BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Yogi Siregar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka tertarik terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan, merencanakan, dan menilai pembelajaran. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan bersamaan. Berbicara

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul. pentingnya proses pembelajaran dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam dunia pendidikan mengalami perubahan konsep. Diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 4

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran sejarah di tingkat sekolah menengah atas pada dasarnya memberikan ruang yang luas kepada siswa untuk dapat mengoptimalkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa itu sendiri, sehingga pembelajaran sejarah tidak hanya selesai dengan tersampaikannya materi ajar saja, akan tetapi harus sampai kepada tercapainya tujuan dari pembelajaran sejarah sebagaimana yang tercantum dalam KTSP, yaitu: 1. Mendorong siswa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang. 2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan seharihari. 3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat. (Pusat Kurikulum, 2002 dalam http://teachingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaransejarah.html [8 Mei 2013]). Mengacu kepada tujuan pembelajaran sejarah di atas, maka diperlukan suasana kegiatan belajar mengajar sejarah yang mendorong siswa untuk dapat mencapai itu semua, baik dengan dorongan media, model, maupun metode pembelajaran, karena untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, siswa harus diarahkan untuk terlibat secara aktif dan melakukan kegiatan belajar lainnya selain mendengarkan materi ajar sejarah seperti mencari sumber belajar sendiri, mengkaji permasalahan yang relevan dengan materi ajar sejarah, berbagi ide dan pendapat, maupun melakukan tanya jawab antar siswa, sehingga dengan mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sejarah, baik aktif secara fisik maupun secara psikis, maka tujuan dan kompetensi dari pembelajaran

sejarah di tingkat sekolah menengah atas akan dapat tercapai. Kompetensi tersebut antara lain: 1. Mampu mengklasifikasi perkembangan masyarakat untuk menjelaskan proses keberlanjutan dan perubahan dari waktu ke waktu; 2. Mampu memahami, menganalisis, dan menjelaskan berbagai aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, ekonomi, politik, sosial dan budaya serta pengaruhnya terhadap masyarakat di Indonesia dan dunia dari waktu ke waktu; 3. Mampu mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan keragaman dalam sejarah masyarakat di Indonesia dan dunia serta perubahannya dalam konteks waktu; 4. Mampu menemukan dan mengklasifikasi berbagai sumber sejarah dan adanya keragaman analisis serta interpretasi terhadap fakta tentang masa lalu yang digunakan untuk merekonstruksi dan mendeskripsikan peristiwa serta objek sejarah; 5. Menyadari arti penting masa lampau untuk memahami kekinian dan membuat keputusan (Pusat Kurikulum, 2006 dalam http://teachingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaransejarah.html [8 Mei 2013]). Kompetensi-kompetensi di atas membutuhkan adanya aktivitas belajar siswa yang beragam. Tidak akan mudah menumbuhkan kompetensi mengklasifikasikan, memahami, menganalisis maupun menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan sejarah, jika tidak didukung oleh aktivitas belajar yang baik dari siswa, sehingga di sinilah kreativitas dalam menciptakan suasana pembelajaran sejarah yang menarik, menantang dan menyenangkan dibutuhkan. Akan tetapi pada kenyataan di lapangan, ada beberapa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sejarah, yang membuat tujuan dan kompetensi dari pembelajaran sejarah menjadi sulit untuk dicapai. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Wiriaatmadja (2002: 133) yang menyatakan bahwa Banyak siswa yang mengeluh bahwa pelajaran sejarah itu membosankan karena isinya hanya merupakan hafalan saja dari tahun ke tahun, tokoh dan peristiwa sejarah. Segudang informasi dijejalkan begitu saja kepada siswa dan siswa tinggal menghafalkannya di luar kepala. Memang "menghafal" atau "mengingat" adalah salah satu cara belajar seperti halnya menirukan (iminating atau copying) mencoba-coba dengan trial and error, kadang-

