MODEL SPASIAL DAN FAKTOR PENGONTROL AKUIFER AIRTANAH DANGKAL UNTUK PENENTUAN ZONA KONSERVASI AIRTANAH DI KELURAHAN OEBUFU KOTA KUPANG

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

III. METODE PENELITIAN

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN. Hendri Sosiawan. Identifikasi Air Tanah dan Pemanfaatannya untuk Pertanian

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

Interpretasi Data Geofisika untuk Penentuan Titik Pemboran Air Tanah di Daerah Mertoyudan, Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

DETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Tyas Putri Maharani ( ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN

IDENTIFIKASI AKUIFER DI ZONA PATAHAN OPAK PASCA GEMPA YOGYAKARTA 2006 DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI AIRTANAH ASIN DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN REMBANG, KABUPATEN REMBANG

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI AIRTANAH BERDASARKAN NILAI RESISTIVITAS BATUAN DI KELURAHAN CANGKORAH, KECAMATAN BATUJAJAR, KABUPATEN BANDUNG BARAT

Eksplorium ISSN Volume 34 No. 1, Mei 2013: 11-22

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

*

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5

Pemetaan Penyebaran Pola Akuifer dengan Metode Resistivitas Sounding Konfigurasi Schlumberger di Daerah Dayu Gondangrejo Karanganyar

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 1-5 PENDUGAAN POLA SEBARAN LIMBAH TPA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

METODE EKSPERIMEN Tujuan

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

POTENSI KETERSEDIAAN AIR TANAH DI DESA LIMO KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR - SUMATERA BARAT

Identifikasi Akuifer di Sekitar Kawasan Karst Gombong Selatan Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger

PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU

KAJIAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK SEBAGAI ANTISIPASI KELANGKAAN AIR BERSIH WILAYAH PERKOTAAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PENGARUH LIMBAH DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIRTANAH BEBAS DI SEBAGIAN KECAMATAN KLATEN TENGAH, KABUPATEN KLATEN

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

Identifikasi Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam dengan Metode Geolistrik (Kasus: Di Kecamatan Masaran)

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. geolistrik dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG

Jurnal APLIKASI ISSN X

APLIKASI TEKNOLOGI EKSPLORASI UNTUK MEMAHAMI KONDISI AIR TANAH DI DAERAH PADANG LUAS KABUPATEN TANAH LAUT

2.2 PENENTUAN BATAS CEKUNGAN AIR TANAH

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

Identifikasi Pola Aliran Sungai Bawah Tanah di Mudal, Pracimantoro dengan Metode Geolistrik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman

Key words: Geoelectric Resistivity Method, Groundwater Potency, Irrigation, Purwokerto- Purbalingga Groundwater Reservoir.

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

IDENTIFIKASI SUMBER AIR TANAH DALAM BERDASARKAN ANALISIS DATA RESISTIVITAS DI DAERAH BANDARA ADI SOEMARMO, SOLO, JAWA TENGAH

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

Identifikasi Awal Model Akuifer pada Mata Air Umbulan dengan Menggunakan Geolistrik Konfigurasi Schlumberger

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

PEMETAAN PENYEBARAN POLA AKUIFER DENGAN METODE RESISTIVITAS SOUNDING DENGAN KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI DAERAH DAYU GONDANGREJO KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

IDENTIFIKASI POTENSI AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK 1-DIMENSI DI DESA SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

Dimas Aditia Tjahyo Nugroho Adji Keywords: spatial analysis, water quality, nitrate, nitrite, ammonia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

