BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konflik dan tindakan kekerasan dalam kehidupan manusia sekarang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. diaktualisasikan dalam bingkai formulasi kebijakan sosio-politis yang

Berbagai sengketapertanahan akan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

ANALISIS YURIDIS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI INDONESIA (Studi Kasus di Mesuji Sumatra Selatan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

KONFLIK AGRARIA. (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflictus), yaitu makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

ANALISA KONFLIK MESUJI

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia seringkali menjadi sorotan karena konflik pertanahan. Hafid

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan hukum ataupun Pemerintah pasti melibatkan soal tanah, oleh

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

I. PENDAHULUAN. menyejahterakan masyarakatnya, salah satu dari kekayaan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan faktor yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang ini disebut sebagai Blue Collar. Sedangkan yang melakukan

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

I. PENDAHULUAN. Dengan adanya hukum, hak-hak serta kewajiban-kewajiban anggota masyarakat

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan)

KONFLIK TANAH DI MESUJI Studi Tentang Sebab dan Dampak Konflik Pemilikan Tanah Di Kabupaten Mesuji Terhadap Masyarakat Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial. tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manusia dalam masyarakat sangatlah majemuk. orang pendatang yaitu korban kerusuhan Sampit.

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di

SENGKETA TANAH PERKEBUNAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Mataram Jaya, Kecamatan Mesuji Raya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik dan tindakan kekerasan dalam kehidupan manusia sekarang ini semakin meningkat bahkan tidak sedikit korban yang berjatuhan. Secara khusus dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, konflik dan tindakan kekerasan meningkat dengan melibatkan berbagai elemen bangsa ini, terutama kelompok-kelompok masyarakat satu dengan lainnya. Konflik juga mencakup berbagai bidang kehidupan, konflik bisa mengandung makna positif tetapi juga makna negatif yang tidak terhindarkan bahkan dapat menimbulkan korban dan berdampak pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Webster, istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. 1 Jadi konflik secara etimologis bisa berarti pertengkaran, percekcokan, perkelahian, perselisihan tentang pendapat atau keinginan; atau perbedaan; pertentangan; berlawanan dengan; berselisih dengan. 2 Lebih lanjut konflik dilihat sebagai persaingan antara dua kelompok masyarakat sosial yang mempunyai kebudayaan hampir sama bahkan berbeda. Dalam ilmu sosial, konflik dipandang sebagai pertentangan antara anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. 1 Dean G. Pruitt, Jeffrey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 9. 2 W. J. S. Poerwodarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia; edisi ke-2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 519.

Konflik juga lebih dipahami sebagai kondisi atau keadaan tidak berfungsinya komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau gejala pertengkaran dalam masyarakat yang terintegrasi dengan tidak sempurna sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bahkan konflik dapat diartikan sebagai perwujudan dari adanya pertentangan antara dua hal atau lebih yang secara terang-terangan atau tersembunyi. 3 Menurut Rusmadi Murad, konflik identik dengan sengketa ataupun masalah. Sengketa itu juga berlaku dalam berbagai bidang termasuk agraria. Sifat suatu konflik yang berhubungan dengan bidang pertanahan atau agraria ada beberapa macam, misalnya persoalan yang menyangkut prioritas untuk dapat ditetapkan sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak, atau tanah yang belum ada haknya, kekeliruan atau kesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan yang kurang benar dan sengketa yang mengandung unsur-unsur sosial praktis atau yang bersifat strategis. 4 Konflik dapat digolongkan menjadi dua hal, yaitu yang pertama, konflik dianggap sebagai sesuatu yang ada dan selalu mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Kedua, adalah pertikaian terbuka seperti perang, revolusi, pemogokan dan perlawanan. 5 Dengan demikian menurut penulis, konflik merupakan perlawanan, perselisihan dan pertentangan untuk mencapai suatu 3 James D. Adam, Peranan Teori Konflik dalam Interaksi Bisnis, Jurnal Bisnis dan Usahawan, Vol. 6, Nomor 2,(Januari 2008), 139. 4 Rusmadi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Hak Atas Tanah, (Bandung: Alumni, 1991), 23. 5 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993) dalam buku: Bertholomeus Bolong, Memeburu Hak Mengorbankan Persaudaraan: Potret Konflik Pengklaiman Hak Atas Tanah Di Ngada, (Yogyakarta: BIGRAF Publishing Bekerjasama dengan Penerbit SAN JUAN, 2005), 9. 2

