JRSDD, Edisi September 2015, Vol. 3, No. 3, Hal: (ISSN: )

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

Brick's Power Dimension Study Using Fly Ash Additive (Fly Ash) Based on SNI. Wenny Dwi Tiara Ayu Syaputri 1) Idharmahadi Adha 2) Setyanto 3)

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah berbutir halus dari Yoso Mulyo,

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

III. METODE PENELITIAN. 1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lanau yang berasal dari. Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah liat dari Yosomulyo, Kecamatan

Studi Pengaruh Penambahan Bahan Additive TX-300 Terhadap Kuat Tekan Batu Bata Pasca Pembakaran

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) 2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi.

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. panjang, dengan panjang = 18 cm, Lebar = 9 cm, dan tebal = 4,5 cm.

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN CAMPURAN UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN MEKANIS BATA

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

Time Variation Effect on Unconfined Compressive Strength Value on Clay and Silt Stabilized using Cement on Soaking Condition

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

PENGARUH WAKTU PENGERASAN PADA KEKUATAN PAVING BLOCK YANG MENGGUNAKAN CLAY, SEMEN, DAN PASIR. Andius Dasa Putra 1) Setyanto 1) Noor Syarifah Hasan 2)

Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Semen dengan Alat Pemadat Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

STUDI PENGARUH LAMA WAKTU PROSES PEMBAKARAN TERHADAP KUAT TEKAN BATU BATA SETELAH PENAMBAHAN BAHAN ADDITIVE ISS 2500 (IONIC SOIL STABILIZER)

I. PENDAHULUAN. satunya pada konstruksi jalan raya. Stabilitas konstruksi perkerasan secara. baik yang mampu berfungsi sebagai daya dukung.

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

Korelasi antara Kuat Tekan Bebas dengan Kuat Tekan Geser langsung pada Tanah Lanau Disubstitusi dengan Pasir

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

METODE PENELITIAN. Blok I A Karang Anyar, Lampung Selatan. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung besi. Tabung ditekan

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan banyak

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

Studi Kekuatan Batu Bata Pasca Pembakaran Dengan Menggunakan Bahan Additive Serbuk Gergaji Kayu. Setyanto 1) Iswan 1) Hari Diantoro Rahmad 2)

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

Pengaruh Waktu Pemeraman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Blok Menggunakan Campuran Tanah dan Kapur dengan Alat Pemadatan Modifikasi

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

Aria Febriantama 1) Lusmeilia Afriani 2) Setyanto 3)

` METODE PENELITIAN. Adapun bahan penelitian sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah yang berasal dari daerah

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENINGKATAN NILAI CBR PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG DENGAN BATU PECAH

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST) PADA STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN SEMEN DAN ABU CANGKANG SAWIT

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KEKUATAN PAVING BLOCK PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN MATERIAL TANAH DAN KAPUR UNTUK JALAN LINGKUNGAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI AGREGAT CAMPURAN BETON RINGAN MATERIAL WALL/FLOORING

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan pada penelitian kali ini antara lain, adalah : 6. Mesin pencetak paving block dengan sistem getaran

LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM

Studi Kuat Tekan Paving Block dari Campuran Tanah, Semen, dan Abu Sekam Padi Menggunakan alat Pemadat Modifikasi. Sherliana 1) Iswan 2) Setyanto 3)

Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Kapur Dengan Alat Pemadat Modifikasi. Diah Larasati 1) Iswan 2) Setyanto 3)

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

Anas Puri, dan Yolly Adriati Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru-28284

Potensi Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Baku Tambahan Pembuatan Batu Bata

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

STUDY DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK MENGGUNAKAN ECOMIX. Setyanto 1) Andius Dasa Putra 1) Erik Permana 2)

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa

JRSDD, Edisi Juni 2016, Vol. 4, No. 2, Hal: (ISSN: )

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH LEMPUNG

Transkripsi:

