PEMANFAATAN SERAT SABUT KELAPA DAN SERAT BENDRAT UNTUK DINDING BETON RINGAN PRACETAK TULANGAN ANYAMAN BAMBU DENGAN AGREGAT LIMBAH BATU APUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN SERAT BAMBU UNTUK DINDING BETON RINGAN TANPA PASIR PRACETAK TULANGAN BAMBU DENGAN AGREGAT BATU APUNG^

BAB IV METODE PENELITIAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, dan lebih tahan terhadap korosi.

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

Pengaruh Pemanfaat Tailing Batu Apung... H. Surya Hadi 44

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

KAPASITAS LENTUR DAN TARIK BETON SERAT MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH FLY ASH

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

PEMAKAIAN SERAT HAREX SF DENGAN SERUTAN BAJA LIMBAH LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIKA STTNAS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

MODEL SAMBUNGAN DINDING PANEL DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

Berat Tertahan (gram)

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PLAT LANTAI PRACETAK DENGAN BETON RINGAN

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN PECAHAN TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI FIBER DALAM CAMPURAN ADUKAN BETON

APLIKASI BAMBU PILINAN SEBAGAI TULANGAN BALOK BETON

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN SERAT SERABUT KELAPA DALAM PRESENTASE TERTENTU PADA BETON MUTU TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

BAB IV METODE PENELITIAN

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

Analisis Pemakaian Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Mengurangi Pemakaian Semen pada Campuran Beton Mutu Kelas II

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

bangunan Teknik Sipil belum banyak dikenal dan belum banyak digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG LOKAN SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENGARUH SERAT POLYPROPYLENE (PP) TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

dengan menggunakan metode ACI ( American Concrete Institute ) sebagai dasar

STUDI PENGARUH FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON RINGAN DENGAN SERAT KAWAT

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

Transkripsi:

Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa dan Serat Bendrat untuk Dinding Beton Ringan Pracetak Tulangan Anyaman Bambu dengan Agregat Limbah Batu Apung PEMANFAATAN SERAT SABUT KELAPA DAN SERAT BENDRAT UNTUK DINDING BETON RINGAN PRACETAK TULANGAN ANYAMAN BAMBU DENGAN AGREGAT LIMBAH BATU APUNG Suparjo 1 ABSTRACT Based on assumption that bamboo have a high tensile strength, most research about bamboo application as reinforced concrete has been done in the National and International level. This research tries to use bamboo as reinforced concrete for the light concrete by adding coconut fiber, and bendrat fibre. It is expected to increase the compressive strength, the tensile strength of concrete, and bending strength of precast wall-plate. The result showed it that the optimum compressive strength is in the mixture compositio. The compositon of coconut fiber reach optimum at 0,50 %, and bendrat fibre optimum at 1,00 % of mixture volume. Pre-cast wall plate with bamboo galah non fiber as bar by size 3 mm x 15 mm and plate specimen is made by thickness 30 mm, 40 mm, and 50 mm, enable to carry load 103 kg, 128 kg, and 159 kg respectively. By adding coconut fibre 0,50 % will increase the bending strength as follow, 13,31 %, 11,45 %, and 13,04 % respectively. On the other words, by adding bendrat fibre 1,00 % will increase the bending strength as follow, 13,96 %, 20,40 %, and 18,92 % respectively. Base on those resuts can be conclude that precast of plate light concrete by adding coconut fiber with tickness 3 cm is strong enough to carry live load (100 kg). Keywords : bamboo reinforced, coconut fiber, bendrat fibre, compressive strength, tensile strength, and bending strength P E N D A H U L U A N Dinding adalah elemen struktur yang ada pada hampir setiap bangunan baik berupa material bata, kayu, beton atau material lainnya, secara umum untuk pembuatan elemen dinding masih dominan menggunakan batu bata. Pembuatan batu bata memerlukan tanah yang biasanya diambil dari lahan produktif. Pengambilan tanah yang berlebihan untuk pembuatan bata dapat mengurangi luas lahan produktif, yang lebih lanjut juga akan menurunkan produksi hasil pertanian. Oleh karena itu guna mengurangi pemakaian batu bata untuk perumahan sebaiknya dicari alternatif lain sebagai pengganti batu bata yang bermanfaat dan ringan untuk bahan dinding bangunan. Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan, pemakaian bahan khususnya beton sebagai bahan bangunan mulai menjadi pilihan masyarakat. Hal ini dikarenakan keunggulannya, seperti beton mempunyai kesesuaian material struktural dan arsitektur, ekonomis, perawatan yang mudah, tahan panas dan bahan penyusunnya mudah didapat. Peluang yang cukup besar untuk menggunakan dinding beton pracetak sebagai pengganti batu bata, karena bahan 1 Pengajar Fakultas Teknik Universitas Mataram 86 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 13, NO. 3, EDISI XXXIII OKTOBER 2005 bakunya dari bahan material lokal yang mudah didapat serta ringan. Pulau Lombok termasuk daerah gunung berapi, diantaranya Gunung Rinjani yang merupakan gunung tertinggi di propinsi Nusa Tenggara Barat, dan pernah meletus serta mengeluarkan magma sehingga batu apung sangat banyak ditemui terutama di daerah kaki gunung tersebut, yaitu disekitar daerah kabupaten Lombok Timur dan kabupaten Lombok Barat. Secara tradisional