kadang juga kita berpikir atau merenungkan apa yang kita lihat dan kita alami dengan hasil yang berbeda-beda. Pendapat Wiriaatmadja sejalan dengan pendapat Ismaun (2001: 99-100) yang juga mengungkapkan bahwa permasalahan lainnya yang muncul dalam pembelajaran sejarah di kelas adalah Keluhan para siswa yang kadang-kadang kita dengar pada umumnya adalah bahwa mereka merasa jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran dan mempelajari materi pelajaran sejarah. Hal itu terjadi karena seakan-akan demikian luas dan hampir tak terbatasnya materi pelajaran yang harus dipelajari dan dihapalkan. Berdasarkan kedua pendapat di atas, terlihat bahwa pembelajaran sejarah identik dengan banyaknya materi ajar tentang berbagai peristiwa sejarah, tokohtokoh, tanggal, tahun dan itu semua dipandang sebagai sesuatu yang harus dihafalkan oleh siswa, sehingga ketika pembelajaran sejarah disajikan tanpa adanya inovasi dan kreativitas dari guru, maka pembelajaran sejarah akan menjadi pembelajaran yang membosankan dan tidak memberikan makna apapun bagi siswa dan tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan dan kompetensi dari pembelajaran sejarah itu sendiri. Oleh karena itu, inovasi dan kreativitas guru dalam pembelajaran sejarah menjadi penting. Bentuk kreativitas itu dapat berupa penerapan beragam model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan kreativitas dalam hal lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah. Penggunaan model atau pun metode pembelajaran ternyata memberi pengaruh yang cukup besar terhadap berjalannya kegiatan belajar mengajar, termasuk dalam pembelajaran sejarah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Martanto, dkk (2009: 10) dalam http://suciptoardi.wordpress.com/2009/07/28/pembelajaran-sejarahpermasalahan-dan-solusinya/ [8 Nopember 2012] yang juga menyatakan bahwa hal lainnya yang mempengaruhi pembelajaran sejarah yaitu Model pembelajaran yang bersifat satu arah di mana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk

diubah. Pembelajaran sejarah saat ini mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada zamannya menjadi terabaikan. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif. Kondisi pembelajaran sejarah yang dipaparkan di atas, sejalan dengan hasil pengamatan di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur yang menunjukkan bahwa selama kegiatan pembelajaran sejarah, aktivitas belajar siswa cenderung rendah. Hal ini terlihat dari peran guru di kelas yang nampak lebih dominan, siswa masih sangat tergantung kepada penjelasan guru, sehingga kondisi ini membuat siswa kurang aktif di kelas bahkan terkadang sampai ada siswa yang tertidur ketika pelajaran sejarah berlangsung. Selain itu, ketika menjelaskan materi ajar sejarah pun, guru lebih sering membacakan kembali isi materi dari buku teks yang digunakan dalam proses belajar mengajar sejarah di kelas, sehingga siswa memandang pembelajaran sejarah sebagai pembelajaran yang berisi dongeng dan berisi banyak hafalan. Akibatnya kondisi ini membuat siswa merasa bosan, dan pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tidak ada satu pun siswa yang mengajukan pertanyaan, bahkan ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, tidak ada siswa yang mau memberikan jawaban. Permasalahan lainnya yang ditemukan dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur adalah keterbatasan sumber belajar siswa. Guru tidak mewajibkan siswa untuk memiliki buku teks, sehingga penjelasan yang disampaikan oleh guru dijadikan sumber informasi utama untuk mereka belajar dan kondisi tersebut menyebabkan seringnya siswa diberikan tugas untuk membuat rangkuman materi ajar sejarah. Rangkuman itu didiktekan langsung oleh guru di kelas dan dalam proses belajar mengajar sejarah pun, dukungan media pembelajaran sejarah sangat kurang. Media yang ada di kelas adalah white board dan itu pun sering kali tidak digunakan oleh guru ketika

memberikan penjelasan. Hal ini membuat aktivitas belajar siswa semakin menurun. Berdasarkan kondisi di atas, perlu ditumbuhkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah agar siswa dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya melalui kegiatan mendiskusikan permasalahan yang bersifat tematik, mencari referensi yang relevan dengan masalah yang didiskusikan, menulis laporan hasil diskusi kelompok, mempresentasikan laporan, melakukan tanya jawab, berpendapat, dan menyanggah bahkan hingga berdebat. Aktivitas belajar tersebut dapat menjadikan pembelajaran sejarah menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa itu sendiri dan dapat menumbuhkan kompetensi belajar dalam diri siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan metode diskusi kelompok. Metode ini mendorong terhadap munculnya pola komunikasi dua arah, baik komunikasi antara siswa dengan guru maupun komunikasi siswa dengan siswa, sehingga dengan penerapan metode diskusi kelompok memungkinkan setiap individu siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sejarah. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2010: 87-88) yang menyatakan bahwa Dalam proses diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Melalui metode diskusi kelompok ini, maka kegiatan belajar mengajar akan berpusat kepada siswa, tidak lagi berpusat kepada guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (1994) dalam Baharuddin (2008: 116-117) yang menyatakan bahwa Dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, untuk itu, guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, di samping mengajarkan siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi belajar mereka sendiri. Merujuk kepada berbagai temuan di lapangan dan mengacu pula kepada berbagai pendapat di atas, maka dapat terlihat bahwa metode diskusi kelompok merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, khususnya dalam pembelajaran sejarah. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut, sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Metode Diskusi Kelompok untuk Menumbuhkan Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur) B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan kepada kondisi yang ada di lapangan serta permasalahan yang tertuang dalam latar belakang masalah di atas, nampak bahwa kegiatan pembelajaran sejarah yang dilaksanakan di sekolah belum mendorong tumbuhnya aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti melihat aspek penerapan metode diskusi kelompok sebagai hal penting yang dapat diterapkan secara kreatif oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti merasa perlu untuk melakukan rumusan masalah berkaitan dengan Bagaimana penerapan metode diskusi kelompok dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur dalam kegiatan pembelajaran sejarah di kelas?. Berdasarkan kepada uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang kemudian dikembangkan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merencanakan penerapan metode diskusi kelompok untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur?