166 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 166 171 MODEL SPASIAL DAN FAKTOR PENGONTROL AKUIFER AIRTANAH DANGKAL UNTUK PENENTUAN ZONA KONSERVASI AIRTANAH DI KELURAHAN OEBUFU KOTA KUPANG Dolly Willy Karels Mahasiswi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana dollykarels@gmail.com Abstrak: Kelurahan Oebufu secara geologi tersusun oleh batugamping sehingga hidrologi yang berkembang di daerah ini seharusnya adalah hidrologi karst, tetapi di lokasi ini terdapat airtanah dangkal yang ditemukan pada sumur gali dengan kedalaman 5,63 m hingga 25,26 m, yang tidak lazim ditemukan di daerah karst. Sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model spasial airtanah dangkal di lokasi penelitian dan faktor pengontrolnya. Alat geolistrik digunakan untuk mengetahui keberadaan akuifer, perangkat lunak IPI2WIN dan RES2DINV digunakan untuk menganalisis hasil geolistrik, serta perangkat lunak Surfer digunakan untuk membuat model spasial akuifer airtanah dangkal. Hasil penelitian memberikan keluaran berupa model spasial akuifer airtanah dangkal, faktor pengontrol airtanah dangkalnya yaitu: (a) litologi, berupa batugamping yang mudah larut dan membentuk porositas sekunder; (b) batuan terekspos, ketebalan batuan terekspos menentukan kedalaman muka akuifer; (c) sistem hidrologi, merupakan sistem hidrologi yang berbeda antara punggung dan kaki bukit, serta zona konservasi airtanah yang mencakup seluruh lokasi penelitian. Pembuatan tangki septik yang kedap air untuk menampung limbah domestik, merupakan upaya pengendalian pencemaran airtanah di Kelurahan Oebufu yang formasi geologinya berupa batugamping. Kata kunci: Model spasial, faktor pengontrol, airtanah dangkal, zona konservasi, Kelurahan Oebufu Abstract: The Oebufu Village geologically composed of limestones that hydrological growing in this area should be karst hydrology, but at this location, shallow groundwater are found in dig well at 5.63 m to 25.26 m depth, that are not commonly found in karst area. Therefore, the study aims to determine the spatial model of shallow groundwater in the study area and its controlling factors. Geoelectric equipment used to determine the presence of aquifer, IPI2WIN and RES2DINV software used to analyze the results of geoelectric, while the Surfer software used to create the shallow groundwater aquifer spatial model. The results of the study provide the output of the spatial model of shallow groundwater; controlling factors of the shallow groundwater are: (a) lithology, a soluble form of limestone and formed the secondary porosity; (b) the rock exposed, exposed rock thickness determines the depth of the aquifer; (c) hydrological system, is different hydrological system between the back and the foothills; and groundwater conservation zones covering the entire study site. Making watertight septic tank to accommodate domestic waste is a groundwater pollution control efforts in Oebufu Village, that its geological formation were limestone. Key word: Spatial model, controlling factor, shallow groundwater, conservation zone, Oebufu Village Penduduk Kota Kupang yang terus bertambah jumlahnya menyebabkan kebutuhan akan air bersih terus meningkat pula. Kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi dari air permukaan saja karena minimnya potensi tersebut, sehingga airtanah menjadi pilihan. Hampir 90% pelayanan air bersih di Kota Kupang memanfaatkan airtanah (Dinas Pertambangan dan Energi Kota Kupang, 2007). Kota Kupang memiliki enam cekungan airtanah yang dapat dimanfaatkan, salah satunya cekungan airtanah Oebufu Oebobo, (Banunaek, 2002). Airtanah yang dapat dieksplorasi adalah airtanah yang terakumulasi dalam cekungan airtanah atau akuifer. Aliran airtanah dipengaruhi oleh topografi, karakteristik geologi (litologi) seperti jenis tanah dan batuan, serta struktur dan stratifikasi batuan (Chuang 166

