FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. 23 April Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas pada bab. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan penambangan kapur

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO. Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN BATU PT.SINAR KARYA CAHAYA TAHUN 2013 DI DESA BOTUBULOWE KECAMATAN DUNGALIYO

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

Kata kunci : Lama bekerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Kebiasaan merokok, Kapasitas Vital Paru (KVP).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

Menghitung kapasitas udara paru-paru pada manusia dengan teliti. Mnyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas udara paru-paru manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang

BAB I PENDAHULUAN. sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PAPARAN POLUSI UDARA DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP FUNGSI PARU PADA SOPIR BUS DI TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

HUBUNGAN MASA KERJA DAN PENGGUNAAN APD DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PENYAPU JALAN DI RUAS JALAN TINGGI PENCEMARAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI GAMBARAB ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PAKASA PARU PEKERJA BAGIAN PRODUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas


* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Arsih, Ratna Dian Kurniawati, Inggrid Dirgahayu ABSTRAK

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal

JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 11, Issue 1: (2013) ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. udara termasuk oksigen. Secara alamiah paru-paru orang yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN FAAL PARU PADA PENJUAL UNGGAS DI PASAR BURUNG KUPANG SURABAYA

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM (Studi Pada Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya dan Peternakan Ayam Risky Layer Kabupaten Bone Bolango) Putri Rahayu H. Umar Nim. 811409003 ABSTRAK Putri Rahayu H. Umar. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Paru Peternak Ayam (Studi Pada Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya dan Peternakan Ayam Risky Layer Kabupaten Bone Bolango). Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II Ekawaty Prasetya, S.Si, M.Kes. Usaha peternakan ayam memberikan kontribusi terhadap pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara yang berasal dari kotoran hewan, pembuatan pakan ternak, penyemprotan kandang. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi kapasitas paru peternak ayam CV. Malu o Jaya dan Risky Layer yang terdiri (jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, lama paparan, masa kerja, penggunaan masker, dan IMT). Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional, jumlah sampel 38 orang dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, pengukuran kapasitas paru, berat badan, tinggi badan. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dan independen yaitu masa kerja (p=0,006), IMT (p=0,040), dan menunjukkan tidak ada hubungan yaitu jenis kelamin (p=0,003), umur (p=0,084), kebiasaan merokok (p=1), kebiasaan olahraga (p=1), lama paparan (p=0,650), penggunaan masker (p=1). Dari uji statistik chi-square dengan nilai p < 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, lama paparan, penggunaan masker dengan kapasitas paru, serta ada hubungan masa kerja dan IMT dengan kapasitas paru. Saran yang direkomendasikan meningkatkan status gizi pekerja serta melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala. Kata Kunci : Kapasitas Paru, Pekerja Peternakan Ayam

