KEPPRES 91/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN PASAL 1 PASAL 2

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH FEDERASI RUSIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH TURKMENISTAN MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN INTERNASIONAL

PERSETUJUANPERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN. Pasal 1. Pasal 2

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DJIBOUTI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA PALESTINA TENTANG KERJASAMA Dl BIDANG PARIWISATA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA INSTITUT PENELITIAN EKONOMI UNTUK ASEAN DAN ASIA TIMUR DENGAN SADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN PEROAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

KEPPRES 146/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SUDAN

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MOZAMBIK MENGENAI KERJSAMA EKONOMI DAN TEKNIK

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINT AH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH FEDERASI MIKRONESIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

KEPPRES 64/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Departemen Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Romania (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

Pasal 1. Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan dan saling tukar menukar pengalaman di bidang penerangan, mencakup :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengakui pentingnya asas-asas persamaan dan saling menguntungkan; Sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di rnasingmasing

PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN MAROKO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


BERHASRA T unruk meningkatkan hubungan baik berdasarkan kemitraan clan kerjasama antara penduduk kedua kota;

PERSETUJUANPERDAGANGAN ANT ARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA PASAL1

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Parlemen Republik Fiji, yang selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERASI NIGERIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

===========================================

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Singapura (selanjutnya disebut "Para Pihak");

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok,

~ ' REPUBLIK INDONESIA

KEPPRES 178/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MALI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

~. -~ :~~ \ ) ) '../ft

disebut sebagai "Para Pihak";

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA PASAL1 TUJUAN

PENGATURAN ANTARA. MENGINGAT hubungan dan kerjasama yang bersahabat yang telah ada antara Republik Indonesia dan Kerajaan Kamboja;

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI BANTUAN HIBAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERJASAMA EKONOMI DANTEKNIK ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

w,= REPUBLIJ[ INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DAN

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN TENTANG K.ERJA SAMA EKONOMI DAN TEKNIS ANTARA PEMERINTAH REPUBUK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRASI MYANMAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN ARSIP NASIONAL PUSAT REPUBLIK YAMAN MENGENAI KERJASAMA KEARSIPAN

KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERSETUJUAN

REPUBLIK INOONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DAN KANTOR PEMILIHAN FIJI

REPUBLIK INDONESIA. SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara; PASALI TUJUAN

DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN

REPUBLIK INDONESIA CONCERNING SISTER CITY COOPERATION

KEPPRES 53/1998, PENGESAHAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE INITIAL PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia, selanjutnya disebut 'Para Pihak';

REPUBLIK INDONESIA. MEMPERCAYAI bahwa kerja sama yang dilakukan akan membawa manfaat bagi para Pihak;

REPUBLIK INDONESIA. PASALI Tujuan

REPUBl.JK INDONESIA. Pemerintah Kata Jayapura, Republik Indonesia dan Pemerintah Kata Wewak, Papua Nugini, selanjutnya disebut sebagai para "Pihak";

REPUBLIK INDONESIA. SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara; PASAL 1 PEMBEBASAN VISA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ITALIA MENGENAI KERJASAMA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Jamaica selanjutnya disebut sebagai "Para pihak". Didorong keinginan untuk saling memperdalam dan. tali persaudaraan yang telah ada diantara kedua

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Republik Liberia (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak"),

(selanjutnya masing-masing disebut sebagai "Pihak" dan secara bersama sebagai "Para Pihak"),

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


PASALI TUJUAN PASAL II RUANG LINGKUP KERJASAMA. Ruang lingkup kerjasama di bawah Memorandum Saling Pengertian ini adalah sebagai berikut:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA

ditandatangani oleh kedua belah pihak.

