BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sedikit Membaca Kalam Tak Pernah Membaca Alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelayanan yang baik merupakan sesuatu hal yang harus

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan ahkirat. manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. berkembang disegala aspek kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia dalam keadaan saling membutuhkan, maka Allah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

BAB IV ANALISIS SIARAN MIMBAR AGAMA ISLAM TVRI STASIUN PUSAT JAKARTA. A. Analisis Materi Siaran Mimbar Agama Islam TVRI Stasiun Pusat

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUN. daya manusia. Dalam bidang kependidikan seorang guru harus berperan secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencetak individu yang berkualitas, pembentukan konsep diri yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan dan komunikan sebagai penerima pesan, melalui media

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan dapat menentukan tingkat kemajuan suatu negara. Terlebih

Mutiara Islahul Qulub 3

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MAKAR (Studi Analisis Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang Nomor: 188/Pid.B/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

EKO SAPUTRO F

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan alat pemuas untuk memenuhi kebutuhan manusia terbatas adanya,

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB I PENDAHULUAN. itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sepanjang hayat, berlangsung di rumah, di sekolah, di unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan yang telah didapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi yang harus diberikan kepada siswa pada setiap jenjang pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hakikat Hidup Sukses: Tafsir QS. Ali Imran 185

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting yaitu era globalisasi yang membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu-ilmu al-quran Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 37.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Prinsip-prinsip Pemahaman Qaulan dalam Al-Qur an sebagai Komunikasi Pendidikan Akhlak pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang merupakan cerminan untuk manusia, harus dapat diupayakan serta

Modul ke: Public Speaking. Ruang Lingkup Public Speaking. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman keagamaan terhadap anak melalui pembelajaran Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama individu hidup

BAB I PENDAHULUAN. berdakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Karena

Sesungguhnya dengan dzikir tenteramlah segala qolbu. (Al-Ra du: 28). 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan yaitu Hablumminalloh (berhubungan baik dengan Alloh)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu retorika mempunyai hubungan yang erat dengan dialektika yang

STAND UP BERGILIR SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa erat hubungannya dengan tugas perkuliahan. Menurut pandangan Kusuma

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara merupakan salah satu aktivitas penting dalam kehidupan manusia. Karena dengan berbicara dapat berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa komunikasi, seseorang tidak bisa mengembangkan potensinya, baik potensi untuk kaya, pintar, maju, menyambung silaturahmi, dan sebagainya. 1 Dengan kata lain, komunikasi adalah satu-satunya alat yang dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. 2 Bagi mahasiswa misalnya, dalam kesehariannya di kampus pasti tidak pernah lepas dari yang namanya presentasi di kelas, presentasi makalah, paper, atau skripsi. Oleh karena itu seorang mahasiswa, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab untuk menjadi presentator. Apabila mahasiswa berbicara di depan publik (dalam konteks ini adalah sesama mahasiswa di kelas) adalah suatu keharusan sehingga mau tidak mau seorang mahasiswa dituntut untuk bisa menjadi presentator yang baik. Diantaranya, bisa berpendapat, menyampaikan pikiran dan gagasan dalam pikirannya. 3 Dari seribu mahasiswa yang melakukan presentasi makalah di depan kelas, beberapa orang saja yang dapat mempresentasikan makalahnya dengan baik. Karena kemampuan berbicara di depan publik adalah ketakutan nomor satu yang dimiliki manusia setelah dilakukan riset oleh beberapa ahli. Sehingga tidak heran bila banyak orang yang tidak berani tampil di depan orang banyak. Hal ini 2013), h. 5 1 Balqis Khayyirah, Cara Pintar Berbicara Cerdas Di Depan Publik, (Jogjakarta: Diva Press, 2 Yusuf Al-Uqshari, Menjadi Pembicara Andal, (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 13 3 Balqis Khayyirah, op. cit., h. 6 1

