BAB I PENDAHULUAN. Ihsan Baleendah Bandung, yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sistem muskuloskeletal yang terkait bisa karena masalah pada tulang, sendi

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan bebas dari

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA TERAPI LATIHAN WILIAM S FLEXION DENGAN MCKENZIE EXTENSION PADA PASIEN YANG MENGALAMI POSTURAL LOW BACK PAIN

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Angka kejadian Ischialgia bawah hampir sama pada semua populasi

DAFTAR ISI... LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI... LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi LBP dalam 1 tahun, adalah dari 3,9% hingga 65% (Andersson,

BAB I PENDAHULUAN. keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digunakan untuk beraktivitas. Keluhan nyeri merupakan sensasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ET CAUSA MYOGENIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION. Oleh: Sugijanto

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. penelitian, ditemukan bahwa nyeri punggung bawah mengenai kira-kira %

BAB I PENDAHULUAN. Spine merupakan tulang penopang tubuh yang tersusun atas cervical

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah merupakan kasus yang banyak ditemui. dalam praktek sehari-hari, umumnya menyerang semua orang tanpa

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Sekitar 70-85% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konsep paradigma sehat menuju Indonesia sehat 2010, tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka menciptakan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB I PENDAHULUAN. Upaya dalam pembangunan kesehatan ditunjukkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dalam

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, biologis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR

BAB I PENDAHULUAN. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. lain olahraga dan pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari. Dalam olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan hidup setiap manusia. Definisi sehat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Low Back pain atau nyeri pinggang bawah sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Berdasarkan data rekam medik pada bagian fisioterapi RSUD Al- Ihsan Baleendah Bandung, yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit adalah nyeri pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah merupakan 50% pasien yang berkunjung ke bagian fisioterapi. Pasien yang datang menggambarkan keluhan mereka dengan nyeri pada saat duduk, bangun dari duduk atau nyeri waktu pasien berguling pada waktu tidur. Ada juga yang disertai dengan rasa nyeri atau kesemutan ketika berjalan. Nyeri pinggang bawah dapat disebabkan oleh banyak kondisi. Faktor yang sering biasanya adalah penuaan, trauma, infeksi, tumor. Diagnosis banding dapat dipersempit dengan adanya keluhan nyeri pada tungkai atau tidak. Hal yang sering mengacaukan diagnosis ini adalah adanya nyeri menjalar atau referred pain. Nyeri ini kadang juga disebabkan oleh lesi non neurologis dan non skeletal. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa nyeri pinggang bawah dapat berasal dari banyak struktur spinal (tulang belakang) termasuk ligamen, sendi facet, periosteum vertebra, otot dan fasia para vertebra, pembuluh darah, diskus intervertebralis dan akar saraf spinal. Kebanyakan orang dengan nyeri punggung bawah ringan dapat kembali beraktifitas normal tanpa terapi khusus. Penyebabnya berhubungan erat dengan pekerjaaan. Faktor resikonya meliputi aktifitas mengangkat 1

2 barang berat, duduk dan mengemudi, duduk berjam-jam (posisi tubuh yang statik), getaran, mengangkat beban membawa dan menarik beban, membungkuk dan memutar. Beberapa studi menemukan bahwa faktor psiko sosial seperti stress, cemas dan gangguan kognitif dan emosional juga dapat meningatkan resiko nyeri punggung bawah. Selain faktor pekerjaan obesitas dan kehamilan juga dapat menjadi penyebab nyeri pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah dapat juga terjadi pada orang tanpa resiko. Nyeri punggung bawah (NPB) didefinisikan sebagai nyeri dan rasa ketidaknyamanan, terlokalisasi di antara scapula dan di atas celah buttock, dengan atau tanpa nyeri menjalar ke tungkai (Van Tulder et al, 2000). Nyeri punggung bawah adalah keluhan utama pasien, merupakan rasa sakit yang dialami di daerah tulang belakang dan paraspinal lumbosakaral, daerah gluteus dan daerah sendi hip. Salah satu penyebab low back pain yang sering dijumpai adalah disfungsi sakroiliaka. Dimana Low back pain merupakan gejala yang menunjukkan adanya kelainan pada sendi sakroiliaka sebagai sumber nyeri kronis. Penyebab ini berasal dari lokasi anatomi yang melekat pada struktur di sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka secara umum merupakan struktur anatomi yang bergabung dengan lumbal maka apabila sendi sakroiliaka ini mengalami masalah dapat menjadi penyebab nyeri punggung bawah. Disfungsi mekanik, seperti peradangan, infeksi, trauma, dan degenerasi berhubungan dengan gangguan pada sendi ini. Dalam prakteknya disfungsi sakroiliaka masuk ke dalam low back pain disamping hernia nukleus pulposus dan myofascial pain