2. Bagaimana menerapkan metode diskusi kelompok untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur? 3. Bagaimana aktivitas belajar siswa setelah diterapkannya metode diskusi kelompok dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur? 4. Apa saja kendala yang dihadapi oleh guru pada saat menerapkan metode diskusi kelompok untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur? 5. Solusi apa saja yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi berbagai kendala yang menghambat terhadap penerapan metode diskusi kelompok untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penerapan metode diskusi kelompok untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengkaji perencanaan penerapan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur. 2. Mengkaji penerapan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur 3. Menganalisis aktivitas belajar siswa setelah diterapkannya metode diskusi kelompok dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur. 4. Mengidentifikasi berbagai kendala yang dihadapi pada saat menerapkan metode diskusi kelompok di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur.

5. Menemukan solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang menghambat terhadap penerapan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur. D. Manfaat atau Signifikansi Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: 1. Manfaat secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis dalam penerapan metode diskusi kelompok untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. 2. Manfaat secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berada dalam lingkungan dunia pendidikan: a. Bagi guru Memberikan informasi baru mengenai metode ajar yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran sejarah di kelas serta memberikan gambaran dan motivasi kepada guru untuk mendiversifikasi dan mengembangkan ide kreatif guru dalam pembelajaran sejarah di sekolah. b. Bagi siswa Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sejarah dengan mengajak siswa untuk melakukan perbincangan ilmiah dalam diskusi kelompok, sehingga pembelajaran sejarah menjadi sebuah kegiatan belajar mengajar yang menarik dan memotivasi siswa. c. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di SMA Pasundan 1 Cianjur.

E. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dijabarkan dalam struktur organisasi skripsi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini terdapat latar belakang penelitian yang di dalamnya berisi pemaparan hasil pengamatan awal di lapangan dalam proses belajar mengajar sejarah di kelas, kemudian terdapat identifikasi dan perumusan masalah yang menjadi fokus dari penelitian untuk diperoleh pemecahannya, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian yang dijabarkan baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis bagi guru, siswa dan sekolah, serta struktur organisasi skripsi yang menjabarkan bagian-bagian yang terdapat dalam skripsi ini. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan variabel-variabel yang ada dalam penelitian, di mana variabel-variabel tersebut dikaji secara teoritis berdasarkan kepada berbagai sumber referensi yang relevan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memaparkan mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian yang menjelaskan tentang tahapan-tahapan penelitian dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi sampai dengan refleksi. Bab ini pun memaparkan pula mengenai metode penelitian yang digunakan, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dan analisis data sebagai kerangka untuk mengolah data yang diperoleh. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian dan analisis terhadap hasil penelitian berdasarkan kepada data yang sudah diperoleh dan diolah oleh peneliti. Berdasarkan kepada bab ini maka hasil dari variabel-variabel yang diajukan

dalam penelitian dapat dijabarkan dengan lebih jelas sesuai dengan hasil yang diperoleh di lapangan. BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang diuraikan pada sub bab kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA Berisi daftar berbagai referensi, baik referensi berupa sumber buku, artikel, maupun sumber internet yang digunakan oleh penulis sebagai sumber rujukan tertulis dalam penelitian, sehingga berbagai kutipan maupun sumbersumber yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan. LAMPIRAN Berisi berbagai macam instrumen yang digunakan dalam penelitian maupun data awal dan data yang diperoleh setelah dilakukan penelitian.