~ REPUBLIK INDONESIA PERSETUJUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bidang penanggulangan bencana untuk kesejahteraan dan keselamatan rakyat di kedua negara;

KEPPRES 88/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK AFRIKA SELATAN

REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA. Memorandum Saling Pengertian an tara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia; menimbulkan ancaman yang nyata terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat kedua negara;

SOUTH CENTRE MENGENAI KERJA SAMA DALAM KEGIATAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark yang selanjutnya secara tunggal disebut "Pihak" dan secara bersama disebut "Para Pihak";

Dalam rangka untuk lebih memperkuat dan memperdalam hubungan persahabatan dan kerja sama yang telah ada antara Para Pihak;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 91/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN *47794 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 91 TAHUN 1998 (91/1998) TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Jakarta, pada tanggal 20 Pebruari 1998 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan Perdagangan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Yaman, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delagasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Yaman; b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden; Mengingat: Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945; MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN. Pasal 1 Mengesahkan Persetujuan Perdagangan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Yaman, yang telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta, pada tanggal 20 Pebruari 1998, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Yaman yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Arab dan Inggeris sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini. Pasal 2

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. INDONESIA, Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 23 Juni 1998 *47795 PRESIDEN REPUBLIK BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 Juni 1998 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA AKBAR TANDJUNG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 101 PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Yaman, selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak pada Persetujuan". Berkeinginan untuk mendorong dan memajukan hubungan perdagangan di antara kedua negara atas dasar saling menguntungkan. Telah menyetujui sebagai berikut: PASAL 1 Para Pihak pada Persetujuan berusaha memperluas dan meningkatkan dalam ruang lingkup pertukaran keuangan dan hubungan perdagangan antara kedua negara sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertuang di dalam Persetujuan ini dan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di kedua negara. PASAL 2 Masing-masing Pihak pada Persetujuan menyetujui Pihak lain di dalam hal memberikan perlakuan yang menguntungkan tidak kurang

daripada yang diberikan kepada negara lain yang berhubungan dengan peraturan-peraturan dan tatacara pabean, terutama dalam hal impor dan ekspor. Ketentuan-ketentuan ini tidak dapat diberlakukan untuk hak-hak istimewa dan konsesi-konsesi dimana Pihak lain telah atau akan memberikan kepada: a. Negara-negara tetangga dalam rangka untuk mendorong perdagangan tapal batas. b. Negara-negara dimana anggota-anggota dari kawasan perdagangan bebas atau serikat pabean dimana salah satu pihak menjadi anggota atau akan menjadi anggota. c. Negara-negara yang menjadi sahabat salah satu Pihak yang *47796 ingin lebih memanfaatkan perdagangan. d. Barang-barang yang diimpor oleh atau untuk program bantuan bencana alam. Pasal 3 Ekspor dan impor daripada barang-barang dan jasa-jasa di antara para Pihak pada Persetujuan dilakukan menurut peraturan-peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara praktek perdagangan internasional berdasarkan atas kontrak-kontrak yang telah dilakukan di antara perorangan dan badan hukum kedua negara. Pasal 4 Semua pembayaran yang timbul dari Persetujuan ini harus dilakukan di dalam mata uang internasional yang bebas dipertukarkan berdasarkan peraturan-peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di salah satu negara kecuali jikalau disetujui bersama di antara para Pihak pada Persetujuan ini. Pasal 5 Para Pihak pada Persetujuan harus mendorong dan mendukung kelanjutan pengembangan dan penganeka-ragaman daripada pertukaran perdagangan dan kerjasama ekonomi di antara kedua negara menurut peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di kedua negara. Pasal 6 Para Pihak pada Persetujuan harus mendorong pertukaran pakar, kunjungan-kunjungan dan pelatihan di antara kedua Kementerian terkait dan organisasi-organisasi yang berkaitan. Pasal 7 Para Pihak pada Persetujuan harus mendorong satu sama lain untuk turut partisipasi pada pekan raya dan pameran dagang