3 syndrome yang sering dijumpai. Disfungsi sakroiliaka dapat dibedakan menjadi tiga kondisi yaitu, hipermobile dimana sendi terlalu banyak bergerak karena penurunan kekuatan otot dan laxity dari tendon, hipomobility merupakan suatu kondisi penguncian sendi sakroiliaka pada posisi tidak sesuai dengan anatomi yang disebabkan karena gerakan yang terlalu sedikit atau hipomobile baik pada satu ataupun kedua sisi dari sendi sakroiliaka dan subluxasi dari sendi sacroiliaka. Pada umumnya, manifestasi klinis atau gejala yang sering muncul pada disfungsi sakroiliaka dapat menimbulkan keluhan nyeri dan keterbatasan gerak (posterior torsion blokade) karena adanya pemendekan ligament iliolumbar dengan pola non capsular pattern dan firm end feel. Sehingga pada saat gerak ke arah anterior menimbulkan keluhan nyeri, karena adanya iritasi pada saraf sensorik dan penekanan pada saraf aferen somatik serta adanya reaksi pertahanan berupa guarding spasme yang terjadi secara iskemik yang dapat menimbulkan spasme pada otot-otot postural dan kelemahan otot otot penggerak di sekitar sakroiliaka karena merupakan sebuah bentuk kompensasi dari tubuh (Slipman et al, 2001). Temuan klinis yang terkait dengan gejala maupun tanda kondisi medis dan psikologis pada disfungsi sacroiliaka berupa gangguan mobilitas didaerah lumbal, sakroiliaka atau hip yang menyebabkan sakit pada punggung belakang dan pantat bahkan beberapa mengakibatkan nyeri menjalar sampai ke tungkai bawah. Menurut International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD), sacroiliac joint blockade digolongkan masuk ke dalam kategori gangguan yang terjadi pada sakrum (ICD-9 S33.6). Sedangkan International Classification of Functioning, Disability, and Health (ICF)

4 menggolongkan setiap patologi ke dalam tiga golongan impairment yaitu body function( b7201 Mobility of pelvis), body structure (s76003 Sacral vertebral colum) dan activities and participation limitation (d4106.shifting body centre gravity). Kemampuan fungsional merupakan kapasitas untuk melakukan fungsi atau kegiatan tertentu, termasuk kegiatan di luar rumah dan kegiatan di dalam rumah (Buakaew, 2003). Meskipun jarang menghasilkan kondisi yang serius, nyeri pinggang bawah dapat mengakibatkan keterbatasan yang signifikan saat di rumah maupun aktivitas kerja, serta merupakan penyebab utama disabilitas (Atlas, 2010). Fisioterapi dapat memberikan penanganan dimensi kuratif untuk kasus nyeri punggung bawah disfungsi sendi sakroiliaka. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi (Permenkes no 80, th 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Fisioterapis). Pada kondisi disfungsi sakroiliaka ini diperlukan terapi manipulasi dan exercise. Perlu diperhatikan postur dari lumbosakral saat duduk, berdiri, berjalan dan pada saat melakukan aktifitas. Manipulasi atau mobilisasi dari penghambat fungsi sakroiliaka perlu dilakukan. Terapi yang bisa digunakan adalah manual, atau semi aktifitas exercise, termasuk myofascial release pada

