BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mana asam glutamat-d hanya dapat digunakan oleh organisme tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

I. PENDAHULUAN. makanan tersebut menghasilkan rasa yang lezat dan membuat orang yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

PENGARUH MADU TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS TESTIS PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI x. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PERSETUJUAN. ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. RIWAYAT HIDUP... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

PENGARUH MADU TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS TESTIS PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DAN E TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAJANKAN MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.


BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. karbon pewangi (P3), dan kontrol (K) masing-masing terdiri atas 7 tikus.

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pengaruh ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP. merupakan alkohol yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OH.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kasus diabetes mellitus yang terjadi di Indonesia semakin mengkhawatirkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efek negatif MSG pada testis Monosodium glutamat (MSG) di dalam tubuh akan mengalami penguraian menjadi bentuk asalnya, yaitu asam glutamat.1-4 Asam glutamat yang terkandung dalam MSG dapat berupa asam glutamat-l dan asam glutamat-d, yang mana asam glutamat-d hanya dapat digunakan oleh organisme tingkat rendah sebagai penyusun dinding sel dan dapat berbahaya bagi organisme tingkat tinggi seperti manusia. Hal ini disebabkan karena asam glutamat-d tidak termasuk dalam rangkaian peptida tubuh sehingga tidak dapat digunakan dalam proses sintesis protein.3 Konsumsi MSG yang berlebihan akan menyebabkan jumlah asam glutamat di dalam tubuh meningkat. Jumlah asam glutamat yang berlebih di dalam tubuh (terutama asam glutamat-d) menyebabkan asam glutamat tidak dapat digunakan dalam proses sintesis protein, melainkan akan menjadi radikal bebas di dalam tubuh (karena dapat dilihat dari struktur kimianya pada gambar 1, asam glutamat memiliki ion N+ dan O-).3,7,19,20 Gambar 1. Struktur kimia asam glutamat dan MSG19

10 Radikal bebas adalah molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga bersifat sangat reaktif. Radikal bebas akan mencari pasangan elektron dari molekul-molekul tubuh manusia; seperti pada karbohidrat, protein, maupun lemak; sehingga akan merusak organela-organela dalam sel-sel manusia (nukleus, membran sel, atau organela lainnya); proses ini disebut sebagai stres oksidatif sel.20 Jumlah asam glutamat yang berlebih juga dapat bersifat sebagai eksitotoksin dan mengganggu kerja dari beberapa enzim di dalam tubuh; seperti menyebabkan overaktivitas dari beberapa enzim sel, misalnya protein kinase C, calcium/cadmoulin dependent protein kinase II, fosfolipase, protease, fosfatase, nitric oxide synthase, endonuklease, dan ornitin dekarboksilase; sehingga juga akan mengakibatkan stres oksidatif sel.3,7 Stres oksidatif sel akan menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia.20 Gangguan pada kesehatan manusia dapat berupa sindrom yang disebut chinese restaurant syndrome dengan trias gejala; yaitu mati rasa pada leher yang menjalar ke tangan dan punggung, kelemahan, serta palpitasi; ataupun kerusakan organorgan tubuh seperti pada otak, mata, hepar, dan juga testis.3,7,21,22 Efek negatif MSG pada testis bisa melalui dua mekansime, yaitu gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis-testis ataupun gangguan langsung pada testis. Jumlah asam glutamat yang berlebih akan menyebabkan stres oksidatif pada otak sehingga berakibat pada degenerasi dari sel-sel di otak (terlebih lagi pada beberapa bagian otak yang memiliki banyak reseptor asam glutamat dan tidak memiliki sawar darah otak, misalnya hipotalamus). Degenerasi sel-sel otak akan menyebabkan kerusakan dari hipotalamus sehingga

11 kadar hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) akan menurun dan akan berdampak pada penurunan kadar hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone), penurunan kadar hormon FSH dan LH akan mengganggu kerja dari sel-sel dalam testis. Degenerasi dari sel-sel di otak juga bisa berdampak pada kerusakan hipofisis sehingga terjadi penurunan kadar hormon FSH dan LH, namun bukan karena penurunan kadar hormon GnRH. Mekanisme kedua terjadi ketika jumlah asam glutamat yang berlebih akan menyebabkan stres oksidatif pada sel-sel di dalam testis sehingga akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel di dalam testis. Kedua mekanisme tersebut akan menyebabkan gangguan pada fungsi testis dan dapat menyebabkan infertilitas.3,16,23,24 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa MSG dapat menyebabkan penurunan ukuran dan berat testis, penurunan kadar asam askorbat di dalam testis, dan kerusakan dari struktur histologi/sel-sel di dalam testis.25 2.2 Histopatologi testis akibat paparan MSG Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di dalam skrotum, yang berfungsi sebagai organ reproduksi dan kelenjar endokrin. Kerja dari testis dipengaruhi oleh aksis hipotalamus-hipofisis-testis, yaitu oleh hormon GnRH, FSH, dan LH.26,27 Histologi dari testis dapat dibagi atas dua bagian utama yaitu tubulus seminiferus (terdiri dari sel spermatogenik dan sel sertoli) dan kompartemen interstitial (terdiri dari sel leydig). Sel spermatogenik yang berfungsi dalam

