BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.12

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

LANDASAN TEORI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dengan berlakunya UndangUndang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan terakhir tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada Pasal 2 dijelaskan pengelompokan jenis pajak yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak Provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok sedangkan Pajak Kabupaten atau Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Peranan pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah. Ciri

2 utama yang menunjukan suatu daerah otonom mampu berotonomi, adalah daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumbersumber keuangan sendiri, sedangkan ketergantungan pada bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian terbesar dari pendapatan keuangan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumbersumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Besarnya persentase PAD terhadap total pendapatan daerah menunjukan besarnya sumbangan PAD daerah terhadap total pendapatan daerah. Semakin besar persentase PAD terhadap total pendapatan maupun terhadap total belanja, sangat diharapkan dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lainlain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah yang terbesar dan selalu meningkat secara signifikan dalam lima tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2008 hingga 2012 adalah pemasukan dari Pajak Daerah. Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat dalam tabel 1.1 sebagai berikut.

3 Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta Tahun 20082012 No Uraian Penerimaan 2008 2009 2010 2011 2012 1 Pajak Daerah 62.452.0.490 1.80.359.432 8.254.59.242 120.45.515.12 208.812.089.912 2 Retribusi Daerah 34.940.526.396 23.49.48.962 32.214.650.9 34.408.438.184 38.43.589.268 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 8.454.823.854 10.218.454.601 11.031.304.00 10.121.339.866 11.496.62.185 Daerah yang Dipisahkan 4 Lainlain Pendapatan Asli 2.190.655.901 55.282.859.158 5.923.105.336 63.845.996.514 80.20.954.025 Daerah yang Sah Pendapatan Asli Daerah 133.038.6.641 160.869.422.153 19.423.640.05 228.833.289.691 339.260.260.391 Persentase (%) 46,94 44,68 43,61 52,64 61,55 Sumber : Bidang Pelaporan, DPDPK Kota Yogyakarta

4 Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa persentase kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2008 hingga 2010 mengalami penurunan berturutturut, tapi hal ini berubah pada tahun 2010 hingga tahun 2012 yang menunjukan bahwa kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah mengalami kenaikan persentase setiap tahunnya kurang lebih mencapai angka 9 %. Terlepas dari pernyataan tersebut, walaupun tingkat persentase kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah tidak selalu meningkat pada lima tahun terakhir ini, tetapi jika dilihat dari jumlah nominalnya kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah selalu mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa pajak daerah memiliki peran penting dalam pemasukan daerah terutama dalam pajak hotel yang memberikan pemasukan yang besar dan setiap tahun selalu meningkat secara signifikan.

5 Tabel 1.2 Penerimaan Pajak Daerah Kota Yogyakarta Tahun 20082012 No Pajak Daerah Tahun 2008 (%) Tahun 2009 (%) Tahun 2010 (%) Tahun 2011 (%) Tahun 2012 (%) 1 Pajak Hotel 26.543.26.858 42,50 30.89.114.95 42,33 32.515.281.932 41,55 3.859.535.936 31,42 56.00.418.844 26,82 2 Pajak Restoran 10.615.51.146 1 12.002..94 16,0 13.313.05.154 1,01 13.81.21.336 11,4 16.165.12.688,4 3 Pajak Hiburan 2.03.439.504 3,26 3.2.950.49 5,19 4.646.31.241 5,94 4.686.884.02 3,88 4.638.63.314 2,22 4 Pajak Reklame 4.962.58.15,95 5.044.559.994,02 4.639.213.808 5,93 5.439.31.28 4,56 6.303.861.02 3,02 5 Pajak Penerangan Jalan 1.864.484.84 28,60 19.36.631.310 2,46 22.461.182.048 28,0 23.85.65.65 19,81 26.16.953.923 12,53 6 Pajak Parkir 428.89.960 0,69 569.324.880 0,9 69.52.059 0,8 6.411.843 0,63 986.548.265 0,4 Pajak Air Tanah 318.039.903 0,26 1.012.65.391 0,48 8 Pajak Sarang Burung Walet 3.050.000 0,002 2.950.000 0,001 9 Pajak PBB 44.116.129.338 21,13 10 Pajak BPHTB 33.698.986.634 2,9 53.410.221.050 25,58 Total Pajak Daerah 62.452.0.490 1.80.359.432 8.254.59.242 120.45.515.12 208.812.089.912 Sumber : Bidang Pelaporan, DPDPK Kota Yogyakarta

6 Tabel 1.2 menunjukan berbagai jenis pajak daerah yang ada di Kota Yogyakarta selama tahun 2008 hingga tahun 2012. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa pajak hotel menduduki tingkat paling tinggi dalam hal menyumbang pemasukan pajak daerah setiap tahunnya. Pada tahun 2008 Pajak Hotel memberikan sumbangan pemasukan dalam pajak daerah sebesar 42,50%, tahun 2009 sebesar 42,33%, tahun 2010 sebesar 41,55%, tahun 2011 sebesar 31,42%, dan pada tahun 2012 menyumbang sebesar 26,82% dari jumlah pajak daerah pada tahun masingmasing. Walaupun tingkat persentasenya selalu menurun setiap tahunnya, tetapi jika dilihat dari jumlah nominalnya tingkat pajak hotel dalam menyumbang pemasukan pajak daerah selalu meningkat secara signifikan dibandingan pajak yang lain setiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa pajak hotel memiliki peran yang penting dalam mendorong pembangunan daerah dan meningkatkan pendapatan daerah di Kota Yogyakarta. Selain itu, dengan adanya Peraturan Daerah diharapkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam hal memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak. Atas dasar pertimbangan tersebut maka pemerintah membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Hotel. Pajak Hotel menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pajak Hotel, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang di pungut atas pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata.