5 lumbo dorso fasia, relaksasi dari adduktor hip, piriformis, hamstring, quadratus lumborum, ilio psoas, latisimus dorsi, erektor spine juga tensor fascia lata. Manipulasi yang bisa dilakukan untuk kasus disfungsi sakroiliaka adalah traksi hip pada posisi ektensi, tranlasi os iliaka pada posisi tengkurap kearah inferior atau manipulasi os iliaka ke arah posterior. Manipulasi pada sakroiliaka akan meningkatkan ligkup gerak sendi dari sendi sakroiliaka dan melepaskan jaringan fibrous sehingga memberikan efek mobilisasi sendi sakroiliaka. Dengan meningkatkannya lingkup gerak akan meningkatkan kemampuan fungsional penderita. Traksi hip pada posisi ekstensi akan mengurangi keterbatasan gerak dari os iliaka kearah inferior dan anterior. Keterbatasan dari sakroiliaka ini menimbulkan nyeri saat penderita berjalan atau duduk. Selain menimbulkan nyeri keterbatasan ini juga akan mengakibatkan asimetri dari os ilium kanan dan kiri. Traksi hip ini akan mengurangi keterbatasan atau hambatan dari gerakan sendi sakroiliaka,mengurangi iritasi saraf dan memperbesar space sendi sacroiliaka.. Selain mobilisasi, fisioterapi dapat memberikan terapi modalitas dengan terapi es, ultrasound, elektrikal stimulasi, iontophoresis, massage, serta exercise berupa William s flexion exercise, Mc. Kenzie s extension exercise dan hamstring flexibility exercise. William s flexion exercise adalah salah satu terapi latihan yang sering digunakan di klinis. Latihan ini dilakukan dengan cara meningkatkan stabilitas

6 lumbal melalui penguatan otot perut dan gluteus serta penguluran fleksor hip dan ekstensor punggung. Meskipun terapi latihan tertentu tidak dapat membantu selama fase akut, tapi berguna dalam mencegah kekambuhan dan memperbaiki gejala pada pasien yang telah menderita NPB kronis (Atlas, 2010). Modalitas lain yang sering digunakan untuk menangani disfungsi sacroiliaka adalah short wave diatermy (SWD). Penambahan SWD pada penanganan disfungsi sacroiliaka dapat meningkatkan waktu kerja dan mengurangi disabilitas. SWD adalah aplikasi terapiutik dengan arus frekuensi tinggi (Shakoor et al, 2010). SWD merupakan modalitas deep heating dengan frekuensi 27,12 MHz dan panjang gelombang 11,06 m. Berdasarkan uraian diatas serta melihat manfaat dari William s flexion exercise dan traksi hip pada posisi ektensi yang telah disebutkan, peneliti ingin membuktikan efektifitas dari ke-dua intervensi serta membandingkan intervensi mana yang lebih baik bagi pasien disfungsi sacroiliaca. Kenyataan di klinis, traksi hip pada posisi ektensi jarang di lakukan, tidak seperti William s flexion exercise yang banyak dipakai di setiap rumah sakit. Padahal telah disebutkan di atas bahwa mobilisasi dari sakroiliaka akan menurunkan nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional juga memberikan manfaat yang positif. Oleh karena itu penulis ingin meneliti perbedaan pemberian William s flexion exercise dan traksi hip pada posisi ektensi pada intervensi dalam menurunkan disabilitas pada pasien disfungsi sendi sakroiliaka.

7 B. Identifikasi masalah Pada kasus disfungsi sakroiliaka, masalah yang timbul adalah adanya hipermobility, hipobility dan subluxasi atau displacement. Ketiga penyebab itu akan menimbulkan gangguan fungsi dan mobilitas didaerah lumbal, sakroiliaka atau hip yang menyebabkan sakit pada punggung belakang dan pantat bahkan beberapa mengakibatkan nyeri menjalar sampai ke tungkai bawah. Hipomobility sakroiliaka disebabkan oleh ketegangan dari otot dan ligamen penyangga sakroiliaka,sehingga sendi dalam posisi mengunci atau blocked. Ketegangan terjadi karena strain atau peradangan. Sedangkan hipermobility disebabkan menurunnya kekuatan otot oleh beban yang berlebihan pada tungkai, regangan pada sendi sakroiliaka, biasanya pada wanita yang sedang mengandung tau setelah melahirkan. Masalah yang timbul dari gangguan fungsi sendi sakroiliaka ini adalah adanya nyeri, keterbatasan gerakan sendi panggul dan ketidak seimbangan dari otot-otot penyangga sendi sakroiliaka, yaitu musculus gluteus maximus dan minimus, musculus piriformis, musculus biseps femoris, musculus guadratus lumborum, musculus erektor spine, musculus psoas mayor. Sedangkang ligamen yang menyangga sendi sakroiliaka terdiri dari ligamen sacrospinosus, sacrotuberosus, interroseus, posterior sakroiliaka. Pemeriksaan untuk menentukan adanya disfungsi sacroiliaka meliputi beberapa tes diantaranya pada test khusus dapat dilakukan dengan Laslett s