2 disampaikan oleh salah satu seorang presenter di salah satu stasiun televisi di Indonesia, Najwa Shihab. Najwa shihab mengakui bahwa awalnya, ia juga takut untuk berbicara di depan umum. Namun, karena kebiasaannya mengikuti sebuah pelatihan, organisasi, dan sering menjadi panitia dalam sebuah acara, maka dengan sendirinya keberanian berbicara di depan umum muncul. Dengan pengalaman bertemu orang banyak dari organisasi dan beberapa acara, dengan sendirinya membentuk kemampuan berkomunikasi. Dapat diketahui, ketakutan berbicara di depan umum itu adalah ketakutan nomor satu dalam kehidupan manusia, dan biasanya disebabkan tidak percaya diri. 4 Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh mahasiswa jurusan Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 tentang kurangnya kemampuan berbicara. Mahasiswa yang bernama Muhammad Syafik jurusan Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 menyatakan bahwa: Masih merasakan kurang mampu dalam berbicara di depan kelas, dikarenakan kurang adanya rasa percaya diri akan kemampuannya dalam memahami mata kuliah. Apabila mereka mempunyai harapan, semangat dalam berpendapat dan menginginkan pendapat yang jelas, itu masih ada keterpaksaan dalam diri masing-masing mahasiswa. Agar mereka memperoleh nilai yang bagus atau kebanggaan tersendiri dari dosen. 5 Kemudian pernyataan dari mahasiswa fakultas ushuluddin yang bernama Ibnu Muhibbin jurusan Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 menyatakan bahwa di dalam diri masing-masing mahasiswa kurang persiapan dalam menenerima pelajaran di kelas dan tidak adanya keinginan untuk berani berbicara. Sehingga di dalam kelas mahasiswa masih ada yang belum mampu berbicara di depan kelas. 6 4 Ibid., h. 32-33 2013. 2013. 5 Wawancara dengan Muhammad Syafik Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi, 2 Desember 6 Wawancara dengan Ibnu Muhibbin Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi, 2 Desember

3 Hal ini juga di ungkapkan oleh mahasiswa fakultas ushuluddin yang bernama Fitnaini Fajar Wulansari jurusan Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 menyatakan bahwa ketidakberanian mahasiswa dalam berbicara dikarenakan kurangnya minat membaca, sehingga didalam berbicara masih bingung apa yang akan disampaikan. 7 Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa Tasawuf Psikoterapi, berbicara didepan publik tidaklah mudah. Sepintar apapun orang ketika disuruh berbicara di depan banyak orang, pasti akan merasa gugup, grogi, takut dan lainlain. Namun, jika senantiasa melatih diri, maka lama kelamaan akan terbiasa berbicara didepan orang banyak dan didepan orang banyak pun sudah hal biasa. Sehingga salah satu kunci keberhasilan seseorang berbicara di depan publik adalah berlatih. 8 Scheir and Carver menyatakan optimisme dapat dipastikan membawa individu ke arah kebaikan kesehatan karena adanya keinginan untuk tetap menjadi orang yang ingin menghasilkan sesuatu ( produktif) dan ini tetap dijadikan tujuan untuk berhasil mencapai yang diinginkan. 9 Ibnu Khubaiq berkata bahwasannya harapan (raja ) akan membawa seseorang pada perasaan optimis dalam menjalankan segala aktifitasnya, serta menghilangkan segala keraguan yang menyelimutinya. Dengan demikian, ia akan melakukan segala aktifitas terbaiknya dengan penuh keyakinan. 10 Allah telah menganjurkan kita semua untuk mengharapkan karunia-nya dan melarang kita untuk berputus asa dari rahmat-nya. Sehingga orang yang mengharap dan mencari rahmat Allah harus berusaha dengan sungguh-sungguh Desember 2013. 7 Wawancara dengan Fitriani Fajar Wulansari Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi, 2 8 Balqis Khayyirah, op.cit., h. 35 9 M. Nur Ghufron, Teori-Teori Psikologi, ( Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 95-96 2002), h. 52 10 Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