internasional yang diselenggarakan oleh kedua negara. Pasal 8 Hal-hal berikut yang berasal dari Pihak lain harus dibebaskan dari bea dan cukai apabila memasuki wilayah salah satu pihak sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku di kedua negara: a. contoh-contoh, katalog barang-barang, daftar-daftar harga, dan bahan-bahan lain yang bukan bernilai komersial terutama untuk periklanan. b. pameran-pameran, bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang dibuat untuk mendirikan dan menyiapkan bangunan ruang pamer. c. produk-produk tertentu pada butir (a) dan (b) tidak untuk dijual kecuali memperoleh ijin sebelumnya yang diberikan dan *47797 hanya setelah dibayarkan kewajiban dan bea cukainya. Pasal 9 Ketentuan-ketentuan Persetujuan ini tidak harus diberlakukan pada produk-produk dan bahan-bahan yang dilarang memasuki atau dipertukarkan atau dipergunakan di salah satu negara untuk alasan keagamaan, kesehatan, keamanan, kelestarian lingkungan, kebudayaan, atau perlindungan atas tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan melawan penyakit dan hama sesuai dengan Peraturan hukum dan Perundang-undangan yang berlaku di kedua negara. Pasal 10 Produk-produk pertanian, tumbuh-tumbuhan, hewan dan makanan yang diekspor dari salah satu Pihak kepada Pihak lain harus mematuhi persyaratan pertanian dan kesehatan yang berlaku di negara pengimpor, dan harus disertai dengan sertifikasi kesehatan yang dikeluarkan oleh instansi berwenang di negara pengekspor. Pasal 11 Para Pihak pada Persertujuan harus saling memberikan perlindungan atas kekayaan intelektual sesuai dengan Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Final Act Embodying the Result of the Uruguay Round of Multilateral Negotiation, yang telah ditandatangani di Marrakesh pada tanggal 15 April 1994. Pasal 12 Setiap perselisihan di antara para Pihak pada Persetujuan mengenai penafsiran atau pelaksanaan dari Persetujuan ini harus diselesaikan secara bersahabat oleh kedua Pihak pada Persetujuan

melalui saluran diplomatik. Pasal 13 Persetujuan ini mulai berlaku pada tanggal diterimanya pemberitahuan terakhir dimana Para Pihak pada Persetujuan saling memberitahukan melalui saluran diplomatik bahwa persyaratan konstitusional untuk berlakunya Persetujuan ini telah dipenuhi. Persetujuan ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun dan akan secara otomatis diperpanjang untuk jangka waktu setiap satu tahun kecuali salah satu Pihak pada Persetujuan mengakhiri dengan memberitahukan secara tertulis sedikitnya enam bulan sebelum masa Persetujuan ini berakhir. Salah satu Pihak pada Persetujuan dapat meminta, secara tertulis, perbaikan atau perubahan terhadap seluruh atau sebagian dari Persetujuan ini. Setiap perbaikan atau perubahan dimana telah disetujui oleh para Pihak pada Persetujuan mulai berlaku sejak tanggal sesuai penetapan dari Para Pihak pada Persetujuan. *47798 Pengakhiran Persetujuan ini tidak mempengaruhi terhadap keabsahan dan jangka waktu dari setiap pengaturan, kontrak dan kegiatan yang dilakukan di bawah Persetujuan ini sampai pengaturan-pengaturan, kontrak-kontrak atau kegiatan-kegiatan tersebut telah diselesaikan. Sebagai bukti, yang bertanda tangan di bawah ini yang diberi kuasa penuh oleh Pemerintah masing-masing telah menandatangani Persetujuan ini. Dibuat di Jakarta pada tanggal 20 Februari 1998 dalam rangkap dua dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Arab, semua naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama. Apabila terdapat perbedaan penafsiran atas Persetujuan ini, maka naskah bahasa Inggris yang berlaku. Untuk Pemerintah Republik Indonesia Ali Alatas Menteri Luar Negeri Untuk Pemerintah Republik Yaman Abdul-Kareem Al-Eryani Wakil Perdana Menteri Menteri Luar Negeri TRADE AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF YEMEN --------------------------------------------------------------

The Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Yemen, hereinafter referred to as the Contracting Parties. Desirous of enhancing and promoting trade relations between their respective countries on the basis of mutual benefits; Have agreed on the following : Article 1 The Contracting Parties shall work towards the expansion and the development of a range of commercial exchange or trade relations between their respective countries in accordance with the provisions stated in this Agreement and the laws and regulations in force in their respective countries. Article 2 Each Contracting Party shall accord to the other Party the Most Favoured Nation Treatment in matters relating to custom duties *47799 and rules and procedures pertaining to imports and exports. Theses provisions shall not be applicable to privileges and concessions which either Party has granted or may grant to : a. neighbouring countries in order to facilitate frontier trade b. countries who are members of a free trade zone or customs union that either Party has joined or may enter into c. countries who are engaged with either Party by trade preferences d. goods imported under or by virtue of relief programmes. Article 3 Exports and imports of goods and services between the Contracting Parties shall be carried out in accordance with the laws and regulations in force in each country, international trade practices based on contracts to be concluded between the natural and juridical persons of both countries. Article 4 All payments arising under this Agreement shall be made in freely convertible international currencies in accordance with the laws and regulations in either country unless otherwise specifically agreed upon between the Contracting Parties. Article 5 The Contracting Parties shall encourage and facilitate the

continuation of development and diversification of trade exchange and economic cooperation between the two countries in accordance with the laws and regulations in force in their respective countries. Article 6 The Contracting Parties shall encourage the exchange of expertise, visits, and training between the two concerned Ministries and their related organizations. Article 7 The Contracting Parties shall encourage each other to participate in exhibitions and international fairs which would be held in their respective countries. Article 8 The following items by the other Party shall be exampted from custom duties when entering the territory of either Party, in accordance with the customs laws and regulations in force in the two countries: a. samples, catalogues of goods, price-lists, and other materials of non-commercial value pertaining to advertising. b. exhibits, materials and tools designated for erection and *47800 prepartion of exhibition halls. c. products specified in (a) and (b) are not to be sold unless a prior permit is granted and only after the payment of their dues and custom duties. Article 9 The provision of this Agreement shall not apply on products and materials banned from entering or exchange or usage in either country for reason of religion, health, security, environment, culture, or protection of plants and animals against disease and pests in accordance with the laws and regulations force in the two countries. Article 10 Agricultural, plants, animal, and food products exported from either Party to the other Party shall comply with agricultural and health requirements in force in the importing country, and shall be accompanied by a health certificate issued by the concerned authority in the exporting country. Article 11

This Contracting Parties shall provide each other intellectual property protection in accordance with the Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights which forms an integral part of the Final Act Embodying the Results of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiation signed in Marrakesh on 15 April 1994. Article 12 Any dispute between the Contracting Parties on the interpretation or implementation of this Agreement shall be settled amicably by both Contracting Parties through diplomatic channels. Article 13 This Agreement shall enter into force on the date of receipt the last notification by which the Parties inform each other, through diplomatic channels, that their constitutional requirements for giving effect to this Agreement have been fulfilled. This Agreement shall remain in force for a period of five years and shall automatically be extended for subsequent periods of one year each unless either Party terminates it by giving written notification at least six months prior to its expiration. Either Party may request in writing revision or amendment of all or parts of this Agreement. Any revision or amendment which has been agreed to by Parties shall come into effect on such date as will be determined by the Parties. Termination of this Agreement shall not affect the validity and duration of any arrangements, contracts and activities made under this Agreement until the completion of such arrangements, *47801 contracts or activities. IN WITNESS WHEREOF, the undersigned, duly authorized thereto by their respective Governments, have signed this Agreement. DONE at Jakarta on this 20th day of February 1998 in duplicate in Arabic, Indonesia and English languages, all texts being equally authentic. In case of any divergence of interpretation the English text shall prevail. For the Government of the Republic of Indonesia ALI ALATAS Minister for Foreign Affairs For the Government of the Republic of Yemen ABDUL-KAREEM AL ERYANI Deputy Prime Minister Minister of Foreign Affairs