BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Fraud di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat umumnya, salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya, kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi tindakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud

BAB I PENDAHULUAN. dalam bersaing menghasilkan keuntungan dituntut untuk dapat menekan biaya agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

Bab I PENDAHULUAN. Kecurangan biasanya identik dengan ketidakjujuran. Kecurangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus-kasus korupsi masih menjadi hiasan di layar kaca televisi kita

MATERI UAS INTERNAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. mendukung untuk memajukan perusahaan. (Tugiman, 2006 : 167).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan perekonomian di negeri kita, Bangsa Indonesia juga

Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan secara sepihak. G.Jack Blogna et. al. (1993) dalam

SERTIFIKASI CFE (CFE EXAM PREPARATION COURSE and CFE EXAM) 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif, komite audit juga memerlukan fungsi audit internal. (Konsorsium

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Longenecker, Moore & Petty (2001) perusahaan yang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

PERTEMUAN 6: AUDIT INVESTIGASI

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI MINAT STUDI AKUNTANSI FORENSIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

BAB I PENDAHULUAN. salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kecurangan ini berkembang pesat ditengah-tengah perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

DAFTAR ISI. Halaman. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini pendeteksian penipuan (fraud) dan akuntansi forensik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya kejahatan fraud seperti korupsi, penyalahgunaan aset dan kecurangan

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam usaha agar bisnis yang dikelolanya dapat tetap bertahan. Para

BAB I PENDAHULUAN. intensitas dan modusnya semakin berkembang dengan penyebab multi factor.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tindakan kecurangan ini berkembang pesat ditengah-tengah perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era masa kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. Satu dekade ini terdapat 2 bentuk kejahatan yang paling sangat berpengaruh di

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan rangkaian dari setiap kegiatan-kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar-besaran dalam bidang sosial politik dan ekonomi. Hal inilah

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

FORENSIC. Drs. Karyana Ak. MM. Persiapan maupun Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era teknologi maju dan globalisasi, semua organisasi, apapun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, salah satu contoh kecurangan tersebut adalah korupsi. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. umum pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Friastuti, 2012) adalah contoh

DAFTAR PUSTAKA. Amin Widjaja Tunggal Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing), Amin Widjaja Tunggal Internal Auditing (Suatu Pengantar),

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pengendalian mutu. Selanjutnya De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality

Pertemuan 3 F R A U D

BAB I PENDAHULUAN. fenomenal baik di negara berkembang maupun negara maju. Fraud ini hampir

PERTEMUAN 10: AUDITOR INVESTIGASI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BABI PENDAHULUAN. Saat ini Negara kita sedang dalam taraf pemulihan ekonomi, setelah

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan-perusahaan besar yang menjual sahamnya kepada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fraud di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat umumnya, salah satu contoh fraud tersebut adalah tindakan korupsi yang sangat merugikan. Umumnya fraud di Indonesia bagaikan suatu berita yang tidak aneh bagi kalangan masyarakatnya. Korupsi masih menjadi isu yang selalu menarik untuk dibahas baik di Indonesia maupun negara-negara lainnya. Meluasnya kejahatan korupsi di Indonesia telah terjadi sejak orde lama dan mencapai puncaknya pada masa orde baru. Semenjak runtuhnya era orde baru, masyarakat semakin terbuka dan kritis mencermati berbagai kebijakan terutama kebijakan penyelengaraan pemerintah yang penuh dengan unsur-unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). (Dymita Ayu, 2012) Survey yang dilakukan oleh Lembaga Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat bahwa Indonesia menempati urutan 118 dalam daftar negara terkorup dari 182 negara yang diukur (Nawangwulan, 2013). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah sejak dahulu (sebelum tumbangnya rezim orde baru) hingga saat ini untuk memberantas korupsi di tanah air ini. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari latar belakang munculnya peraturan-peraturan tentang pemberantasan korupsi hingga membentuknya badan khusus untuk memberantas korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 1

2 Berbagai lembaga survey atau penelitian baik di Indonesia maupun di luar negeri menyebutkan bahwa fenomena korupsi di Indonesia sudah sangat parah dan kondisi tersebut sering menempatkan Indonesia pada posisi yang cukup rendah sebagai negara terkorup. Dari hasil pemeriksaan BPKP dan Kejaksaan Agung sebagai tindak lanjutnya, telah cukup banyak kasus korupsi ditemukan berasal dari sektor pemerintahan. Bahkan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh BPKP dengan mengambil responden dari berbagai kalangan di masyarakat menunjukkan bahwa instansi/lembaga atau kegiatan-kegiatan pemerintahan dianggap oleh masyarakat paling banyak melakukan korupsi. (Johan Arifin, 2001) G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells mendefinisikan kecurangan Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver (1993) yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Pengertian fraud sesuai Standar Profesional Akuntan Publik (PSAK No.70) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Commonwealth Fraud Control Guidelines (2002) Australia dalam BPK RI (2007) mendefinisikan fraud sebagai pemerolehan keuntungan dengan cara penipuan atau kecurangan, definisi ini meliputi antara lain : (1)Pencurian (2)memeroleh properti, keuntungan atau lainnya dengan kecurangan (3)menghindari atau melaksanakan kewajiban dengan kecurangan (4)membuat kesalahan atau menyebarkan informasi yang salah kepada publik, atau tidak menyebarkan informasi ketika hal tersebut diharuskan (5)membuat,