JRSDD, Edisi September 2015, Vol. 3, No. 3, Hal:541 552 (ISSN:2303-0011) Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive (Abu Sekam Padi, Abu Ampas Tebu dan Fly Ash) Berdasarkan Spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) Abdurrohmansyah 1) Idharmahadi Adha 2) Hadi Ali 3) Abstract Brick is one of construction materials of building, shopping complex, real estate etc. Brick is made from the mixing of soil and water. In this study, the process of brick production will be tired by mix the soil with additive materials such as rice husk ash, baggase ash and fly ash. It s to know how big the advantage of those additive materials and to compare the compressive strength between conventional brick and the brick that have mixed with rice husk ash, baggase ash and fly ash to get Indonesian National Standard for the strong and durable brick. Clay was used as the soil sample in this study. The clay is from Yoso Mulyo Village, Metro. The additive materials such as, rice husk ash is from Yoso Mulyo Village Metro, baggase ash is from PT Indo Lampung Perkasa and the fly ash is from PLTU Tarahan. The result of this study show that the production of brick after burned using additive materials such as rice husk ash, baggase ash and fly ash, increase the compressive strength value. So, the strength of the brick is good enough fulfilled the standard of Indonesian National Standard Institution. Keywords: Brick, additive fly ash and rice husk ash, baggase ash, compressive strength Abstrak Batu bata merupakan salah satu bahan material konstruksi yang sering dipakai untuk membangun sebuah konstruksi, seperti gedung, pertokoan, maupun perumahan dan lain lain. Batu bata terbuat dari campuran tanah dan air. Pada penelitian ini proses pembuatan batu bata akan dicoba mencampurkan tanah dengan bahan tambahan (additive) batu bata yaitu abu sekam padi, abu ampas tebu dan fly ash (abu batu bara) untuk mengetahui seberapa besar manfaat limbah dari bahan additive. Sampel tanah yang digunakan merupakan jenis tanah lempung yang berasal dari Desa Yoso Mulyo, Metro Timur. Bahan additive yang digunakan adalah abu sekam padi yang berasal dari Desa Yoso Mulya, Metro Timur, abu ampas tebu (bagasse ash) yang berasal dari PT. Indo Lampung Perkasa dan fly ash yang berasal dari PLTU Tarahan. Hasil penelitian menujukkan bahwa pembuatan batu bata pasca bakar dengan menggunakan penambahan abu sekam padi, abu ampas tebu dan fly ash sebagai bahan additive pada campuran material pembuatan batu bata berpengaruh pada penambahan nilai kuat tekan, sehingga kekuatan batu bata yang didapat pada penelitian ini cukup baik serta memenuhi standar yang ditetapkan SNI 15-2094 (2000). Kata kunci : Batu bata, additive fly ash dan abu sekam padi, abu ampas tebu, kuat tekan. 1) Mahasiswa pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. 2) Staf pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan. Prof. Sumantri Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar lampung. 35145. 3) Staf pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan. Prof. Sumantri Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar lampung. 35145.

Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive Abdurrohmansyah, Buktin, (Abu Ahmad Sekam Zakaria, Idharmahadi Padi, Abu Ofik Ampas Taufik Adha, Tebu... Purwadi. Hadi Ali 1. PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarana dalam masyarakat terutama di bidang pembangunan. Hal ini menyebabkan permintaan akan bahan bangunan seperti batu bata semakin meningkat, batu bata itu sendiri memiliki fungsi struktural dan non-struktural. Dalam fungsi struktural, batu bata memilki arti sebagai penyangga atau pemikul beban pada konstruksi bangunan gedung. Namun dalam proses pembuatan batu bata, para pengusaha batu bata hanya menggunakan jenis tanah tertentu demi menjaga kualitas produksi batu bata. Sehingga bahan dasar tanah sebagai bahan utama dalam pembuatan batu bata lambat laun ketersediaannya semakin berkurang. Pada bidang konstruksi, batu bata biasa dipakai sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada diatasnya seperti pada konstruksi perumahan dan fondasi ataupun sebagai dinding pembatas dan estetika pada konstruksi gedung tanpa memikul beban diatasnya. Batu bata adalah batu buatan yang terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan additive yang melalui beberapa proses. Proses tersebut meliputi pengeringan dengan cara dijemur dan kemudian dibakar dengan temperatur tinggi dengan tujuan agar batu bata mengeras dan tidak hancur jika terendam dalam air. Pemanfaatan bahan limbah yang ramah lingkungan juga perlu dipertimbangkan sebagai bahan campuran batu bata. Untuk itu, peneliti mencoba menggunakan bahan pencampur yang salah satunya adalah abu sekam padi, abu ampas tebu dan abu batu bara (fly ash). Sekam padi merupakan bahan berlignoselulosa seperti biomassa lainnya namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50 % selulosa, 25 30 % lignin, dan 15 20 % silika (Ismail,1996). Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan abu yang dikenal di dunia sebagai RHA (rice husk ask). Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu 400o 500o C akan menjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari 1.000o C akan menjadi silika kristalin. Konversi sekam padi menjadi abu silika setelah mengalami proses karbonisasi juga merupakan sumber pozzolan potensil sebagai SCM (Supplementary Cementitious Material). Abu sekam padi memiliki aktivitas pozzolanic yang sangat tinggi sehingga lebih unggul dari SCM lainnya seperti fly ash, slag, dan silica fume. Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah beriklim tropis. Dalam proses produksi di pabrik gula, ampas tebu yang dihasilkan sebesar 90% dari setiap tebu yang diproses, gula yang termanfaatkan hanya 5%, sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air. (Siregar, 2010). Selama ini pemanfaatan ampas tebu (sugar cane baggase) yang dihasilkan masih terbatas untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula. Abu ampas tebu (bagasse ash) merupakan hasil perubahan kimiawi dari pembakaran ampas tebu murni dalam boiler yang menjadi limbah. Hasil pembakaran dalam boiler ini diperoleh abu ampas tebu yang menjadi limbah dan belum dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Abu ampas tebu ini terdiri dari garam-garam anorganik dan kaya akan silica (Si). Menurut penelitian terdahulu, silica sangat potensial digunakan dalam bidang geoteknik terutama dalam perkuatan tanah. Abu batu bara (fly ash) mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO 2 ) yang dapat bersifat pozolan, alumina (Al 2 O 3 ), fero oksida (Fe 2 O 3 ), dan kalsium oksida (CaO), serta 542 2