tujuan dengan mengorbankan pihak yang dihadapi sebagai lawan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku. Konflik di antara dua unsur struktur sosial ini sendiri merupakan perkembangan yang menarik dan penting dalam sebuah perkembangan sejarah atau perubahan. Tetapi juga konflik itu memiliki makna krusial, karena salah satu unsurnya adalah kelompok masyarakat, yang didalamnya terkait dengan individu itu sendiri. 6 Kenyataannya dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari masalah atau konflik baik itu dalam keluarga, kelompok komunitas, masyarakat bahkan bangsa dan negara di tingkat Nasional maupun Internasional. Maka para ahli perspektif konflik masa kini melihat bahwa konflik merupakan fenomena yang selalu ada dalam kehidupan sosial dan sebagai hasilnya masyarakat senantiasa berada dalam perubahan yang terus-menerus. 7 Konflik yang terjadi dalam masyarakat beraneka ragam, di antaranya adalah konflik antar suku, konflik antar etnik, konflik antar pemeluk agama, bahkan konflik yang terjadi antara pemilik modal atau kapitalis dengan kaum petani. Salah satu konflik yang berkepanjangan sampai saat ini adalah konflik antara perusahaan perkebunan dengan pemilik lahan di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung dan Kecamatan Mesuji Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, yang berakhir dengan kematian beberapa warga masyarakat. Warga di antara dua daerah ini, merupakan warga yang memiliki tanah sejak menempati lokasi-lokasi yang ada sebagai peserta Cipta, 2009), 51. 6 James c. Coleman, Dasar-dasar Teori Sosial, (Bandung: Nusa Media,2008), 701. 7 Rohim H. Syaiful, Teori Komunikasi, Perspektif, Ragam dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Rineka 3

transmigrasi dengan penghasilan relatif cukup dari perkebunan sawit yang dimilikinya. Sehingga dengan hasil yang mereka peroleh cukup untuk membiayai beberapa anak bersekolah sampai tingkat pendidikan tinggi. Tragedi yang terjadi ini berawal dari berlarut-larutnya proses ganti rugi lahan milik warga oleh perusahaan, setelah perusahaan berjanji akan memberikan ganti rugi yang sesuai tetapi tidak terwujud. Namun fakta yang ada bahwa setelah PT. Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI) masuk dan beroperasi dengan menguasai tanah perkebunan sejak tahun 1994, maka kehidupan perekonomian mereka semakin berkurang, jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Akibatnya kesejahteraan warga masyarakat di daerah itu merosot jauh dari yang mereka harapkan dan penghasilan mereka sebagai petani sawit juga mulai menurun. Beberapa warga mengakui bahwa, sebelum masuknya perusahaan ke daerah ini, secara ekonomi mereka makmur, bahkan sepuluh dari anak-anak petani ini berhasil disekolahkan sampai memperoleh gelar sarjana. Kondisi tekanan ekonomi inilah yang membuat warga masyarakat menuntut ganti rugi atas lahan milik mereka yang selama ini dikuasai oleh perusahaan. 8 Perusahaan menjajah hak-hak warga masyarakat setempat, karena menggarap lahan dan memanfaatkan lahan perkebunan yang sebenarnya adalah milik warga dengan sebebas-bebasnya. Namun perusahaan tidak sepenuhnya mengganti kerugian atas lahan yang digunakan tersebut. Berdasarkan kenyataan ini warga masyarakat yang merasa dirugikan dengan sikap 8 Novri Susan, Negara Gagal Mengelola Konflik, Demokrasi dan Tata Kelola Konflik di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 73. 4

perusahaan yang sewenang-wenang itu, melakukan protes terhadap perusahaan agar bersikap adil kepada mereka sebagai pemilik lahan dan menuntut janji perusahaan untuk memberi ganti rugi. Namun perusahaan dengan kekuatan yang dimiliki 9 mengklaim bahwa lahan tersebut adalah miliknya, bahkan mempekerjakan mereka sebagai buruh dengan upah yang tidak sesuai. "Kami dipekerjakan sebagai buruh perusahaan di perkebunan dalam sebulan hanya sepuluh hari dengan upah kerja per hari Rp 31.000 dan upah itu di luar biaya transportasi kami keluar-masuk areal perkebunan milik perusahaan," kata Koko. Warga mengaku sudah jengah dengan tindakan kesewenang-wenangan perusahaan terhadap mereka sebagai petani kecil. 10 Di samping itu, masih pengakuan warga, ketika mereka memanen sawit di salah satu kebun milik warga yang juga diklaim oleh perusahaan sebagai milik perusahaan, tiba-tiba didatangi oleh petugas keamanan perusahan dan Pamswakarsa. 11 Secara langsung salah satu motor warga diikat dan ditarik paksa dengan menggunakan truk, bahkan satu di antara rekan mereka hilang tanpa jejak. Oleh karena itu "Kami beramai-ramai mendatangi kantor kepolisian bermaksud mengambil motor dan menanyakan di mana keberadaan saudara kami, tapi belum saja kami sampai dan bertanya, anggota kepolisian memberondong kami dengan peluru tajam," ujarnya. Dalam insiden itu, satu warga tewas. Kemarahan warga pun semakin memanas dan akhirnya 9 Perusahaan menggunakan jasa petugas keamanan (Polisi dan TNI) sebagai backing untuk mempertahankan kekuasaan yang mereka miliki. Petugas keamanan di gaji oleh perusahaan untuk menjaga keamanan. 10 Warga Mesuji: Kami Pernah Makmur Sebelum Mereka Caplok Tanah Kami!, Republika Online, 6 Januari 2012. 11 Pamswakarsa adalah tim pengamanan khusus yang dibentuk oleh pihak perusahaan dengan didukung oleh aparat keamanan. 5

