulis naskah drama menggunakan teknik drama kreatif belum pernah diteliti.

7 1.2.2 Batasan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini hanya membahas mengenai masalah yang berkaitan dengan penggunaan teknik drama kreatif dalam pembelajaran menulis naskah drama, sebelum dan sesudah diberi pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teknik drama kreatif, dan bisa tidaknya teknik drama kreatif diterapkan di SMA kelas XI. 1.3 Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah tingkat kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung sebelum mendapatkan pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teknik drama kreatif? 2. Bagaimanakah tingkat kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung setelah mendapatkan pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teknik drama kreatif? 3. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung dalam menulis naskah drama antara sebelum dan sesudah mendapatkan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan teknik drama kreatif? 4. Bagaimanakah tingkat efektivitas teknik drama kreatif dalam pembelajaran menulis naskah drama menurut siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung?

8 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1.4.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui : 1. kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung dalam menulis naskah drama sebelum diberi pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teknik drama kreatif; 2. kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung dalam menulis naskah drama setelah diberi pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teknik drama kreatif; 3. peningkatan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung dalam menulis naskah drama setelah mendapatkan pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teknik drama kreatif; 4. teknik drama kreatif dapat diterima siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandung sebagai suatu teknik yang efektif dalam pembelajaran menulis naskah drama. 1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat Teoretis Penelitian bermanfaat untuk menjadi salah satu bahan referensi model pembelajaran menulis naskah drama.

9 1.4.2.2 Manfaat Praktis 1.4.2.2.1 Manfaat Bagi Penulis Melalui penelitian ini, penulis ingin menambah wawasan tentang teknik drama kreatif dan mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam menerapkannya dalam proses pembelajaran dengan siswa. 1.4.2.2.2 Manfaat Bagi Guru Paradigma yang ada saat ini pembelajaran sastra dibebankan kepada guru. Guru dituntut untuk mampu mengembangkan tujuan pembelajaran sastra. Sedangkan pembelajaran sastra terutama menulis naskah drama masih jauh dari kategori mudah. Oleh karena itu penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi guru untuk menambah kreativitas dalam pembelajaran menulis naskah drama. 1.4.2.2.3 Manfaat Bagi Siswa Melalui penelitian ini, diharapkan siswa dapat menggunakan teknik drama kreatif dalam pembelajaran menulis naskah drama. Siswa pun dapat menerapkannya dalam upaya mengembangkan kreativitas di bidang pementasan drama. Karena biasanya siswa dapat mengembangkan diri bila ia diberi rangsangan yang menarik bagi mereka dan tidak ada penekanan yang menghambat kreativitasnya. 1.5 Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa.

10 2. Teknik drama kreatif dalam menulis naskah drama perlu dimunculkan. 3. Menulis naskah drama merupakan salah satu aspek pengajaran drama dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada Kurikulum Tinggkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA untuk kelas XI dengan Standar Kompetensi menulis; menulis naskah drama dan Kompetensi Dasar mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama. 1.6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam menulis naskah drama sebelum dan sesudah penggunaan teknik drama kreatif dalam pembelajaran menulis naskah drama di kelas XI SMA Negeri 13 Bandung. 1.7 Definisi Operasional 1.7.1 Teknik Drama kreatif Teknik drama kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah teknik pembelajaran drama secara kreatif dan terlahir dengan improvisasi yang muncul dari kemampuan siswa dalam berimajinasi terhadap suatu hal, tema, atau cerita.

11 1.7.2 Pembelajaran Menulis Naskah drama Menulis naskah drama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu keterampilan berbahasa dalam hal menulis naskah drama yang siap untuk dipentaskan. Penulisan naskah ini dilakukan setelah siswa melaksanakan proses pementasan drama secara kreatif. 1.8 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2006: 66). Paradigma penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut.

12 Bagan 1.1 Paradigma Penelitian Penggunaan Teknik Drama kreatif Dalam pembelajaran Menulis Naskah Drama Hasil Menulis Naskah Drama Sebelum TDK Teori Drama Kreatif P E N E R A P A N TDK Pengenalan Konsep Peneliti Sebagai Fasilitator T E O R I Aplikasi Data Kelas Eksperimen Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Eksperimen (Sugiyono, 2006) Keterangan: TDK= Teknik Drama Kreatif