1. PENDAHULUAN Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di perkotaan dan pedesaan (Yulaekah, 2007:1). Usaha peternakan ayam sering dijadikan sebagai sumber penyebab utama yang ikut mencemari lingkungan. Oleh karena itu, agar peternakan ayam tersebut menjadi suatu usaha yang berwawasan lingkungan dan efisien, maka tatalaksana pemeliharaan, perkandangan, dan penanganan limbahnya harus selalu diperhatikan. Menurut Departemen Pertanian tahun 1994 usaha peternakan dengan populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan (Prasetyanto, 2011: 3). Nilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai volume paru, dalam siklus paru, kombinasi tersebut disebut Kapasitas Paru. Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O 2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO 2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 1996). Sistem pernapasan tersusun atas saluran pernapasan dan paruparu sebagai tempat pertukaran udara pernapasan. Pernapasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan dalam mengubah sumber energi menjadi energi, serta membuang CO 2 sebagai sisa metabolisme. Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernapasan yang berfungsi untuk menukar oksigen dalam sistem karbondioksida dari darah dengan bantuan haemoglobin. proses ini dikenal sebagai respirasi atau pernapasan (Mulia, M. Ricki, 2005:34-35). Pada pengamatan awal di peternakan ayam CV. Malu o Jaya Jaya terdapat 29 orang pekerja dan peternakan ayam Risky Layer terdapat 9 orang pekerja. Seluruh pekerja di dua lokasi peternakan ayam bekerja selama lebih dari 8 jam sehari selama 1 minggu penuh (artinya pekerja peternakan ayam tidak memiliki hari libur). Pada waktu bekerja pekerja ada yang tidak menggunakan pelindung diri khususnya pelindung pernafasan seperti masker untuk melindungi dari paparan debu dari pakan ternak dan kotoran ternak. Selain itu banyak pekerja yang merokok. Keadaan lingkungan kerja yang diamati menjadi kesimpulan bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kapasitas paru pekerja peternakan ayam di CV. Malu o Jaya Jaya dan Risky Layer. Untuk mengetahui gambaran kapasitas paru pekerja peternakan ayam CV. Malu o Jaya dan peternakan ayam Risky Layer dan menegtahui faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas paru yang terdiri atas jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, lama paparan, masa kerja, penggunaan masker dan IMT. 2. METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan rancangan Cross sectional. Penelitian ini dilakukan di dua lokasi peternakan ayam yang berada di Kabupaten Bone Bolango yaitu peternakan ayam CV. Malu o Jaya Jaya dan peternakan ayam Risky Layer pada tanggal 16-23 April 2013. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 38 orang pekerja dari dua lokasi peternakan ayam. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi (Total population study). Definisi operasional yaitu: 1. Kapasitas paru adalah kemampuan seseorang dalam menarik napas dalam 1 helaan napas. Kategori pengukuran dibagi menjadi 2 yaitu, normal jika % FVC 80% dan % FEV 1 70% dan tidak normal jika: % FVC < 80% dan FEV 1 70% (Restriksi), % FVC > 80% dan % FEV 1 < 70% (Obstruksi), dan % FVC < 80% dan % FEV 1 < 70% (Kombinasi). Skala pengukuran rasio. 2. Jenis kelamin pekerja pada saat penelitian berdasarkan karakter fisik. Kategori jenis kelamin dibagi menjadi 2 yaitu, lakilaki dan perempuan. Skala pengukuran nominal. 3. Umur pekerja pada saat penelitian. Kategori umur terbagi atas < 20 tahun, 20-30 tahun, dan 31-40 tahun. Skala pengukuran interval. 4. Kebiasaan merokok adalah keadaan dimana merokok adalah suatu aktivitas yang rutin dilakukan oleh responden. Kategori kebiasaan merokok terdiri atas merokok dan tidak merokok. Skala pengukuran nominal 5. Kebiasaan olahraga adalah latihan fisik yang dapat meningkatkan kemampuan kapasitas kemampuan pekerja. Kategori kebiasaan olahraga terbagi atas 2 yaiitu, olahraga dan tidak olahraga. Skala pengukuran nominal. 6. Lama paparan adalah lamanya seseorang berada dalam lingkungan kerja dalam sehari dengan satuan jam/hari. Kategori lama paparan adalah < 8 jam/hari dan > 8 jam/hari. Skala pengukuran nominal. 7. Masa kerja adalah waktu dimana responden bekerja sejak diterima menjadi pekerja di industri peternakan ayam. Kategori masa kerja terdiri atas < 1 tahun, 1-5 tahun, dan > 5 tahun. Skala pengukuran nominal. 8. Penggunaan masker adalah kebiasaan memakai masker atau sejenisnya yang berfungsi sama dibagi menjadi menggunakan masker, dan tidak menggunakan masker. Skala pengukuran nominal. 9. IMT adalah salah satu penilaian status gizi seseorang. Kategori IMT terbagi atas kurus, normal dan gemuk. Skala pengukuran ordinal. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Spirometer digital merek TKK 11510 dan mouthpiece b. Timbangan injak portable merek GEA c. Microtoice d. Kuisioner