Abdurrohmansyah, Idharmahadi Adha, Buktin Hadi Ali unsur tambahan lain seperti magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO 2 ), alkalin (Na 2 O dan K 2 O), sulfur trioksida (SO 3 ), pospor oksida (P 2 O 5 ), dan karbon. Di Lampung banyak terdapat limbah batubara (fly ash) yang diperoleh dari pembakaran batubara yang dilakukan oleh PLTU Tarahan, Lampung. Sampai saat ini belum banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau memanfaatkan limbah tersebut. Hal ini disebabkan karena limbah batubara mencemari udara maupun lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan. Selain itu bahan additive fly ash di Lampung masih sangat jarang dimanfaatkan, dan banyak pula yang belum mengetahui sifat fisik dan karakteristik serta hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas dari batu bata yang menggunakan fly ash. Seperti kuat tekan suatu batu bata, dan seberapa besar bahan additive fly ash dicampur dengan tanah yang diambil jenis atau klasifikasi tanah lempung. Berdasarkan penjelasan diatas, perlu dilakukan penelitian yang objektif terhadap pembuatan batu bata menggunakan tanah yang bagi sebagian besar pengusaha batu bata berkualitas buruk, dimana abu ampas tebu digunakan sebagai campuran pada pembuatan batu batasehingga limbah abu ampas tebu dari perusahaan gula tidak terbuang sia-sia, tetapi dapat menambah kekuatan batu bata tersebut sehingga dapat menghasilkan batu bata dengan kualitas yang baik yang dapat dijadikan pilihan alternatif oleh masyarakat. 2. TINJAUAN PUSTAKA Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu yang sangat panjang dan morfologi tertakrifkan (Schroeder,1984). Bahan tanah tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan padat organik, air, dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas batuan dan mineral primer, lapukan batuan dan mineral, serta mineral sekunder. Bahan padat organik terdiri atas sisa tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup penghuni tanah, termasuk akar tumbuhan hidup. Air mengandung berbagai zat terlarut sehingga disebut juga larutan tanah. Klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya (Bowles, 1984). Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket dan sangat lunak (Das, 1995). Selama pembakaran sekam padi menjadi abu, zat-zat organik akan hilang dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika. Selain itu, perlakuan panas pada silika dalam sekam padi manghasilkan perubahan struktural yang berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas pozzolan dan kehalusan butir abunya. Secara umum faktor suhu, waktu dan lingkungan pembakaran harus dipertimbangkan dalam proses pembakaran sekam padi untuk menghasilkan abu yang mempunyai tingkat reaktivitas maksimal. Karena sekam padi mengandung senyawa organik berupa lignin dan chetin, selullosa hemiselullosa, senyawa nitrogen, lipida, vitamin B dan asam organik, (Ismail, 1996). Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah beriklim tropis. Dalam proses produksi di pabrik gula, ampas tebu yang dihasilkan sebesar 90% dari setiap tebu yang diproses, gula yang termanfaatkan hanya 5%, sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air. (Siregar, 2010). Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat 543

Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive Abdurrohmansyah, Buktin, (Abu Ahmad Sekam Zakaria, Idharmahadi Padi, Abu Ofik Ampas Taufik Adha, Tebu... Purwadi. Hadi Ali pembangkit listrik. Fly ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah mengalami fusi selama pembakarannya. Partikel-partikel fly ash yang terkumpul pada presipator elektrostatik biasanya berukuran silt (0.074-0.005 mm). Bahan ini terutama terdiri dari silikon dioksida (SiO 2 ), aluminium oksida (Al 2 O 3 ), dan besi oksida (Fe 2 O 3 ). Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. (Ramli, 2007). 3. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Sampel tanah dan Bahan additive abu sekam padi berasal dari Desa Yoso Mulya, Metro Timur abu ampas tebu (bagasse ash) berasal dari PT. Indo Lampung Perkasa dan bahan additive abu batu bara (fly ash) diperoleh dari pembakaran batu bara yang berasal dari industri batu bara pabrik PLTU Tarahan. 3.2. Metode Pencampuran Sampel Tanah Dengan Bahan Additive Bahan Additive di campur dengan sampel tanah yang telah tertahan saringan no.200 (0.075 mm) pencampuran sampel dengan cara mengaduk tanah dengan bahan additive yang dicampur dalam wadah dengan memberi penambahan air. Tanah yang sudah tercampur dengan bahan additive lalu diperam selama 14 hari, setelah diperam tanah campuran siap untuk dicetak di mesin cetakan batu bata. Ukuran batu bata dibuat sesuai dengan ukuran sampel benda uji, yaitu T : 5 cm, L : 5 cm, P: 5 cm. Gambar 3. Sample Benda Uji Batu Bata. 3.3. Pelaksanaan Pengujian Pengujian ini dilaksanakan terhadap sebuah sampel tanah lempung yang dilakukan di Laboratorium Geoteknik Fakultas Teknik Universitas Lampung. Adapun pengujianpengujian tersebut adalah sebagai berikut: 3.3.1. Pengujian Sampel Sifat Fisik Tanah a. Pengujian Kadar Air. b. Pengujian Berat Jenis. c. Pengujian Batas Atterberg. d. Pengujian Berat Volume (Unit weight). 544

Abdurrohmansyah, Idharmahadi Adha, Buktin Hadi Ali Di mana : Wc = Berat ring (gr) V = Volume ring bagian dalam (t/m 3 ) Wcs = Berat ring dan tanah (gr) W (Wcs Wc) = berat tanah (gr) γ = Berat volume (gr/cm 3 atau t/m 3 ) Pi=[ (Wbi Wci) ] x100 % (1) Wtotal e. Pengujian Analisa Saringan (Sieve Analysis). Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan (Pi) qi=100 % pi % (2) Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) : qi=100 % pi % (3) q(1+ 1)=qi p(i+1) (4) Di mana : i = 1 (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter maksimum sampai saringan No. 200) 3.3.2. Pengujian Sampel Batu Bata a. Pengujian Kuat Tekan σ= F A (5) Di mana : F = Beban hancur (kg) A = Luas bidang tekan (cm 2 ) b. Pengujian Daya Serap Air p= Mb Mk Vb x 1 x100 % (6) pair Di mana : Ρ = Daya serap air (%) Mb = Massa basah sampel setelah di rendam (gr) Mk = Massa kering sampel sebelum di rendam (gr) Vb = Volume benda uji (cm 3 ) 545

Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive Abdurrohmansyah, Buktin, (Abu Ahmad Sekam Zakaria, Idharmahadi Padi, Abu Ofik Ampas Taufik Adha, Tebu... Purwadi. Hadi Ali 3.4. Urutan Prosedur Penelitian 3.4.1. Pencampuran Material Bahan Sebelum pencampuran material bahan,sampel tanah telah diuji sifat fisiknya, meliputi pengujian kadar air, analisis saringan, berat jenis, berat volume, batas atterberg, dan uji pemadatan tanah dimana nantinya akan didapat nilai kadar air optimum untuk pencampuran sampel. Setelah mengetahui data uji, maka campuran dapat dibuat dengan melakukan pencampuran tanah lempung + abu sekam padi + air, tanah lempung + abu ampas tebu + air, tanah lempung + abu batu bara (fly ash) + air, dengan komposisi masing-masing bahan campuran. 3.4.2. Pencetakan Batu Bata Setelah campuran teraduk dengan rata kurang lebih 3x24 jam, maka batu bata dapat dicetak. Langkah awal pencetakan batu bata yaitu menaruh bahan yang telah dicampur ke dalam mesin cetak (strength stress). 3.4.3. Pengeringan Batu Bata Proses pengeringan batu bata dilakukan secara bertahap, digunakan terpal atau penutup plastik dengan tujuan agar batu bata tidak terkena panas matahari langsung. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian panas matahari terlalu menyengat, akan mengakibatkan timbulnya retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Jika kondisi cuaca baik, proses pengangingan memerlukan waktu tujuh hari. Sedangkan jika kondisi udara lembab, proses pengeringan batu bata membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 14 hari. 3.4.4. Pembakaran Batu Bata Proses pembakaran batu bata harus berjalan seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu. Proses pembakaran dilakukan 2x24 jam setelah itu dilakukan proses pengujian kuat tekan. 3.4.5. Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan pada batu bata adalah untuk mendapatkan besarnya beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh batu bata. 3.5. Analisis Hasil Penelitian Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik hubungan serta penjelasan-penjelasan yang didapat dari: 3.5.1. Hasil yang didapat dari pengujian sampel tanah asli ditampilkan dalam bentuk tabel dan digolongkan berdasarkan sistem klasifikasi tanah AASHTO. 3.5.2. Dari hasil pengujian kuat tekan terhadap masing-masing campuran dengan kadar abu terbang setelah waktu pengeringan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengujian. 3.5.3. Dari seluruh analisis hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan tabel dan grafik yang telah ada terhadap hasil penelitian yang didapat. 546 6

Abdurrohmansyah, Idharmahadi Adha, Buktin Hadi Ali 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Tanah Asli Pengujian Sampel tanah asli diambil dari daerah Yosomulyo Metro Timur. Hasil pengujian Laboratorium, dapat dilihat seperti pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Hasil Uji Sampel Tanah Asli. Pengujian Hasil pengujian Analisa Saringan 64,33 % Kadar air 12,41 %. Berat jenis 2,56 gr Batas Cair (LL) = 38,66% Atterberg Batas Plastis (PL) = 21,62% Indeks plastisitas (PI) = 17,24% Pemadatan tanah Kadar air optimum (ωopt) = 18,00% Berat isi kering maksimum (γdmax) = 1,62 gr/cm 3 4.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Kuat tekan adalah kemampuan batu bata untuk menerima gaya tekan per satuan luas, sehingga kuat tekan tersebut dapat mengidentifikasikan mutu benda uji, dengan benda uji batu bata. Semakin tinggi nilai kuat tekan batu bata maka semakin tinggi mutu batu bata tersebut. Uji kuat tekan terhadap batu bata dilakukan pada dua kondisi, yaitu kondisi batu bata sebelum pembakaran dan kondisi batu bata setelah pembakaran. Hasil uji kuat tekan pada batu bata adalah sebagai berikut: 4.2.1. Uji Kuat Tekan Sebelum Pembakaran Uji kuat tekan sebelum pembakaran ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan batu bata tanpa melalui peroses pembakaran. Tabel 12. Nilai Kuat Tekan Rata-Rata Sebelum Pembakaran. No Kadar Campuran Nilai Kuat Tekan Rata-Rata (kg/cm 2 ) 1 Tanah + Abu Sekam Padi 5% 11,22 2 Tanah + Abu Ampas Tebu 15% 10,67 3 Tanah + Abu Batu Bara (Fly Ash) 15% 10,70 Gambar 7. Grafik Kuat Tekan Rata Rata Sebelum Pembakaran. 547

Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive Abdurrohmansyah, Buktin, (Abu Ahmad Sekam Zakaria, Idharmahadi Padi, Abu Ofik Ampas Taufik Adha, Tebu... Purwadi. Hadi Ali 4.2.2. Uji Kuat Tekan Pasca Pembakaran Uji kuat tekan pasca pembakaran ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan batu bata setelah melalui peroses pembakaran. Tabel 13. Nilai Uji Kuat Tekan Rata-Rata Pasca Pembakaran. No Kadar Campuran Nilai Kuat Tekan Rata-Rata (kg/cm 2 ) 1 Tanah + Abu Sekam Padi 5% 28,17 2 Tanah + Abu Ampas Tebu 15% 24,93 3 Tanah + Abu Batu Bara (Fly Ash) 15% 27,37 Gambar 8. Grafik Kuat Tekan Pasca Pembakaran. 4.2.3. Perbandingan Uji Kuat Tekan Sebelum Pembakaran dan Pasca Pembakaran Perbandingan ini dimaksudkan untuk mengetahui selisih nilai kuat tekan antara batu bata sebelum dan sesudah pembakaran. Tabel 14. Perbandingan Nilai Kuat Tekan Rata Rata Sebelum Pembakaran Dan Pasca Pembakaran. No Kadar Campuran Nilai Kuat Tekan Sebelum Nilai Kuat Tekan Pasca Pembakaran (kg/cm 2 ) Pembakaran (kg/cm 2 ) 1 Tanah + Abu Sekam Padi 5% 11,22 28,17 2 Tanah + Abu Ampas Tebu 15% 10,67 24,93 3 Tanah + Abu Batu Bara (Fly Ash) 15% 10,70 27,37 Gambar 9. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Rata - Rata Sebelum Pembakaran dan Pasca Pembakaran 4.2.4. Perbandingan Nilai Kuat Tekan Pasca Pembakaran Dengan Penelitian Terdahulu. 548 8

Abdurrohmansyah, Idharmahadi Adha, Buktin Hadi Ali Tabel 15. Perbandingan Nilai Kuat Tekan Rata - Rata Pasca Pembakaran dengan Penelitian Terdahulu. No Kadar Campuran Nilai Kuat Tekan Pasca Pembakaran Nilai Kuat Tekan Pasca Pembakaran Kadar Campuran (kg/cm 2 ) Penelitian Terdahulu (kg/cm 2 ) 1 Tanah + Abu Sekam Padi 5% 28,17 54,80 Tanah + Abu Sekam Padi 5% 2 Tanah + Abu Ampas Tebu 15% 24,93 20,36 Tanah + Abu Ampas Tebu 7,5% + Abu Sekam Padi 7,5% 3 Tanah + Abu Batu Bara (Fly Ash) 15% 27,37 29,36 Tanah + Fly Ash 7,5% + Abu Sekam Padi 7,5% Gambar 10. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Rata Rata Pasca Pembakaran. dengan Penelitian Terdahulu. 4.2.5. Hasil Pengujian Daya Serap Air Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui bayaknya air yang terserap kedalam batu bata yang yang tercampur dengan bahan additive setelah di rendam selama 24 jam. Tabel 18. Nilai Uji Serap Air Rata - Rata Pasca Pembakaran. No Kadar Campuran Nilai Daya Serap Air (%) 1 Tanah + Abu Sekam Padi 5% 13,94 2 Tanah + Abu Ampas Tebu 15% 12,92 3 Tanah + Abu Batu Bara (Fly Ash) 15% 13,39 549

Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive Abdurrohmansyah, Buktin, (Abu Ahmad Sekam Zakaria, Idharmahadi Padi, Abu Ofik Ampas Taufik Adha, Tebu... Purwadi. Hadi Ali Gambar 13. Grafik Serap Air Rata - Rata Pasca Pembakaran. 4.2.6. Hasil Pengujian Berat Jenis Pengujian berat jenis bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar campuran bahan additive terhadap berat jenis tanah asli. Tabel 19. Hasil Pengujian Berat Jenis Setiap Campuran. Kadar Campuran Nilai Berat Jenis ( gr ) Tanah + Abu Sekam Padi 5% 2,63 Tanah + Abu Ampas Tebu 15% 2,55 Tanah + Abu Batu Bara (Fly Ash) 15% 2,67 4.2.7. Hasil Pengujian Kadar Air Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar air didalam campuran bahan additive. Tabel 20. Hasil Pengujian Kadar Air Setiap Campuran. Kadar Campuran Nilai Kadar Air ( % ) Tanah + Abu Sekam Padi 5% 29,23 Tanah + Abu Ampas Tebu 15% 43,82 Tanah + Abu Batu Bara (Fly Ash) 15% 28,07 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap sampel batu bata dengan bahan dasar tanah dari Desa Yoso Mulyo Metro Timur, serta bahan additive abu sekam padi yang berasal dari Desa Yoso Mulyo Metro Timur, abu ampas tebu yang berasl dari PT. Indo Lampung dan abu batu bara (fly ash) yang berasal dari P.T PLN (PLTU) Tarahan maka diperoleh beberapa kesimpulan : 1. Hasil sampel tanah asli yang berasal dari desa Yoso Mulyo, Metro Timur digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sistem klasifikasi USCS yang digolongkan pada tanah 550 10