12 proses fertilisasi/reproduksi terdiri atas berbagai macam stadium pembelahan yaitu sel spermatogonium dengan ciri khas terletak dekat lamina basalis tubulus, berukuran relatif besar, dan memiliki kromatin yang ireguler; sel spermatosit primer dengan ciri khas berukuran paling besar di antara sel spermatogenik lain dan memiliki kromatin yang tercat jelas; sel spermatosit sekunder dengan ciri khas jarang ditemukan, berukuran kecil dengan inti kecil dan sitoplasma pucat; sel spermatid dengan ciri khas berukuran paling kecil dibandingkan sel spermatogenik lainnya, memiliki sitoplasma yang sedikit dan kromatin yang padat; dan sel spermatozoa dengan ciri khas berbentuk panjang seperti tanda seru dan terletak di daerah tengah lumen. Sel sertoli yang berfungsi sebagai sel penunjang sel spermatogenik, memiliki ciri khas berbentuk piramidal dan terletak di antara sel spermatogenik. Sel leydig yang berperan dalam memproduksi hormon testosteron, memiliki ciri khas berbentuk bulat atau poligonal, memiliki sitoplasma eosinofilik, dan mengandung banyak tetesan kecil lemak. Histologi dari testis dapat dilihat pada gambar 2.28-31 Gambar 2. Histologi testis32

13 Testis dapat mengalami perubahan mikroskopis akibat adanya suatu kelainan (termasuk akibat MSG), yang disebut perubahan histopatologi testis. 33 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian MSG dengan dosis 4 mg/kg BB/hari pada tikus dewasa selama 10 hari dan 30 hari dapat merusak struktur histologi dari sel spermatogenik dan sel sertoli (Gambar 3).8 Gambar 3. Hasil penelitian terkait histopatologi testis akibat paparan MSG8 Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol (1) memiliki struktur histologi tubulus seminiferus normal, pada kelompok perlakuan 10 hari (2) terjadi penurunan jumlah dan kerusakan dari sel spermatogenik dan sel sertoli (eksofoliasi, kerusakan organela, dan bentuk abnormal dari sel) serta terdapat vakuola pada tubulusnya, sedangkan pada kelompok perlakuan 30 hari (9) terjadi penurunan jumlah dan kerusakan dari sel spermatogenik dan sel sertoli yang lebih parah serta terdapat area nekrotik luas pada tubulusnya.8 Penelitian-penelitian lain menunjukkan bahwa MSG juga dapat menyebabkan atrofi tubulus seminiferus (penurunan diameter tubulus), penebalan membran basal tubulus, terbentuknya material hialin pada tubulus dan jaringan interstitial, dilatasi pembuluh darah intertubular, penurunan kadar hormon testosteron, dan penurunan jumlah serta kerusakan dari sel leydig.34-36

14 2.3 Fungsi madu sebagai antioksidan pada testis Antioksidan adalah suatu enzim ataupun molekul (molekul yang cukup stabil yang dapat mendonorkan elektronnya) yang dapat digunakan untuk melawan dan menetralisir radikal bebas (dan molekul berbahaya lainnya) yang ada dalam tubuh sehingga dapat mengurangi efek buruk dari radikal bebas dan mencegah stres oksidatif yang terjadi pada sel. Tubuh memiliki berbagai macam antioksidan; antioksidan utama dari tubuh adalah enzim superoksida dismutase (SOD), enzim katalase, dan glutathion sulfidril (GSH). Antioksidan lain yang dimiliki tubuh antara lain asam urat, koenzim Q, ubikuinol, zat besi, transferin, feritin, metalotionein, dan seruloplasmin.20 Dengan adanya antioksidan dalam tubuh (antioksidan endogen), tubuh dapat melawan dan menetralisir radikal bebas, namun jika radikal bebas terdapat dalam jumlah berlebihan, maka tubuh memerlukan antioksidan eksogen (dari luar tubuh) untuk melawan dan menetralisirnya. Antioksidan eksogen dapat berasal dari berbagai macam bahan yang terdapat di alam, salah satunya terdapat dalam madu.11,20 Madu dapat digolongkan berdasarkan asal nektarnya; menjadi madu flora, madu ekstraflora, dan madu embun. Madu flora adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga; yang mana jika hanya berasal dari satu bunga disebut madu monoflora, sedangkan jika berasal dari berbagai macam bunga disebut madu poliflora. Madu ekstraflora adalah madu yang dihasilkan dari nektar di luar bunga; seperti daun, cabang, ataupun batang tanaman.12