8 Cluster Number Two antara lain distraction test, thigh thrust,gaenslen s test, compression test, dan sacral thrust, yang merupakan test kombinasi provokasi nyeri pada sendi sakroiliaka. Kelima test ini diberikan pada sendi sakroiliaka dan apabila 3 dari 5 tes menimbulkan nyeri pada penderita yang positif mengalami disfungsi sacroiliaka juga dapat digunakan sebagai test mobilitas dari sakroiliaka apakah terjadi unstabil, hipomobilitas maupun hipermobilitas. Selain itu diperlukan pemeriksaan mulai dari anamnesis sampai pada pemeriksaan fungsional dengan menggunakan Oswestry Disability Index yang akan menunjukkan adanya penurunan pada kemampuan fungsional karena nyeri yang timbul akibat disfungsi sacroiliaka. Modalitas yang sering digunakan untuk menangani disfungsi sacroiliaka adalah short wave diatermy (SWD). SWD kontinyu atau biasa disebut CSWD dapat membantu untuk meringankan nyeri dan spasme otot, mengatasi inflamasi dan mengurangi pembengkakan, meningkatkan vasodilatasi, meningkatkan ketahanan jaringan ikat, meningkatkan jangkauan sendi dan mengurangi kekakuan sendi. Tujuan utama dari terapi disfungsi sakroiliaka ini adalah stabilisasi dan mobilisasi dari sendi sakroiliaka. Stabilitas adalah sebuah proses dinamik yang meliputi dua hal yaitu posisi yng statis dan gerakan yang terkontrol (Dougherty, 2005). Stabilitas sebagai suatu tindakan dilakukan oleh kerja antara tiga sistem, pasif, aktif dan persarafan. Pasif terdiri dari osseus, articular, ligamen, aktif mengacu pada otot dan tendon. Sedangkan saraf menyediakan aksi neuromuskular kontrol berupa afferen (propiroseptif) dan efferen yang berupa koordinasi. Sehingga terapi yang disarankan exercise terapi juga manual

9 terapi. Exercise dengan William s flexion exercise akan berfungsi menguatkan otot-otot abdomen yang terdiri dari musculus rectus abdomen, transversus abdomen, obligus internus, obligus ekternus. juga peyangga dari sendi sacroiliaca yaitu musculus gluteus maximus dan minimus, musculus piriformis, musculus biseps femoris, musculus guadratus lumborum, musculus erektor spine, dan ilio psoas. Sehingga akan meningkatkan stabilisasi juga mobilisasi pada regio sakroiliaka. Traksi hip pada posisi ekstensi akan memobilisasi gerakan dari os iliaca ke arah anterior inferior, sehingga akan mengurangi keterbatasan gerakan os iliaka pada sakrum. Penelitian ini ditujukan untuk melihat perbedaan antara intervensi SWD dan William s flexion exercise dengan intervensi SWD dan traksi hip pada posisi ekstensi dalam menurunkan disabilitas pasien disfungsi sakroiliaka C. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat disimpulkan oleh peneliti pada kasus disfungsi sakroiliaka ini adalah : 1. Apakah intervensi SWD dan William s flexion exercise dapat menurunkan disability pada kondisi disfungsi sakroiliaka? 2. Apakah intervensi SWD dan manual traksi hip pada posisi ekstensi dapat menurunkan disability pada kondisi disfungsi sakroiliaka? 3. Apakah intervensi SWD dan manual traksi hip pada posisi ekstensi lebih baik daripada intervensi SWD dan William s flexion exercise dalam menurunka disabilitas pada kondisi disfungsi sakroiliaka.

10 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk membuktikan bahwa intervensi SWD dan manual traksi hip posisi ekstensi lebiih baik daripada intervensi SWD dan William s flexion exercise terhadap penurunan disabilitas pada kondisi disfungsi sakroiliaka. 2. Tujuan kusus a. Untuk mengetahui intervensi SWD dan William s flexion exercise dapat menurunkan disabilitas pada kondisi disfungsi sakroiliaka. b. Untuk mengetahui intervensi SWD dan traksi hip pada posisi ekstensi dapat menurunkan disabilitas pada kondisi disfungsi sakroiliaka. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dari kasus disfungsi sakroiliaka ini, diharapkan dapat digunakan untuk : 1. Sebagai pengetahuan bahwa William s flexion exercise dan manual traksi hip pada posisi ekstensi merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang dapat digunakan sebagai teknologi alternatif dalam menangani pasien dengan kondisi disfungsi sakroiliaka 2. Untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mengenai kondisi disfungsi sakroiliaka dan cara menanganinya. 3. Sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis terapi latihan dan manual terapi pada kondisi disfungsi sakroiliaka.