Data primer berupa identitas responden, karakteriktik responden, kondisi lingkungan kerja, perilaku pekerja (pemakaian APD dan kebiasaan merokok) diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di tempat kerja serta dilakukan pengukuran kapasitas paru menggunakan alat ukur spirometer, tinggi badan dan berat badan. Data sekunder berupa gambaran umum perusahaan, jumlah pekerja. Analisis data: Analisis univariat, diaman hasil penelitian dilakukan secara deskriptif menggunakan tabel distribusi frekuensi. Usaha peternakan adalah kegiatan yang menghasilkan produk peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha. Jumlah karyawan di peternakan ayam Risky Layer sebanyak 5 orang dan 4 orang siswa SMK Peternakan yang keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki. Jumlah karyawan Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya sebanyak 29 orang yang terdiri dari 7 orang perempuan dan 22 orang lakilaki. 3. HASIL

a. Analisis Univariat Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Responden Peternakan Ayam Risky Layer CV. Malu'o Jaya n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 9 100,0 22 75,9 Perempuan 0 0,0 7 24,1 Umur 16-40 Tahun 9 100,0 21 72,4 41-65 Tahun 0 0,0 7 24,1 > 65 Tahun 0 0,0 1 3,4 Kebiasaan Merokok Tidak 2 22,2 8 27,6 Ya 7 77,8 21 72,4 Kebiasaan Olahraga Tidak 7 77,8 24 82,7 Ya 2 22,2 5 17,3 Lama Paparan < 8 Jam 0 0,0 8 27,6 > 8 Jam 9 100,0 21 72,4 Masa Kerja < 1 Tahun 8 88,9 9 31,1 1-5 Tahun 1 11,1 17 58,6 6-10 Tahun 0 0,0 3 10,3 Penggunaan Masker Tidak 5 55,6 18 62,1 Ya 4 44,4 11 37,9 IMT Kurus 2 22,2 5 17,3 Normal 7 77,8 21 72,4 Gemuk 0 0,0 3 10,3 Kapasitas Paru Normal 6 66,7 3 10,3 Tidak Normal 3 33,3 26 89,7 Sumber: Data Primer, 2013

b. Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Paru dengan Kapasitas Paru Peternak Ayam Jenis Kelamin Kapasitas Paru Tidak Normal Normal Jumlah n % n % n % Laki-laki 22 71,0 9 29,0 31 100,0 Perempuan 7 100,0 0 0,0 7 100,0 Umur 16-40 Tahun 21 70,0 9 30,0 30 100,0 41-65 Tahun 7 100,0 0 0,0 7 100,0 > 65 Tahun 1 100,0 0 0,0 1 100,0 Kebiasaan Merokok Tidak merokok 8 80,0 2 20,0 10 100,0 Merokok 21 75,0 7 25,0 28 100,0 Kebiasaan Olahraga Tidak Olahraga 24 77,4 7 22,6 31 100,0 Olahraga 5 71,4 2 28,6 7 100,0 Lama Paparan < 8 Jam 7 87,5 1 12,5 8 100,0 > 8 Jam 22 73,3 8 26,7 30 100,0 p value 0,164 0,084 1 1 0,65 Masa kerja < 1 tahun 9 52,9 8 47,1 17 100,0 1-5 Tahun 17 94,4 1 5,6 18 100,0 0,006 > 5 Tahun 3 100,0 0 0,0 3 100,0 Penggunaan Masker Tdk Menggunakan Masker 18 78,3 5 21,7 23 100,0 1 Menggunakan Masker 11 73,3 4 26,7 15 100,0 IMT Kurus 7 100,0 0 0,0 7 100,0 Normal 19 67,9 9 32,1 28 100,0 Gemuk 3 100,0 0 0,0 3 100,0 Sumber: Data Primer 2013 Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square dengan p value = < 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, lama paparan 0,040 dan penggunaan masker dengan kapasitas paru dan ada hubungan antara masa kerja dan IMT dengan kapasitas paru. Hasil uji statistik antara variabel bebas dan variabel terikat dimana masa kerja diketahui