batu apung sering dijumpai sebagai agregat kasar pada dinding pembatas pekarangan. Keunggulan batu apung yaitu mempunyai berat jenis ringan membuatnya banyak dipakai untuk menghasilkan beton ringan untuk berbagai tujuan antara lain sebagai penyekat, dan bahan pengisi yang mempunyai kekuatan menengah dalam penggunaan elemen struktural, sehingga belum mempunyai fungsi yang maksimal. Agar beton ringan dapat berperan penting dalam bidang bangunan, diharuskan memiliki kekuatan minimal sama dengan kekuatan beton normal. Kelebihan beton normal maupun beton ringan memiliki kuat tekan tinggi tetapi lemah terhadap kuat tarik. Untuk itu dalam pemakaiannya diperlukan tulangan dan bahan tambahan lainnya untuk memperbaiki karakteristik beton agar berkualitas. Bahan tambah alternatif untuk meninggkatkan kuat tekan dan kuat tarik belah beton dapat dihasilkan dari hasil alam yang mudah didapat, antara lain adalah serat sabut kelapa dan dari hasil tambang pengganti serat impor adalah serat lokal yaitu dari kawat bendrat. Penambahan serat pada adukan beton yang disebar merata dengan acak, akan membuat beton terhindar dari retak-ratak yang terlalu dini. Jenis serat yang dapat memperbaiki sifat kurang baik dari beton menurut laporan ACI Committee 554, 1982 dalam Soroushiaan dan Bayasi (dalam Sudarmoko, 1991), adalah baja ( steel), plastik ( polyproyline), kaca (glass), karbon ( carbon) dan serat alamiah ( natural fibers), seperti ijuk dan serat tumbuh-tumbuhan lainnya juga bisa dipakai. Alternatif bahan tulangan dipilih bambu, mengingat tulangan dari baja adalah hasil tambang yang suatu saat dapat habis dan harganya relatif mahal bagi penduduk yang hidupnya di bawah garis kemiskinan. Serat alam yang dipakai yaitu serat sabut kelapa, sedangkan serat buatan dari bahan baja adalah serat bendrat yang umum dipakai sebagai pengikat tulangan. Pemakaian bambu sebagai tulangan merupakan salah satu usaha untuk mencari pengganti baja karena merupakan hasil alam yang mudah didapat dan murah harganya serta dapat dipertanggung jawabkan secara teknis. Bambu dipilih dengan alasan murah, berkekuatan tinggi, dapat diawetkan, serta bambu dengan kualitas yang baik dapat diperoleh pada jangka pendek sekitar umur 3 5 tahun, selain itu bambu termasuk bahan yang terbaharui. Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh seksi Konstruksi Sub direktorat Bahan Bangunan dan Konstruksi (BBK), Direktorat penyelidikan Masalah Bangunan tentang bambu sebagai bahan bangunan beton (1984), serta penelitian Surjokusumo dan Nugroho (1993), diketahui bahwa bambu dapat digunakan sebagai tulangan beton pengganti baja. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Janssen (1980), Prawirohatmojo (1990), Ghavani (1990), serta Morisco dan Marjono (1996) yang menyatakan bahwa bambu mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, mendekati kekuatan baja struktur. Untuk itulah perlu dilakukan pengujian dan penelitian dengan pembuatan dinding beton ringan pracetak tulangan anyaman bambu dengan memanfaatkan bahan tambah serat bendrat dan serat sabut kelapa, dengan agregat limbah batu apung. Serat sabut dan serat bendrat yang dipakai yaitu dengan diameter 1mm dan panjang 60 mm. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan bahan dinding beton ringan pracetak yang paling ekonomis, dengan MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 87

Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa dan Serat Bendrat untuk Dinding Beton Ringan Pracetak Tulangan Anyaman Bambu dengan Agregat Limbah Batu Apung kekuatan lentur yang cukup memenuhi syarat, jika digunakan sebagai bahan dasar beton yaitu campuran semen, pasir, limbah batu apung, bahan tambah serat sabut kelapa, serat bendrat dengan tulangan anyaman bambu. Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh suatu bahan bangunan alternatif pengganti batu bata yang biasa digunakan untuk bahan pembentuk dinding pada bangunan. METODE PENELITIAN Peralatan Alat yang digunakan adalah satu set alat uji bahan antara lain : timbangan, kerucut konus dan batang penumbuk, mesin Los Angeles, saringan getar, mesin aduk beton, kerucut Abrams, mesin uji tekan beton, dan satu set uji lentur ( flexure machine modifikasi) seperti Gambar 1. Beban pemberat balok frame Dongkrak Hidraulik Load Cell Donat Benda uji plat dinding Pompa Hidrolik Elektrik Tumpuan Balok landasan Tranducer Gambar 1. Potongan melintang Set up pengujian pelat dinding Bahan Bahan-bahan yang digunakan; semen Portland type I merek Tiga Roda dalam kemasan 50 kg, limbah batu apung dari Desa Ijo Balit kabupaten Lombok Timur propinsi Nusa Tenggara Barat. Air sumur pompa dari Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik Universitas Mataram, dan bambu galah dari Lombok barat. PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan bahan Dalam tahap ini dilakukan penyiapan bahan dan alat yang akan digunakan dalam penelitian, dan dibagi dalam beberapa pekerjaan, yaitu : Pemeriksaan bahan bambu dan limbah batu apung, meliputi; berat jenis, berat satuan, kadar air, penyerapan air batu apung. Pemeriksaan ketahanan aus agregat batu apung dengan mesin Los Angeles. Pemeriksaan gradasi limbah batu apung. 88 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 13, NO. 3, EDISI XXXIII OKTOBER 2005 Rencana campuran beton ringan Perencanaan adukan beton ringan dapat dilakukan berdasarkan pedoman yang ada dalam Standard Practice for Selecting Proportions fo Structural Lightweigt Concrete (ACI 211.2-98). Pedoman ini memungkinkan nilai slam sebesar 60 180 mm dan faktor air semen (f.a.s) sebesar 0,50, dan diameter maksimum batu apung 20 mm. Di Indonesia juga mempunyai Standard tahun 1991, yaitu SK SNI T-09-1993-03, Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat Ringan. Proses pembuatan benda uji Penelitian ini dilaksanakan dengan metode ekperimen laboratorium dengan benda uji silinder beton diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Plat pracetak dengan ukuran 550 mm x 1280 mm bertulangan ayaman bambu ukuran 15 mm x 3 mm seperti pada Gambar 2. 550 mm 55 mm 15 mm 128 mm 15 mm 50 mm Gambar 2. Plat dinding pracetak tulangan bambu Bahan adukan dibuat sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan diaduk sampai rata selama 3 menit. Sebelum dituangkan ke dalam cetakan, adukan diperiksa kelecakannya dalam dua cara yaitu uji slam dan faktor pemadatan. Cetakan silinder dibuka setelah satu hari, diberi tanggal pengecoran dan kode benda uji. Tahapan pembuatan benda uji sebagai berikut : Silinder dibuat berdasarkan mix design dengan kuat tekan yang ditargetkan 18,70 MPa, kemudian dalam adukan ditambahkan dua variasi serat yaitu serat sabut kelapa dan serat bendrat dengan volume fraksi, 0,25 %; 0,50 %, 0,75 %, 1,00 %; dan 1,25 %, terhadap volume adukan. Berdasarkan volume fraksi serat tertentu yang maksimum kemudian dibuat beda uji pelat seperti pada Gambar 2, berukuran 55 cm x 128 cm dibuat dengan variasi ketebalan pelat 3 cm, 4 cm, dan 5 cm, kemudian semua spesimen diuji kuat lenturnya. Pengujian Pengujian kuat tekan dan uji tarik belah beton berupa uji tekan silinder pada waktu berumur 28 hari, sedangkan pengujian MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 89

Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa dan Serat Bendrat untuk Dinding Beton Ringan Pracetak Tulangan Anyaman Bambu dengan Agregat Limbah Batu Apung lentur pelat yaitu dengan bending pada umur 28 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Agregat Limbah Batu Apung there point Hasil pemeriksaan menunjukkan berat jenis batu apung kondisi SSD ( Saturated Surface Dry) sebesar 1,397 gram/cm 3, sedangkan berat volume kering sebesar 0,815 gram/cm 3.. Agregat dengan berat volume tersebut tergolong sebagai agregat ringan untuk non-struktural, karena berat volumenya kurang dari 2,0 (Tjokrodimuljo, 1996). Pemeriksaan berat satuan agregat dalam kondisi SSD diperoleh berat satuan batu apung pada kondisi lepas dan padat berturut-turut sebesar 0,432 gram/cm 3 dan 0,472 gram/cm 3. Kadar air rata-rata limbah batu apung tersebut sebesar 56,90 %. Ketahanan aus agregat batu apung pada putaran ke-100 dan ke-500 diperoleh nilai keausan batu apung berturut-turut sebesar 12,60 % dan 49,20 %. Dilihat dari hasil uji keausan batu apung pada putaran ke 500 yang kurang dari 50%, maka agregat kasar limbah batu apung tersebut dapat digunakan untuk membuat beton dengan kelas kuat I yaitu kuat tekan sampai 10 MPa ( Tjokrodimuljo, 1996). Bambu Jenis bambu yang digunakan pada pemeriksaan kembang susut bambu yaitu bambu Galah dengan nama botani Gigantochloa atter diperoleh di Desa Sedau. Bambu Galah yang digunakan kira-kira berumur 3 tahun dan bagian yang dianalisis adalah bagian pangkal, tengah, dan ujung baik dengan nodia maupun tanpa nodia (internodia), yang masing-masing terdiri dari 3 sampel. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar air dan kembang susut 11,188 %. Untuk berat volume bambu dilakukan dalam 5 kali percobaan dengan berat masing-masing benda uji sebesar 1 gram. Hasil pemeriksaan diperoleh berat volume bambu rerata sebesar 0,203 gram/cm 3. Kuat tarik bambu dilakukan dalam 9 kali percobaan dengan mengambil masing masing 3 benda uji pada bagian pangkal, tengah, dan ujung. Hasil pemeriksaan dilakukan pada bagian yang lemah yaitu dengan nodia, diperoleh kuat tarik batas rata-rata pada masing-masing bagian berturut-turut adalah; 62,00 MPa, 145,00 MPa, dan 41,58 MPa. Hasil ini jauh lebih kecil dari hasil yang diperoleh peneliti sebelumnya yang mendekati kekuatan baja struktur, hal ini disebabkan karena lokasi tumbuh, umur, dan waktu penebangan. Untuk keperluan hitungan secara teoritis dipakai bambu bagian nodia terlemah yaitu 41,58 MPa (166,30 kg/cm 2 ) Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton Ringan Komposisi silinder beton yang akan diuji terbuat dari campuran semen, agregat limbah batu apung, air, serat bambu, dan serat bendrat. Komposisi campuran mengacu pada SK SNI T-09-1993-03 dengan f.a.s = 0,50 untuk kuat tekan yang ditargetkan 18,70 Mpa diperoleh komposisi campuran dalam 1 m 3 beton adalah, 244 liter air, 365 kg semen, 319 kg pasir, dan 582 kg limbah batu apung, untuk kebutuhan serat adalah dihitung berdasarkan persentase terhadap volume adukan. Pengujian tarik belah mengacu pada SK SNI M-60-1990-03, silinder diletakkan pada alat uji tekan dengan posisi rebah. Beban vertikal dikerjakan sepanjang selimut silinder dan secara berangsur-angsur dinaikkan pembebanannya hingga dicapai nilai maksimum dan silinder pecah terbelah oleh gaya tarik horizontal. Hasil uji tekan silider dan kuat tarik belah disajikan pada Lampiran Tabel 1 dan Lampiran Tabel 2, dan disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4. 90 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 13, NO. 3, EDISI XXXIII OKTOBER 2005 Kuat tekan, MPa 17 16 15 14 13 12 Serat sabut kelapa Serat bendrat 11 0.00% 0.25% 0.50% 0.75% 1.00% 1.25% Volume fraksi serat Gambar 3. Grafik hubungan antara volume fraksi serat dan kuat tekan Kuat tarik belah, MPa 1.70 1.60 1.50 1.40 1.30 1.20 1.10 Serat sabut kelapa Serat bendrat 1.00 0.00% 0.25% 0.50% 0.75% 1.00% 1.25% Volum e fraksi serat Gambar 4. Grafik hubungan antara volume fraksi serat dan kuat tarik belah Dari Gambar 3 di atas diperoleh kuat tekan optimum yang berbeda dari dua jenis serat yang diapakai. Bahan tambah serat sabut kelapa kuat tekan optimum pada volume fraksi 0,50 %, sedangkan serat bendrat pada volume fraksi 1,0 %. Kenaikan kuat tekan terhadap tanpa penambahan serat dengan penambahan serat sabut kelapa 0,50 % dan serat bendrat 1,0 % berturutturut adalah 14,93 % dan 15,85 %. Dari Gambar 4 hasil pengujian kuat tarik belah silinder beton sama halnya dengan tren pada hasil kuat tekan, dimana optimum terjadi pada penambahan serat 0,50 % untuk serat sabut kelapa, dan 1,0 % untuk serat bendrat. Kenaikan kuat tarik belah cukup signifikan terhadap tanpa penambahan serat yaitu dengan penambahan serat sabut kelapa 0,50 % dan serat bendrat 1,0 % berturut-turut adalah 17,22 % dan 38,09 %. Berdasarkan hasil yang didapatkan yaiyu pada kuat tekan dan kuat tarik-belah maksimum untuk benda uji dengan persentase penambahan serat sabut MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 91

Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa dan Serat Bendrat untuk Dinding Beton Ringan Pracetak Tulangan Anyaman Bambu dengan Agregat Limbah Batu Apung kelapa, dan serat bendrat pada plat dinding ditambahkan berturut-turut sebanyak 0,5 %, dan 1,0 % dari volume adukan beton. Kuat Lentur Pelat Dinding Benda uji pelat dinding tulangan bambu berukuran 128 x 55 x 3 cm; 128 x 55 x 4,0 cm; dan 128 x 55 x 5,0 cm, seperti pada Gambar 1. Pelat dibuat sebanyak masingmasing 9 buah dengan spesifikasi 3 buah benda uji tanpa serat (sebagai pembanding), dan 3 buah benda uji dengan penambahan serat sabut kelapa 0,5 %, dan 3 buah benda uji dengan penambahan serat bendrat 1,0 %, dari volume adukan. Pelat yang akan diuji diletakkan pada perletakan yang tersedia, dimana jarak antar tumpuan 100 cm. Pengujian kuat lentur dilakukan dengan pembebanan yang diberikan secara bertahap sampai pada pembebanan maksimum, dan benda uji mengalami patah atau kegagalan struktur. Hasil pengujian kuat lentur pelat dinding dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 5. Berdasarkan hasil pengujian kuat lentur, diketahui bahwa benda uji dengan persentase penambahan serat bambu mempunyai kemampuan menahan beban lebih besar. Peningkatan tebal pelat diikuti pula dengan peningkatan kuat lentur, kecuali pelat tanpa serat mempunyai kecenderungan peningkatan yang tidak begitu tinggi dibandingkan dengan yang memakai serat. Ini berarti terjadi peningkatan kuat lentur akibat pengaruh dari penambahan serat yang dapat meningkatkan kuat tarik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penambahan serat bambu ke dalam campuran beton ringan dengan agregat kasar batu apung dapat meningkatkan kuat lentur pelat dinding tersebut. Tebal Pelat (cm) Beban Mak. (kg) Tabel 4. Hasil Uji Lentur Pelat Dinding Beton Ringan Beban Mak. (kg) Beban Mak. (kg) Normal Serat sabut kelapa Serat bendrat 103 117 116 Kenaikan rata-rata terhadap tanpa serat (%) Serat sabut kelapa Serat bendrat Beban Mak. (kg) Teoritis 3.0 103 117 118 13,310 13,65 87,60 102 115 117 127 140 158 4.0 126 143 158 11,449 16,73 120,51 130 144 159 158 178 188 5.0 157 180 189 13,036 16,60 153,41 161 180 189 92 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 13, NO. 3, EDISI XXXIII OKTOBER 2005 Kuat lentur, kg 200 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 Normal Serat sabut kelapa Serat bendrat Teoritis 3 4 5 Tebal pelat, cm Gambar 5. Hubungan Antara Beban Maksimum dan Tebal Pelat KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penambahan serat sabut kelapa dan serat bendrat ke dalam adukan dapat meningkatkan kuat tekan yang maksimal dengan volume fraksi serat 0,5 % dan 1,0 % meningkat sebesar 14,93 % dan 15,85 %, dibandingkan dengan benda uji tanpa penambahan serat. 2. Penambahan serat bendrat ke dalam adukan dapat meningkatkan kuat tarikbelah yang maksimal dengan volume fraksi serat 0,5 % dan 1,0 % meningkat sebesar 17,22 % dan 38,09 %. dibandingkan dengan benda uji tanpa penambahan serat. 3. Kuat lentur pelat dinding beton ringan dengan penambahan serat sabut kelapa sebanyak 0 % dan 0,5 % pada ketebalan pelat 3 cm; 4 cm; dan 5 cm, mengalami peningkatan yang cenderung konstan. Peningkatan yang lebih tinggi adalah dengan penambahan serat bendrat. Saran Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang beton ringan dengan penambahan serat alami lainnya dengan persentase yang lebih bervariasi, dengan faktor air semen dan perbandingan semen dan agregat ditentukan melalui penelitian pendahuluan sehingga didapat hasil yang lebih optimal. UCAPAN TERIMA KASIH Atas terselesaikannya penelitian ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan nasional, atas dukungan dana dalam penelitian dosen muda. 2. Bapak Akmaluddin, ST., M.Sc., P.hd., atas kesediannya memberikan masukan pada artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1998, Standard Practice for Selecting Proportions fo Structural MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 93

Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa dan Serat Bendrat untuk Dinding Beton Ringan Pracetak Tulangan Anyaman Bambu dengan Agregat Limbah Batu Apung Lightweigt Concrete (ACI 211.2-98), 211.2-1 - 211.2-18. Anonim, 1991, SK SNI T-09-1993-03, Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat Ringan, Departemen Pekerjaan Umum RI, Yayasan LPMB, Bandung, 29. Anonim, 1964, Precast Concrete Element with Bamboo Reinforcement, Techical Report No. 6.646, May 1964, U.S. Army Engineer Waterwys Experiment Station, Miissisipi. Janssen, J.J.A., 1980, The Mechanical Properties of Bamboo Used in Construction, Bamboo Research in Asia In Lessard, G. & Chounard, A., IDRC, Canada, 173-188. Krisnamurthy, D., 1990. Building with Bamboo - A Solution for Housing Rural Poor, In Rao, I.V.R., Gnanaharan, R. & Shastry, C.B., Bamboos Current Researh, The Kerala Forest Research Institute India, and IDRC Canada, 258-269 Kumar, S., dan Dobriyal, P.B., 1990, Preservative Treatment of Bamboo for Structur Uses, In rao, I.V.R., Gnanaharan, R. & Shastry, C.B., Bamboos Current Research, The Kerala Forest Research Institute India, and IDRC Canada, 199-206. Lopez, O.H., 1996, Manual de Construction Con Bambu, Universidad Nacional de Columbia, Bogota, Columbia, 250. Morisco, dan Mardjono, F., 1995., Strenght of Field Bamboo Joint : In Rao, I.V.R., Shastry, C.B., Ganapathy., P.M. and Janssen, Bamboo People and The Environment, Volume 3, Engineering and Utilization, INBAR, EBF, Government of Netherlands, IPGRI, IDRC, 113-120. Surjokusumo, S., dan Nugroho, N., 1993, Studi Penggunaan Bambu Sebagai Bahan Tulangan Beton, Laporan Penelitian, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor, 60 Surjokusumo, S., dan Nugroho, N., 1996, Study on Dendrocolamus asper as Cocrete Reinforcement: In Rao. I.V.R., Gnanaharan, R. & Shastry, C.B., Ganapathy, P.M. and Janssen, Bamboo, People and The Environment, Volume 3, Engineering and Utilization, INBAR, EBF, Government of Netherlands, IPGRI, IDRC, 92-98. Tjokrodimuljo, K, 1996, Teknologi Beton, Penerbit Nafiri, Jokjakarta, 131 Lampiran Lampiran Tabel 1. Hasil uji tekan silinder beton ringan pada umur 28 hari KODE Volume Fraksi Kuat Tekan Kuat Tarik Kuat Tarik Belah Kuat Tekan Serat Rata-Rata Belah Rata-Rata 1 0,00 11,882 1,047 2 0,00 14,258 13,013 1,256 1,146 3 0,00 12,900 1,134 4 0,25 15,164 1,335 5 0,25 13,014 13,919 1,152 1,230 6 0,25 13,579 1,202 7 0,50 14,145 1,243 8 0,50 16,069 14,925 1,415 1,343 9 0,50 15,560 1,371 10 0,75 15,164 1,331 11 0,75 13,127 14,108 1,153 1,242 12 0,75 14,032 1,241 94 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 13, NO. 3, EDISI XXXIII OKTOBER 2005 13 1,00 12,787 1,128 14 1,00 12,561 12,825 1,103 1,129 15 1,00 13,127 1,155 16 1,25 11,995 1,057 17 1,25 12,731 12,347 1,120 1,056 18 1,25 12,316 0,991 Lampiran Tabel 2. Hasil uji kuat tarik belah silinder beton ringan pada umur 28 hari KODE Volume Fraksi Kuat Tekan Kuat Tarik Kuat Tarik Belah Kuat Tekan Serat Rata-Rata Belah Rata-Rata 1 0,00 11,882 1,047 2 0,00 14,258 13,013 1,256 1,146 3 0,00 12,900 1,134 4 0,25 13,693 1,216 5 0,25 13,994 13,931 1,330 1,297 6 0,25 14,107 1,344 7 0,50 15,409 1,457 8 0,50 13,994 14,786 1,430 1,434 9 0,50 14,956 1,415 10 0,75 15,201 1,528 11 0,75 14,691 14,999 1,485 1,509 12 0,75 15,106 1,513 13 1,00 16,106 1,606 14 1,00 15,314 15,848 1,547 1,582 15 1,00 16,124 1,693 16 1,25 14,409 1,457 17 1,25 13,730 14,560 1,400 1,471 18 1,25 15,540 1,556 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 95