Karels, Model Spasial dan Faktor Pengontrol Akuifer Airtanah Dangkal untuk Penentuan Zona Konservasi Airtanah 167 dkk. 2003). Dengan demikian maka akan lebih mudah untuk mendapatkan airtanah di tempat dengan elevasi yang lebih rendah, kecuali jika terdapat sesar (fault) sehingga aliran airtanah berubah arah, atau ada perbedaan formasi geologi (Williams dkk, 2001; Manheim dkk, 2004). Di Kelurahan Oebufu, airtanah lebih mudah diperoleh di bagian puncak dan punggung bukit, dan sebaliknya airtanah sukar diperoleh di bagian kaki bukit. Hal ini terlihat dari kedalaman sumur gali di lokasi tersebut. Belum diketahui apa faktor pengontrolnya, apakah karena formasi geologinya ataukah karena kondisi geohidrologinya. Sebab itu perlu diketahui stratifikasi bawah permukaan tanah untuk melihat litologi dan sistem hidrologinya, agar dapat dibuat model spasial akuifer airtanah dan untuk mengetahui faktor pengontrolnya. Untuk menjawab fenomena tersebut di atas, maka dilakukan penelitian ini. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah diidentifikasi maka perumusan masalah tersebut menimbulkan pertanyaan penelitian: (a) Bagaimana model spasial akuifer airtanah dangkal di Kelurahan Oebufu. Kota Kupang? (b) Faktor apa yang menjadi pengontrol akuifer airtanah dangkal di Kelurahan Oebufu, Kota Kupang? (c) Di mana zona konservasi airtanah dan tipe konservasi apa yang sesuai untuk Kelurahan Oebufu, Kota Kupang? BAHAN DAN METODE Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) 1 set alat resistivitimeter (geolistrik); (b) 1 buah Global Positioning System (GPS); (c) 1 buah meter rol; (d) 8 rol sumbu kompor; (e) 1 buah pemberat Pengambilan sampel untuk sounding menggunakan metode stratified purposive sampling, berdasarkan pada tingkatan atau strata topografi. Selain itu lintasan sounding juga dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: (a) Panjang lintasan 410 m. (b) Lintasan berbentuk lurus, tidak berkelok. Terdapat 12 lintasan sounding yang pengukuran parameternya akan menggunakan konfigurasi Schlumberger, untuk mengetahui variasi resistivitas bawah permukaan ke arah vertikal. Di masing-masing lintasan akan dibuat 3 titik sounding untuk pengukuran dengan jarak elektroda arus 20 m, 30 m, 40 m, 50 m, 60 m, 70 m, 80 m, 90 m, 100 m dan 110 m, sedangkan jarak elektroda potensialnya 10 m. Pengambilan sampel untuk profiling menggunakan metode stratified purposive sampling, berdasarkan pada tingkatan atau strata topografi. Selain itu lintasan profiling juga dipilih berdasarkan kriteria: (a) Panjang lintasan 200 m. (b) Lintasan berbentuk lurus, tidak berkelok. (c) Lintasan-lintasan profiling saling sejajar, masing-masing terletak di bagian puncak bukit, punggung bukit dan kaki bukit. Jadi pada penelitian ini ditentukan 3 lintasan untuk pengukuran profiling. HASIL DAN PEMBAHASAN Stratifikasi Bawah Permukaan Hasil pengukuran sounding dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak (software) IPI2WIN, sedangkan hasil pengukuran profiling dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak (software) RES2DINV untuk mengetahui stratifikasi bawah permukaan di daerah penelitian. Stratifikasi bawah permukaan berdasarkan hasil sounding dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 12 berikut. Gambar 1. Stratifikasi tanah Lintasan I. Gambar 2. Stratifikasi tanah Lintasan II. Gambar 3. Stratifikasi tanah Lintasan IV.

168 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 166 171 Gambar 4. Stratifikasi tanah Lintasan V. Gambar 9. Stratifikasi tanah Lintasan XI. Gambar 5. Stratifikasi tanah Lintasan VI. Gambar 10. Stratifikasi tanah Lintasan XII. Gambar 6. Stratifikasi tanah Lintasan VII. Gambar 11. Stratifikasi tanah Lintasan XIII. Gambar 7. Stratifikasi tanah Lintasan VIII. Gambar 12. Stratifikasi tanah Lintasan XV. Gambar 1 sampai dengan Gambar 12 menunjukkan keberadaan airtanah dangkal, yang resumenya dapat dilihat pada Tabel 1. Stratifikasi bawah permukaan berdasarkan hasil profiling dapat dilihat pada Gambar 13 sampai dengan Gambar 15 berikut. Gambar 8. Stratifikasi tanah Lintasan X.

Karels, Model Spasial dan Faktor Pengontrol Akuifer Airtanah Dangkal untuk Penentuan Zona Konservasi Airtanah 169 Tabel 1. Keberadaan akuifer airtanah. Pada jarak 70 m, 75 m, 90 m, 95 m, 145 m dan 153 m ada struktur yang mengontrol aliran airtanah di daerah ini, diduga ada struktur kedap air (impermeable) yang mengakibatkan airtanah terkumpul di dalamnya. Dugaan lainnya terjadi sesar (fault) yang dapat mengakibatkan berubahnya arah aliran airtanah tersebut. Pada jarak 162 m 190 m diduga terdapat rekahan (fracture) yang mengandung airtanah, dengan lapisan di bawahnya bersifat kedap air (impermeable). Gambar 14. Stratifikasi tanah Lintasan IX. Keberadaan airtanah di lintasan IX berdasarkan nilai resistivitasnya dapat dilihat pada Gambar 14. Pada jarak 12,5 m sampai 45 m terdapat rekahan (fracture) yang mengandung airtanah dan berada pada kedalaman rata-rata 3,75 m. Diduga lapisan di bawahnya berupa aquitard yang memungkinkan terjadinya rembesan (diffuse) melalui rekahan (fracture), sehingga ada airtanah yang terjebak di jarak 57 m. Sesar terjadi pada jarak 130 m, 150 m dan 155 m yang membuat berubahnya aliran airtanah. Gambar 13. Stratifikasi tanah Lintasan III. Gambar 13 menunjukkan adanya airtanah setempat-setempat, yaitu pada jarak: (a) 55 m 60 m airtanah ada di kedalaman 1,25 m 4,50 m; (b) 70 m 75 m airtanah ada di kedalaman 1,25 m 7,80 m; (c) 90 m 95 m airtanah ada di kedalaman 1,25 m 9,25 m; (d) 145 m 153 m airtanah ada di kedalaman 1,25 m 9,25 m; (e) 162 m 190 m airtanah ada di kedalaman 1,25 m 2,75 m. Gambar 15. Stratifikasi tanah Lintasan XIV. Keberadaan airtanah di lintasan XIV berdasarkan nilai resistivitasnya dapat dilihat pada Gambar 15. Cekungan airtanah dapat dijumpai di jarak 60 75 m dan pada jarak 115 155 m. Sesar terjadi di jarak 60 m dan 170 m. Aliran airtanah tidak menerus tetapi terhambat oleh struktur yang memisahkannya, yang diduga merupakan lapisan kedap air.