4 dan berijtihad dengan penuh ketulusan dan keikhlasan sampai memperoleh apa yang dicita-citakan. Allah Berfirman : %&'(! " $ /,-. )*+,-. 3 " 9:$ 6 8 4-5 3!0'12 2=5-5 ;/'2< 2-. DE G AB2 -,@ 2> 0' K;/'2< IJ LMMNO Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".(QS. Al-Kahfi: 110) 11 Hal ini dapat di ketahui di dalam diri masing-masing mahasiswa belum adanya rasa optimis yang maksimal dalam memahami pelajaran, belum ada persiapan dalam menenerima pelajaran di kelas dan tidak adanya keinginan untuk berani berbicara. Sehingga di dalam kelas mahasiswa masih ada yang belum berani berbicara. Dalam kehidupan manusia 75% dari waktu untuk kegiatan komunikasi yang sebagian besar dilakukan secara lisan. Kemampuan berkomunikasi secara lisan ini menjadi penting karena semua tujuan dapat tercapai jika mampu menyampaikan apa yang di inginkan dengan baik. Praktek berbicara sudah berlangsung sejak zaman Yunani dan Romawi kuno. Kala itu, ilmunya dikenal sebagai retorika. Retorika berasal dari bahasa Yunani rethor. Secara umum, retorika adalah seni atau teknik persuasi menggunakan media oral atau tertulis. 12 11 Departemen Agama, RI. Al-Quran dan Terjemahannya, ( Bandung: Diponegoro, 2007), h. 243 12 Dayu Pratyahara, Fearless Publik Speaking Berpidato dan Berpresentasi Tanpa Rasa Takut, ( Yogyakarta: New Diglossia, 2011), h. 10

5 Sejak Aristoteles menulis Retorik (kepandaian berbicara) kira-kira dua ribu empat ratus tahun yang lalu, basis berbicara yang baik dalam kondisi yang bagaimanapun selalu sama. Basis itu mempunyai tiga point utama, yakni: topik yang dibicarakan, siapa yang diajak bicara, dan menyusunnya menurut urutan awal, tengah, akhir. Fungsi basis tersebut adalah memudahkan untuk mengorganisir pembicaraan, membantu menekankan point-point yang penting, mengurangi yang tidak perlu, demi mempertahankan minat pendengar terhadap pembicaraan. 13 Filosof pun menegaskan bahwa berbicara harus dilakukan dengan tepat. Hal ini disebabkan komunikasi itu mencerminkan satu sisi yang amat penting dari kejiwaan manusia. Jika berbicara dilakukan secara salah, akibatnya bisa berbahaya. Dengan demikian, perkataan memang memiliki pengaruh yang besar terhadap nasib manusia di dunia dan di akhirat. Para psikolog berpendapat bahwa tingkat kepandaian berbahasa seseorang merupakan cerminan dari perkembangan akal dan peradabannya. Dengan kata lain, seorang manusia yang beretika tinggi dan memiliki peradaban yang baik adalah orang yang pandai berbicara dan berdialog dengan orang lain. 14 Melihat permasalahan kemampuan berbicara seperti yang telah diuraikan diatas, perlu adanya usaha untuk mengatasinya karena mahasiswa diusahakan mampu menyampaikan pikiran dan gagasannya. Sehingga di dalam diri mahasiswa ada dorongan semangat yang tinggi. Adapun salah satu dorongan semangat adalah dengan mempunyai sikap raja. Raja dapat diterapkan sebagai motivasi diri agar dapat menggerakkan, membimbing pada kebaikan dan ketaatan serta giat dalam menjalankannya. Yang mana raja adalah menjadikan 13 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 53 14 Yusuf Al-Uqshari, op.cit., h. 14-15