nilai p value=0,006 < 0,05 dan IMT diketahui nilai p value=0,040 < 0,05. 4. PEMBAHASAN Kapasitas paru tidak normal lebih banyak dialami oleh jenis kelamin laki-laki karena aktifitas laki-laki yang lebih banyak terpapar dengan kotoran hewan dan debu yang berasal dari pakan ternak dibandingkan perempuan yang lebih banyak berada di dalam ruangan. Volume paru wanita lebih kecil dibandingkan pria, hal ini dikarenakan oleh perbedaan kekuatan otot maksimum paru, luas permukaan tubuh, kekuatan otot. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kapasitas paru peternak ayam, kemungkinan dikarenakan oleh faktor lain seperti masa kerja yang lebih dari 5 tahun serta status gizi yang tidak normal sehingga meskipun responden berjenis kelamin perempuan yang memiliki volume paru yang kecil tetapi telah bekerja dipeternakan lebih dari 5 tahun akan lebih mudah mengalami gamgguan fungsi paru dibandingkan pekerja berjenis kelamin laki-laki yang baru bekerja kurang dari 5 tahun. Pekerja yang berumur 30-60 tahun telah mengalami gangguan kapasitas paru dikarenakan penurunan fungsi paru dibandingkan responden yang berumur 16-20 tahun yang diakibatkan oleh bertambahnya umur. Kelompok responden yang berumur 16-20 tahun mengalami peningkatan nilai faal paru sehingga tidak mudah untuk mengalami gangguan fungsi paru. Bertambahanya usia berpengaruh terhadap volume paru dan perubahan elastisitas paru sehingga rentan untuk mengalami berbagai macam gangguan kesehatan salah satunya gangguan pernapasan. Kebiasaan merokok dapat menurunkan fungsi paru karena dalam rokok terkandung lebih dari 4000 zat adiktif yang dapat merusak organ tubuh manusia termasuk paruparu. Responden yang telah lama merokok (5 tahun) dengan frekuensi > 10 batang per hari menyebabkan kapasitas paru tidak normal dibandingkan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Tenaga kerja yang bekerja di lingkungan yang berhubungan dengan gas-gas yang berbahaya, berdebu dan memiliki kebiasaan merokok beresiko lebih tinggi mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan pekerja yang bekerja di lingkungan yang sama tetapi tidak merokok. Kebiasaan merokok bukan hanya mengurangi tingkat pertukaran oksigen dalam darah tetapi juga merupakan faktor penyebab beberapa penyakit paru, seperti kanker paru, karsinoma paru, bronkhitis, oleh karena itu kebiasaan merokok akan lebih memperberat kejadian gangguan fungsi paru seseorang. Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, kemungkinan disebabkan oleh responden yang meskipun memiliki kebiasaan merokok tetapi frekuensi merokok dalam sehari < 10 batang, dan kebiasaan merokok yang < 10 tahun sehingga dalam pengelompokkan kebiasaan merokok, maka hasil analisis statistik dengan uji chi-square tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok. Selain itu kemungkinan adanya