170 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 166 171 Model Spasial Akuifer Airtanah Dangkal di Kelurahan Oebufu Model spasial akuifer airtanah dangkal di Kelurahan Oebufu yang didapat dari hasil sounding dan profiling bawah permukaan dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Model spasial akuifer airtanah dangkal di Kelurahan Oebufu. Faktor Pengontrol Akuifer Airtanah Dangkal di Kelurahan Oebufu Hasil profiling menggambarkan pola aliran airtanah di daerah ini. Pada awalnya airtanah merembes melalui rekahan (fracture) atau terdifusi melalui formasi batugamping (diffuse darcian flow) menuju ke saluran (conduit), kemudian mengalir sebagai aliran saluran (turbulent conduit flow). Adanya sesar (fault) dan lapisan kedap air dapat merubah arah aliran. Hasil sounding menunjukkan adanya perbedaan stratifikasi bawah permukaan tanah di puncak, punggung dan kaki bukit. Di puncak bukit, keberadaan akuifer tidak terlalu dalam tetapi cukup tebal lapisannya, sebaliknya di kaki bukit tidak dijumpai akuifer airtanah dangkal. Kedalaman akuifer airtanah bervariasi, sebagai contoh, pada elevasi 111 m, akuifer berada di kedalaman 7,42 m; pada elevasi 106 m, akuifer berada di kedalaman 2,77 m; dan pada elevasi 98 m, akuifer berada di kedalaman 4,11 m. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akuifer airtanah dangkal di Kelurahan Oebufu tidak dikontrol oleh morfologi dan topografinya, melainkan dikontrol oleh faktor-faktor. (a) Litologi. Formasi geologi Kelurahan Oebufu tersusun oleh batugamping (limestones) yang mudah dilewati air (permeable) sehingga dapat berperan sebagai akuifer yang berupa celahan (fissure) dan rekahan (fracture). Celahan batugamping (yang tersusun dari karbonat) yang dilewati air akan mengalami proses kimiawi yang mengakibatkan pelarutan batugamping tersebut. Celah yang kecil akan membesar menjadi rekahan, memungkinkan terjadinya porositas sekunder. Dengan demikian maka arah aliran airtanah akan mengikuti pola rekahan (fracture) batugamping. (b) Batuan terekspos. Makin tebal batuan terekspos, makin dalam muka akuifernya, sebaliknya makin tipis batuan terekspos, makin rendah muka akuifernya. Sebab itu, sumur yang berada di lintasan XII dan lintasan XIII, yang batuan tereksposnya tebal, muka airnya jauh lebih dalam dibanding kedalaman muka air sumur di lintasan III yang batuan tereksposnya lebih tipis. (c) Sistem hidrologi. Lokasi penelitian mempunyai bentang alam berbukit, yang mana dari hasil penelitian menunjukkan puncak dan punggung bukit mempunyai sistem hidrologi yang sama, sedangkan kaki bukit mempunyai sistem hidrologi yang berbeda. (d) Konservasi Airtanah. Formasi batuan di Kelurahan Oebufu didominasi oleh batugamping (limestones) yang mempunyai permeabilitas tinggi, sehingga pada musim hujan muka airtanah akan cepat naik karena laju infiltrasi yang tinggi. Tetapi muka airtanah ini akan cepat turun karena airtanah tersebut mengalir ke tempat lain melalui celahan (fissure) dan rekahan (fracture) batugamping. Sebab itu daerah ini kurang cocok dijadikan sebagai daerah imbuhan (recharge), karena air yang terinfiltrasi akan cepat mengalir ke tempat lain, sehigga reservoir airtanah tidak akan bertambah volumenya. Selain itu, daerah ini akan sangat rentan terhadap pencemaran airtanah karena Kelurahan Oebufu termasuk dalam BWK (bagian wilayah kota) V Kota Kupang, yang diperuntukkan bagi kawasan pemukiman kepadatan sedang serta kawasan perdagangan dan jasa. Dampak yang dapat ditimbulkan antara lain penurunan muka airtanah dangkal yang disebabkan karena eksploitasi yang berlebihan serta pencemaran airtanah oleh limbah domestik dari kawasan ini. Limbah cair dari toilet, dapur, restauran dan tempat usaha lainnya akan mudah diserap oleh batugamping. Sebab itu diperlukan upaya konservasi airtanah dengan cara pengendalian pencemaran airtanah. Masyarakat disarankan untuk membuat tanki septik kedap air untuk menampung limbah cair dari toilet dan air bekas cucian, sebagai upaya pencegahan pencemaran airtanah. Zona konservasi adalah seluruh lokasi penelitian ini, karena formasi batuannya sama berupa batugamping. Zona konservasi airtanah dangkal di Kelurahan Oebufu dapat dilihat pada Gambar 17. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: (a) Model spasial akuifer airtanah dangkal di