membakar gedung-gedung milik perusahaan tersebut. Di sana juga warga masyarakat masih dihujani dengan peluru oleh aparat dan pihak keamanan perusahaan. 12 Insiden ini dinilai sebagai salah satu kasus besar bentuk pelanggaran HAM yang bermula dari konflik tanah di wilayah Provinsi Lampung, yakni PT. BSMI yang menguasai lahan milik warga tanpa melalui proses ganti rugi. Dari peristiwa ini terdapat korban meninggal dunia. 13 Di samping itu juga Konflik perambahan hutan dan penguasaan tanah Register 45 yang dilakukan oleh para perambah dengan pihak keamanan dan tim penertiban Kawasan Hutan Produksi (KHP) Register 45 Mesuji. Masyarakat yang datang dan mendiami wilayah Register 45 ini awalnya membeli tanah dari oknum-oknum tertentu yang menjual tanah milik negara ini dengan bebas. Sehingga para perambah ini merasa keberatan untuk meninggalkan tanah yang sudah mereka tempati selama belasan tahun. Keadaan demikian inilah yang memicu semangat dan emosi warga masyarakat untuk melakukan protes terhadap perusahaan menuntut ganti rugi atas lahan mereka yang dikuasi perusahaan sebagai milik perusahaan sejak tahun 1996 melalui perluasan lahan yang dilakukan oleh perusahaan. Akibatnya, protes ini menimbulkan konflik dan kekerasan terhadap warga masyarakat yang memuncak pada 10 November 2011, sehingga menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik itu harta maupun nyawa sebagai korban dari konflik mempertahankan tanah warga setempat. Akumulasi korban jiwa dari 12 Ibid, Republika Online. 13 DPR: Proses Hukum Pembantaian Mesuji, Republika, 16 Desember 2011, 11. 6

mulai muncul sengketa perebutan lahan ini sampai pada saat pecahnya konflik masih simpang siur. Namun ada beberapa sumber yang mengatakan sudah sebanyak tiga puluh orang tewas. 14 Bahkan warga harus kehilangan hak ekonomi, sosial, jaminan keamanan dan politik sebab lahan yang menjadi sumber penghidupan mereka di sabotase oleh perusahaan, sementara negara tidak berpihak kepada rakyat sebagai pemilik lahan yang diterlantarkan. Sedangkan disisi lain perusahaan juga mengalami kerugian materi yang cukup besar karena konflik yang terjadi. Konflik kepemilikan tanah yang terjadi ini belum sepenuhnya mendapatkan perhatian serius dari pihak-pihak terkait dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu menyikapi permasalahan di bidang pertanahan bukanlah pekerjaan sederhana. Di antara berbagai permasalahan tersebut, status kepemilikan atau penguasaan tanah perlu dicarikan jalan keluar yang tepat. Di samping itu konflik di bidang pertanahan ini membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat setempat, terutama di bidang ekonomi, sosial, politik, keamanan dan psikologis bagi korban konflik. Persoalan ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Dari latar belakang di atas, yakni konflik kepemilikan tanah di sebagian besar wilayah Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, dapat dilihat bahwa persoalan itu sangat serius sehingga perlu mendapat perhatian sungguhsungguh dari semua pihak terutama pemerintah dan unsur-unsur terkait dalam penyelesaiannya, karena konflik yang terjadi selama ini berdampak pada sendi- 14 Pimpinan Polri Turun Langsung ke Mesuji, Bisnis Indonesia, 16 Desember 2011, 12. Dan Ibid, Novri Susan, Negara Gagal Mengelola Konflik, 73. 7