15 Madu embun (atau disebut juga black forest honey) adalah madu yang dihasilkan dari cairan hasil suksesi serangga yang kemudian diletakkan di bagian tanaman. Madu embun bewarna lebih gelap dan memiiliki kadar nutrisi dan antioksidan yang lebih tinggi dari jenis madu yang lain.12,37 Komponen utama dari madu yang bersifat sebagai antioksidan adalah enzim SOD, enzim katalase, vitamin C (asam askorbat), flavonoid (luteolin, kuersetin, apigenin, fisetin, kaempferol, isorhamnetin, asatetin, tamarixetin, krisin, pinobanksin, pinosembrin, dan galangin), dan fenolik (asam fenolik).11,14 Komponen madu lainnya yang dapat berperan sebagai antioksidan antara lain asam organik, beta karoten (prekusor vitamin A), vitamin E, mangan, dan selenium.11,14,38,39 Enzim SOD dan katalase saling bekerja sama secara umpan balik untuk melawan dan menetralisir radikal bebas dengan cara menguraikan oksidan menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi tubuh. Enzim SOD akan bereaksi dengan oksidan membentuk hidrogen peroksida (H2O2), H2O2 yang terbentuk akan diuraikan oleh enzim katalase menjadi air dan oksigen, sehingga menjadi senyawa yang lebih stabil dan tidak berbahaya. Vitamin C akan berperan dalam menangkal secara langsung radikal bebas yang terdapat di dalam cairan ekstraseluler (karena vitamin C larut dalam air atau disebut juga antioksidan hidrofilik), memutus reaksi berantai radikal bebas, meregenerasi vitamin E, sebagai oxygen scavenger (mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi), dan sebagai pendonor elektron untuk radikal bebas sehingga terbentuk senyawa yang lebih stabil, yaitu semi dehidroaskorbat (DHA).11,20

16 Flavonoid akan berperan dalam mengurangi pembentukan dan aktivitas dari radikal bebas, mengikat radikal bebas sehingga menjadi senyawa yang lebih stabil, dan sebagai inhibitor reaksi autooksidasi yang dialami oleh beta karoten (beta carotene bleaching inhibition).40,41 Sedangkan fenolik berperan dalam menurunkan aktivitas dari radikal bebas dan sebagai inhibitor reaksi autooksidasi yang dialami oleh beta karoten (beta carotene bleaching inhibition).40 Mekanisme kerja antioksidan dari komponen madu lainnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Mekanisme kerja antioksidan dari beberapa komponen madu11,20,42-45 Komponen madu Asam organik Beta karoten (prekusor vitamin A) Vitamin E Mekanisme kerja Meningkatkan kapasitas total antioksidan Membantu kerja dari vitamin C dan vitamin E Membantu pembentukan senyawa semi DHA (lewat pembentukan senyawa perantara tokoferol O), antioksidan lipofilik Mangan Sebagai kofaktor enzim SOD, mengikat radikal bebas sehingga menjadi senyawa yang lebih stabil Selenium Aktivitas protektif dari selenoprotein dan selenoenzim Antioksidan eksogen seperti madu diperlukan tubuh untuk membantu kerja dari antioksidan endogen untuk melawan dan menetralisir radikal-radikal bebas yang ada dalam tubuh sehingga akan mencegah kerusakan (efek protektif) organ-organ tubuh, termasuk testis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa madu dapat menurunkan kerusakan struktur histologi dari testis tikus yang diakibatkan oleh octylphenol (radikal bebas) (Gambar 4).14

17 E D F Gambar 4. Hasil penelitian terkait efek protektif madu terhadap testis14 Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol (A) memiliki struktur histologi tubulus seminiferus yang normal; pada kelompok perlakuan pemberian octylphenol dosis 0.1mg/kg BB/hari (B) menunjukkan kerusakan tubulus; pada kelompok perlakuan pemberian octylphenol dosis 1 mg/kg BB/hari (C) terlihat kerusakan tubulus yang semakin parah, ditandai dengan kerusakan nyata dari membran basal tubulus dan penurunan jumlah sel spermatogenik. Efek protektif dari madu terlihat pada kelompok selanjutnya; yang mana pada kelompok perlakuan pemberian octylphenol dosis 0.1 mg/kg BB/hari ditambah dengan madu dosis 20mg/kgBB/hari (D) menunjukkan struktur tubulus yang cukup normal dengan sedikit iregularitas dan jarak antar sel; pada kelompok perlakuan pemberian octylphenol dosis 1mg/kgBB/hari ditambah madu dosis 20mg/kg BB/hari (E) menunjukkan struktur tubulus yang lebih baik dibanding dengan kelompok C, sedangkan pada kelompok perlakuan pemberian madu dosis 20mg/kg BB/hari (F) menunjukkan struktur histologi tubulus yang normal.14

18 Penelitian lain menunjukkan bahwa madu dapat meningkatkan diameter dan tebal tubulus seminiferus pada mencit yang diinduksi timbal asetat (dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi timbal asetat).12 Selain memperbaiki stuktur histologis dari testis, madu juga terbukti dapat meningkatkan aktivitas dari enzim SOD, enzim katalase, dan total kapasitas antioksidan dari cairan mani serta menurunkan kadar dari sitokin-sitokin proinflamasi (IL-1 beta, IL-6, IL-8, dan TNF alfa) dan radikal bebas (reactive oxygen species/ros dan malondialdehid/mda) dari cairan mani.46