Karels, Model Spasial dan Faktor Pengontrol Akuifer Airtanah Dangkal untuk Penentuan Zona Konservasi Airtanah 171 airtanah dangkal ini sebagai acuan ketika akan membuat sumur gali. (b) Melakukan konservasi airtanah dengan cara: (1) Memanfaatkan airtanah seefisien mungkin. (2) Membuat tangki septik kedap air untuk mengelola limbah domestik sebagai upaya pengendalian pencemaran airtanah. Gambar 17. Zona konservasi airtanah dangkal di Kelurahan Oebufu. Kelurahan Oebufu seperti terlihat pada Gambar 16 di atas. (b) Faktor pengontrol akuifer airtanah dangkal di daerah ini adalah: (1) Litologi, didominasi oleh formasi batugamping yang mudah larut sehingga memperbesar nilai porositas dan permeabilitasnya. Arah aliran airtanah mengikuti pola rekahan (fracture) batugamping. (2) Batuan terekspos, makin tebal batuan terekspos, makin dalam muka akuifernya, sebaliknya makin tipis batuan terekspos, makin rendah muka akuifernya. (3) Sistem hidrologi unit, yang berbeda antara punggung dan kaki bukit. (c) Zona konservasi airtanah mencakup seluruh lokasi penelitian, seperti terlihat pada Gambar 17. Berdasarkan litologi dan model spasial akuifer airtanah dangkal di Kelurahan Oebufu, maka disarankan kepada masayarakat dan pelaku usaha di daerah ini agar: (a) Menggunakan model spasial akuifer DAFTAR PUSTAKA Banunaek, Noni. 2002. Potensi dan Dampak Pemanfaatan Airtanah Terhadap Masyarakat Kota Kupang. Seminar Pengembangan dan pemberdayaan Konsumen Jasa Konstruksi. Kupang, 3 April 2002. YPPKJI. 32-38 Chuang, Frank C., Edwin H. McKee, and Keith A. Howard. 2003. Hydrogelogic Factors that Influence Ground Water Movement in the Desert Southwest United States. Open-file Report 03-294. U.S. Geological Survey: California Dinas Pertambangan dan Energi Kota Kupang. 2007. Laporan Penelitian: Potensi Pengembangan Pengelolaan dan Zonasi Air Tanah Kota Kupang. Dinas Pertambangan dan Energi Kota Kupang: Kupang Manheim, Frank T., David E. Krantz, and John F. Bratton. 2004. Studying Ground Water under Delmarva Coastal Bays Using Electrical Resistivity. Ground Water. Vol. 42. No. 7, pp: 1052-1068 Williams, Lester J., and Marcel Belaval. 2001. Use of Two- Dimensional Direct-Current-Resistivity Profiling to Detect Fracture Zones in a Crystalline Rock Aquifer Near Lawrenceville, Georgia. Proceedings of the 2001 Georgia Water Resources Conference at The University of Georgia. March 26 27, 2001. 317-326.