Abdurrohmansyah, Idharmahadi Adha, Buktin Hadi Ali berbutir halus dan termasuk ke dalam klasifikasi tanah yaitu tanah lanau atau lempung dengan plastisitas rendah (ML). 2. Dari hasil uji kuat tekan batu bata pasca pembakaran diperoleh nilai kuat tekan pada sampel batu bata campuran 5% abu sekam padi sebesar 28,17 Kg/Cm 2, sampel batu bata campuran 15% abu ampas tebu sebesar 24,93 Kg/Cm 2, sampel batu bata campuran 15% abu batu bara (Fly Ash) sebesar 27,37Kg/Cm 2. 3. Dari hasil pengujian kuat tekan batu bata sebelum pembakaran dan Pasca pembakaran diperoleh nilai kuat tekan tertinggi terdapat pada sampel batu bata dengan campuran 5 % Abu Sekam Padi.Dikarenakan pengaruh dari kandungan kimia SiO 2 (Silika) yang lebih tinggi terkandung pada abu sekam\padi. Sehingga benda uji dengan campuran abu sekam padi memiliki kuat tekan yang lebih besar dibandingkan dengan benda uji campuran abu ampas tebu dan benda uji campuran abu batu bara (Fly Ash). 4. pada campuran abu batu bara (Fly Ash) dan Abu Ampas Tebu Kandungan Silika lebih besar terdapat pada campuran abu ampas tebu. Tetapi kuat tekannya lebih besar terdapat pada campuran abu batu bara (Fly Ash). Dikarenakan ukuran butiran abu batu bara (Fly Ash) lebih kecil. Sehingga dapat mengisi rongga-rongga pada sample batu bata. 5. Tingginya nilai kuat tekan batu bata menggunakan campuran fly ash dan abu ampas tebu pasca pembakaran disebabkan karena berkurangnya volume udara dan ronggarongga pori pada partikel tanah. Dan bahan additive memiliki kandungan silika yang berpengaruh pada kekuatan batu bata. 6. Dari hasil uji penelitian sampel batu bata disimpulkan bahwa nilai kuat tekan batu bata rata-rata termasuk dalam kelas 25 berdasarkan SNI 15-2094 (2000). 7. Nilai kuat tekan pada sampel batu bata berpengaruh terhadap nilai kadar air yang terkandung pada sampel batu bata. Dikarenakan semakin kecil nilai kadar air yang terdapat pada sampel batu bata maka semakin besar nilai kuat tekannya. 8. Permukaan sampel batu bata juga mempengaruhi pada saat pengujian kuat tekan, karena nilai kuat tekan maksimum sampel uji batu bata akan didapat jika permukaan tekan sampel batu bata rata. DAFTAR PUSTAKA Bowles, J., 1984, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta. SNI 03-4164, 1996, Standar Nasional Indonesia tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Dinding Pasangan Bata Merah Di Laboratorium, Jakarta. SNI 15-2094, 2000, Standar Nasional Indonesia tentang Kuat Tekan Batu Bata, Jakarta. Das, Braja. M., 1995, Mekanika Tanah, (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid II, Erlangga, Jakarta. 551

Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive Abdurrohmansyah, Buktin, (Abu Ahmad Sekam Zakaria, Idharmahadi Padi, Abu Ofik Ampas Taufik Adha, Tebu... Purwadi. Hadi Ali Siregar, Nuraisyah, 2010, Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu dan Tanah Liat Pada Pembuatan Batu Bata, Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan. Ramli, 2007, Spesifikasi Batu Bata Merah, Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya. Ismail, 1996, Kandungan Kimia Pada Sekam Padi, Balai Penelitian Limbah Pertanian, Bandung, Dokuchaev, 1870, Mekanika Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta. Schroeder, 1984, Dasar Dasar Ilmu Tanah, Jilid I, Kanisius, Yogyakarta. 552 12