Tanpa adanya hotel, wisatawan/pengunjung tidak dapat menikmati liburan dengan nyaman dan menyenangkan. Hal ini disebabkan karena hotel menyediakan layanan menginap dan layanan lainnya yang dibutuhkan dengan kenyamanan. Pemerintah memberikan klasifikasi terhadap kualitas hotel dengan mengkategorikan dalam hotel melati dan hotel bintang. Pengklasifikasian tersebut dimaksudkan antara lain agar memudahkan para wisatawan memilih kualitas hotel yang sesuai dengan kemampuannya. Hotel Bintang yang dimaksud adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran, dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata. Sedangkan yang dimaksud Hotel Melati ialah usaha pelayanan penginapan bagi umum yang dikelola secara komersial dengan menggunakan sebagian atau seluruh bagian bangunan. Berikut adalah daftar jumlah Hotel Bintang dan Melati di Kota Yogyakarta :

8 Tabel 1.3 Jumlah Hotel Bintang dan Melati Kota Yogyakarta 2012 Kecamatan Klasifikasi Hotel Jumlah Bintang Melati 1. Mantrijeron 2. Kraton 3. Mergangsan 4. Umbulharjo 5. Kotagedhe 6. Gondokusuman. Danurejan 8. Pakualaman 9. Gondomanan 10. Ngampilan 11. Wirobrajan 12. Gedongtengen 13. Jetis 14. Tegalrejo 3 6 4 3 1 1 9 5 38 52 3 15 20 12 6 15 128 10 41 58 3 19 23 13 15 13 15 Jumlah/ Total 32 354 386 Sumber : BPS Kota Yogyakarta Dalam tabel diatas, telihat bahwa Hotel Melati lebih banyak dari pada Hotel Bintang. Hotel Melati banyak dijumpai di daerah di Kecamatan Gedongtengen dan Mergangsan, karena Kecamatan ini tidak jauh dari Pusat Kota Yogyakarta.

9 Peneliti memilih usaha hotel melati karena hotel melati belum memiliki manajemen yang baik, perkembangan hotel melati di Kota Yogyakarta selalu meningkat setiap tahunnya, selain itu juga karena hotel menjadi salah satu fasilitas pendukung sektor pariwisata yang memiliki peran penting dalam struktur perekonomian daerah dan nasional baik sebagai salah satu sumber penerimaan pajak daerah, kesempatan kerja maupun kesempatan berusaha. Sedangkan alasan memilih Kota Yogyakarta karena Yogyakarta sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Potensi wisata yang dimiliki Yogyakarta terbentuk dari kondisi geografis, sejarah dan budaya yang dimilikinya. Oleh karena itu, Yogyakarta harus mengembangkan alternatif pilihan untuk menarik minat para wisatawan untuk tetap datang. Salah satu alternatif pilihan yang dilakukan adalah penyediaan hotel atau akomodasi lainnya yang dapat digunakan oleh para wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati di Kota Yogyakarta 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

10 1. Apakah pemilik usaha hotel melati di Kota Yogyakarta memahami peraturan pajak usaha hotel melati? 2. Apakah pemilik usaha hotel melati di Kota Yogyakarta sudah melakukan kewajibannya sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan hotel melati? 1.3. Batasan Masalah Mengingat begitu luas ruang lingkup dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi permasalahan tersebut pada : 1. Melihat di Kota Yogyakarta terdapat 14 Kecamatan, maka peneliti memilih 2 (dua) Kecamatan yang akan digunakan sebagai sampel penelitian yaitu Kecamatan Gedongtengen dan Kecamatan Mergangsan, karena di dalam dua kecamatan tersebut terdapat hotel melati terbanyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain. 2. Usaha hotel melati yang akan diteliti adalah usaha hotel melati yang masih aktif menjalankan usahanya sampai saat ini. 3. Yang dimaksud dengan kepatuhan disini lebih pada kewajiban membayar pajak. 1.4. Tujuan Penelitian Mengingat pentingnya penerimaan Pajak Daerah dalam kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman dan kewajiban pemilik usaha hotel melati tentang pajak hotel melati.

11 1.5. Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Praktek Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti seberapa besar pemahaman pemilik usaha hotel melati tentang peraturan pajak usaha hotel melati. 2. Kontribusi Kebijakan Melalui hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada fiskus untuk meningkatkan kewajiban pemilik usaha hotel melati sebagai wajib pajak usaha hotel melati. 1.6. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Pada bab ini berisi mengenai penjelasan tentang teoriteori pendukung yang terkait dengan penelitian yang akan digunakan sebagai landasan berpikir bagi penulis

12 dalam menganalisis data yang diperoleh dan permasalahan yang akan diteliti. BAB III Metodologi Penelitian Dalam bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel, jenis dan teknis pengumpulan data, operasional variabel penelitian, model penelitian, dan analisis data. BAB IV Analisis Data Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh serta pembahasannya. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang berdasarkan dari babbab sebelumnya dan saransaran yang diharapkan berguna bagi perusahaan.