riwayat penyakit yang diderita oleh responden. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas paru, yang kemungkinan disebabkan oleh aktivitas olahraga yang tidak rutin, frekuensi < 30 menit dalam sehari, dan jenis olahraga yang dilakukan oleh responden dapat mempengaruhi daya tahan kapasitas fungsi paru. Faktor usia yang mengakibatkan penurunan fungsi paru, serta adanya riwayat penyakit atau faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kapasitas paru pekerja peternakan ayam. Dari 30 responden yang bekerja di dua lokasi peternakan ayam memiliki lama kerja > 8 jam yang berarti telah melebihi jam kerja yang telah ditentukan. Lama papran merupakan jumlah jam kerja yang dihabiskan pekerja dilingkungan kerja. Semakin lama jam kerja seseorang maka kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan akan semakin meningkat terutama di lingkungan kerja yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia, gas-gas yang berbahaya dan memiliki kadar debu yang tinggi dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh konsentrasi gas-gas atau bahanbahan berbahaya, debu yang ada di lingkungan kerja. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan anatara lama paparan dengan kapasitas paru pekerja peternakan ayam disebabkan oleh masa kerja yang < 1 tahun sehingga belum menunjukkan adanya perubahan fungsi paru responden, faktor usia yang masih muda dan kebiasaan merokok yang < 5 tahun serta frekuensi merokok < 10 batang per hari sehingga meskipun responden yang memiliki jam kerja > 8 jam masih mempunyai kapasitas paru yang normal. Masa kerja merupakan keadaan dimana seseorang telah melakukan aktifitas pekerjaan yang ditentukan dalam kurun waktu tertentu. Responden dengan masa kerja yang telah berlangsung 1 hingga > 5 tahun di lokasi pekerjaan yang terpapar dengan berbagai macam gas yang dapat membahayakan kesehatan mempunyai potensi besar untuk mengalami kapasitas paru tidak normal, dosis paparan dari berbagai macam gas dan debu yang terhirup menyebabkan seseorang lebih rentan untuk mengalami gangguan kapasitas paru dibandingkan responden yang memiliki masa kerja < 1 tahun. Semakin lama masa kerja seseorang di lokasi pekerjaan yang telah terpapar gas-gas berbahaya menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap kapasitas paru seseorang. Responden yang memiliki masa kerja 5 tahun di lingkungan kerja yang memiliki kadar debu yang tinggi berpotensi untuk mengalami gangguan obstruksi. Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi pekerja baik di wilayah Peternakan Ayam Risky Layer dan wilayah Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya Jaya belum diterapkan sepenuhnya. Hal ini terlihat di lapangan, pekerja pada saat mencampur bahan pakan ternak, pembersihan kandang belum dilengkapi dengan alat penutup hidung (masker). Berdasarkan analisis chi-square yang

menunjukkan tidak ada hubungan antara penggunaan masker dengan kapasitas paru pekerja peternakan ayam disebabkan oleh beberapa faktor, seperti ada pekerja yang menggunakan kaos untuk menutup hidung belum sesuai dengan syarat K3 dan kesehatan, responden yang awalnya tidak menggunakan masker saat bekerja akibatnya responden mengalami beberapa macam keluhan seperti pusing, sakit kepala, sesak napas sehingga respnden mengubah kebiasaan menjadi selalu menggunakan masker dan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Status gizi seseorang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh manusia, dapat diasumsikan bahwa seseorang yang memiliki stastus gizi buruk maka organ dalam tubuhnya tidak berkembang dan berfungsi dengan baik. Salah satu akibat dari kekurangan gizi yaitu menurunkan imunitas dan anti bodi sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Seseorang yang memiliki status gizi lebih akan mengalami berbagai macam gangguan kesehatan salah satunya adalah gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh menumpuknya lemak berlebih dalam tubuh sehingga dapat menghambat proses pernapasan sehingga seseorang dengan kondisi tersebut memerlukan tenaga ekstra dalam melakukan respirasi. Status gizi memiliki kaitan dengan tingkat kesehatan tenaga kerja karena dapat mempengaruhi produktifitas tenaga kerja. faktor-faktor yang tidak mempengaruhi kapasitas paru pekerja peterrnakan ayam CV. Malu o Jaya dan pekerja peternakana ayam Risky Layer jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, masa kerja, dan penggunaan masker saat bekerja. 6. SARAN Adapun saran yang dapat disampaikan penulis dalam penelitian ini adalah: 1) Adanya upaya untuk meningkatkan penggunaan masker saat bekerja dan menghentikan kebiasaan merokok. 2) Menyediakan Jaminan Kesehatan Kerja bagi para pekerja, guna meningkatkan derajat kesehatan para pekerja. 3) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada para pekerja. 4) Melakukan penyuluhan tentang penggunaan APD terutama masker saat bekerja, dan bahaya merokok. 5. SIMPULAN Faktor- faktor yang mempengaruhi kapasitas paru adalah masa kerja dan IMT, sementara

DAFTAR PUSTAKA Khumaidah.2009. Analisis Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Milonggo Kabupaten Jepara. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Mulia, M. R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta: Prasetyanto, N. 2011. Kadar H 2 S, NO 2, Dan Debu Pada Peternakan Ayam Broiler Dengan Kondisi Lingkungan Yang Berbeda Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Yulaekah, Siti. 2007. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur (Studi Di Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan). Tesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.