6 hidup itu menjadi lebih bermakna karena dapat menimbulkan semangat dan percaya diri yang tinggi. Hal terpenting dalam raja adalah sikap percaya diri. 15 Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HUBUNGAN RAJA DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA DI DEPAN KELAS PADA MAHASISWA TASAWUF DAN PSIKOTERAPI ANGKATAN 2012 FAKULTAS USHULUDDIN IAIN WALISONGO SEMARANG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa tinggi tingkat Raja pada mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 IAIN Walisongo Semarang? 2. Seberapa tinggi tingkat Kemampuan Berbicara di Depan Kelas pada Mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 IAIN Walisongo Semarang? 3. Adakah hubungan antara Raja dengan Kemampuan Berbicara di Depan Kelas pada Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tingkat Raja pada mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 IAIN Walisongo Semarang b. Untuk mengetahui tingkat Kemampuan Berbicara di Depan Kelas pada Mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 IAIN Walisongo Semarang 15 Hanna Djumhana Bastaman, Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), h. 50-51

7 c. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara Raja dengan Kemampuan Berbicara di Depan Kelas pada Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2012 2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah keilmuan Psikologi dan Tasawuf. Khususnya berkaitan dengan kemampuan berbicara di depan kelas yang dirasakan mahasiswa. b. Secara Praktis Memberi informasi kepada pembaca tentang kemampuan berbicara yang di rasakan mahasiswa saat berbicara di depan kelas, dalam kaitannya dengan raja yang dimilikinya. D. Kajian Pustaka Untuk menyatakan keaslian penelitian ini, maka perlu adanya kajian pustaka dari penelitian yang terdahulu yang relevan dengan penelitian yang penulis kaji. Adapun penelitian tersebut diantaranya adalah: Aland Kusuma Merdhanin, Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegija Pranata Semarang. Dengan judul: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Kelas. Dengan hasil penelitian nilai korelasi sebesar -0,509 ( p <0,01) artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan berbicara didepan kelas. Dengan itu mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional dapat memotivasi diri yang disertai dengan adanya rasa antusias, percaya diri dan optimisme. Skripsi Astrid Indi Dwisty Anwar, Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Dengan judul: Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan negatif antara self efficacy dengan kecemasan

8 berbicara di depan umum dengan nilai = -0,670, p (0,01). Artinya semakin tinggi self-efficacy mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di depan umum. Dan sebaliknya, semakin rendah self-efficacy mahasiswa maka tingkat kecemasan berbicara di depan umum akan semakin tinggi. Skripsi Ajeng Prasetya Dewi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yang berjudul: Hubungan Antara Pola Pikir dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Keguruan. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum dengan nilai = 0,649 dengan nilai p= 0,000 (p <0,01). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas keguruan. Dari beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan pembahasan yang akan dikaji dalam penelitian ini, terdapat kesamaan dalam hal pembahasan akan tetapi pembahasan itu hanya pada satu variabel saja yaitu kemampuan berbicara di depan kelas. Sedangkan kaitannya dengan variabel raja belum pernah ada yang meneliti. Sehingga penelitian ini memiliki posisi yang layak untuk diteliti. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian muka, bagian isi dan bagian akhir. 1. Bagian Muka Pada bagian ini memuat halaman judul, abstrak penelitian, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. 2. Bagian Isi

9 Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut: Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan skripsi. Bab II yaitu landasan teori yang terbagi menjadi dua sub. Sub pertama yaitu teori tentang raja meliputi pengertian raja, keutamaan raja, dan jalan untuk memperoleh raja. Sub kedua yaitu teori tentang kemampuan berbicara yang meliputi pengertian kemampuan berbicara, ciriciri kemampuan berbicara, pentingnya kemampuan berbicara, hambatanhambatan dalam kemampuan berbicara dan kemampuan berbicara di depan kelas. Sub yang ke tiga yaitu hubungan antara raja dengan kemampuan berbicara di depan kelas. Sub yang keempat yaitu hipotesis. Bab III Metode Penelitian. Menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, identitas variabel, definisi operasional, Populasi dan sample, Metode pengambilan data, Teknik analisis data dan Uji Validitas dan Reabilitas. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Menguraikan tentang gambaran umum Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan hipotesis, pengujian hipotesis penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan saran. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. 3. Bagian Akhir Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran yang mendukung pembuatan skripsi.