sendi kehidupan masyarakat setempat. Persoalan inilah yang menjadi daya tarik bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Penulis berharap agar hasil penelitian ini akan menjadi sumbangan yang positif bagi pihak-pihak terkait terutama pemerintah dalam penyelesaian berbagai konflik di tanah air Indonesia terutama konflik kepemilikan tanah di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, konflik kepemilikan tanah yang terjadi di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung telah menimbulkan dampak yang berkepanjangan bagi masyarakat setempat, maka permasalahan yang dianggap penting untuk diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa sebab-sebab konflik pemilikan tanah di Mesuji? 2. Bagaimana dampak-dampak yang dialami oleh masyarakat setempat sebagai akibat dari konflik kepemilikan tanah yang terjadi? C. Tujuan Penelitian Tujuan pokok dari penelitian ini: 1. Mendeskripsikan sebab-sebab terjadinya konflik pemilikan tanah. 2. Mendeskripsikan dampak politik, ekonomi, keamanan, sosial budaya, lingkungan hidup, psikologis dan religius yang dialami oleh masyarakat setempat dari konflik kepemilikan tanah yang terjadi di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. 8

D. Metode Penelitian 1. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif. Metode Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan pelaku yang dapat diamati. 15 Metode penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran yang teratur dan sistematis serta akurat tentang fenomena konflik tanah dan dampak-dampak yang di alami oleh masyarakat setempat yang akan di teliti. 2. Unit Amatan dan Unit Analisa Unit amatan adalah masyarakat Kabupaten Mesuji secara umum dan khususnya adalah masyarakat setempat dan perusahaan-perusahaan yang terlibat langsung dalam konflik pemilikan tanah ini. Sedangkan unit analisa dalam penelitian ini, yaitu konflik pemilikan tanah yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji. 3. Batasan Penelitian Yang menjadi fokus dalam penelitian ini diarahkan pada pokok persoalan sebagai pemicu konflik pemilikan tanah dan akibat yang ditimbulkan dari konflik tersebut yaitu sebab-sebab dan dampak-dampak yang dialami oleh masyarakat dari konflik yang terjadi. Sebab-sebab utama terjadinya konflik 1994), 4. 15 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 9

pemilikan tanah di Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung merupakan bara api yang selama ini memanas. Sedangkan dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). 16 Dampak-dampak yang dialami dari konflik kepemilikan tanah ini adalah dampak keamanan, ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, psikologis dan Religius. 4. Sumber Data dan Teknik Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif yang memfokuskan pada perilaku manusia yang berhubungan dengan konflik dan dampak dari konflik itu, maka untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan tiga cara yaitu: a. Participant observation Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan makna di balik satu kegiatan. Dalam penelitian ini yang diamati adalah kegiatan masyarakat sehari-hari dengan berbagai latar belakang (ekonomi, sosial, politik, religius dan psikologis masyarakat sebagai korban sebelum maupun pasca konflik), khususnya dalam bentuk interaksi antar kelompok. b. Studi Kepustakaan (dokumenter) Mempelajari literatur serta dokumen yang berhubugan dengan masalah yang sedang diteliti. Tujuannya untuk memperdalam kajian teoritis dan analisis tentang masalah yang diteliti. 16 Ibid, 290. 10

c. Wawancara secara mendalam (depth interview) Mempermudah pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, maka wawancara dilakukan secara terbuka. Oleh karena itu peneliti menggunakan tape recorder, handycam, camera digital dan catatan. Memilih dan menentukan informan kunci (key informant) untuk diwawancarai karena dianggap cukup memahami masalah yang sedang diteliti. Informan Kunci adalah: 1) Pemerintah Kabupaten Mesuji 2) Tokoh Masyarakat 3) Pemerintah Kecamatan setempat 4) Kepala Kampung 5) Tokoh Agama E. Signifikansi Penelitian 1. Signifikansi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan memperkaya pembaca dan memberikan informasi yang cukup tentang dampak-dampak konflik kepemilikan tanah sebagai sebuah perubahan sosial yang terjadi khususnya di masyarakat Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. 2. Signifikansi Praktis Signifikansi praktis yang diharapkan dari penelitian ini bahwa penelitian ini akan menjadi salah satu alat pembanding sekaligus motivasi bagi pemerintah dan memperkaya upaya-upaya terhadap penyelesaian konflik 11

tanah yang telah terjadi selama ini dan memberikan satu pemahaman bagi perusahaan untuk bersikap adil dalam pengolahan dan pemanfaatan tanah di wilayah tersebut. F. Sistematika Penulisan Penulisan ini dibagi dalam lima bagian besar yaitu: Bab I: merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, signifikansi penelitian dan sistematika penulisan tesis ini. Bab II: berisi pendekatan teoritis yakni teori konflik dari beberapa tokoh konflik sosial, Bab III: berisi pendekatan empirik yaitu temuan-temuan dalam penelitian lapangan. Bab IV: berisi tentang analisis sebab-sebab terjadinya konflik dan dampak-dampak konflik kepemilikan tanah di Kabupaten Mesuji warga masyarakat. Dan Bab V: merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 12