3 menggunakan, atau memiliki dokumen yang palsu (6)penyuapan, korupsi, atau penyalahgunaan jabatan (7)tindakan melawan hukum dalam penggunaan komputer milik publik, kendaraan, telepon dan properti atau jasa lainnya (8)tindakan pelanggaran yang mengakibatkan kebangkrutan (9)dan segala tindakan pelanggaran lainnya. Pengusutan fraud dan korupsi dapat dibantu oleh auditor yang akan melakukan suatu penyelidikan. Oleh karena itu, diperlukan sosok yang memiliki kemampuan yang memadai agar dapat mengungkap fraud yang terjadi. Audit investigasi ini melakukan suatu investigasi apabila ada dasar yang layak sehingga auditor dapat mereka-reka mengenai apa, bagaimana, siapa, dan pernyataan lain yang diduganya relevan dengan pengungkapan kasus fraud. Maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan teori segitiga fraud (fraud triangle theory). Teori ini secara umum diterima sebagai bagian dari proses mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan. Konsep dasarnya sederhana. Teori fraud menyatakan bahwa kecurangan yang terjadi didukung oleh tiga unsur yaitu adanya tekanan, kesempatan, dan pembenaran (Vona, 2008). Association of Cerrified Fraud Examiner seperti yang dikutip Amin Widjaja Tunggal (2001), mendefinisikan audit investigasi sebagai berikut: Fraud auditing is an intial approach (proactive) to detecting financial fraud, using accounting records and information, analiytical relationship and an awareness of fraud perpetration and concealment effort. Yang mana diterjemahkan sebagai berikut: suatu pendekatan awal (proaktif) untuk mendeteksi penipuan keuangan, dengan menggunakan catatan

4 akuntansi dan informasi, hubungan analisis dan kesadaran perbuatan penipuan dan upaya penyembunyian. Audit investigasi merupakan audit khusus untuk mencari bukti kecurangan dan baru ada serta dikenal di Indonesia. Hal tersebut disebabkan banyaknya tindak kejahatan kerah putih (White Collar Crime) yang berupa manipulasi bidang keuangan dan memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi dan sangat merugikan negara. Menurut Hopwood, Leiner, & Young (2008) mendefinisikan Akuntansi Forensik adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar yang ditetapkanoleh pengadilan atau hukum. Akuntansi forensik dibagi ke dalam dua bagian: jasa penyelidikan (investigative services) dan jasa litigasi (litigation services). Jenis layanan pertama mengarahkan pemeriksa penipuan atau auditor penipuan, yang mana mereka menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penipuan, dan misinterpretasi. Jenis layanan kedua merepresentasikan kesaksian dari seorang pemeriksa penipuan dan jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan untuk memecahkan isu-isu valuasi, seperti yang dialami dalam kasus perceraian. Sehingga, tim audit harus menjalani pelatihan dan diberitahu tentang pentingnya prosedur akuntansi forensik di dalam praktek audit dan kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu memecahkan masalah. Hopwood, Leiner, & Young (2008), menambahkan bahwa Akuntan Forensik adalah Akuntan yang menjalankan kegiatan evaluasi dan penyelidikan, dari hasil tersebut dapat digunakan di dalam pengadilan hukum. Meskipun

5 demikian Akuntan forensik juga mempraktekkan keahlian khusus dalam bidang akuntansi, auditing, keuangan, metode-metode kuantitatif, bidang-bidang tertentu dalam hukum, penelitian, dan keterampilan investigatif dalam mengumpulkan bukti, menganalisis, dan mengevaluasi materi bukti dan menginterpretasi serta mengkomunikasikan hasil dari temuan tersebut. Ramaswamy (2005) mengungkapkan inti pengetahuan seorang akuntan forensik untuk menjadi ahli akuntan forensik selalu memerlukan peningkatkan jumlah keahlian dan kompetensi dalam menemukan penipuan.sebagai profesi yang mendukung kegiatan dalam dunia usaha, kebutuhan akan penggunaan jasa akuntan publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomis (Monica, 2007). Kepercayaan masyarakat dan pemakai laporan keuangan terhadap profesi akuntan publik sangatlah besar. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam pelaporan laporan keuangan (Mulyadi, 2002). Akuntan dalam hal ini adalah auditor seharusnya menyadari bahwa fungsinya adalah tempat bersandingnya kepercayaan masyarakat dan pemakai laporan keuangan. Kelangsungan profesinya akan tetap terjaga apabila seorang akuntan dapat menjaga amanah dari masyarakat dan pemakai laporan keuangan yang diberikan kepadanya yaitu dengan tetap menjaga akuntabilitasnya (Utami, 2003).

6 Dalam melakukan tindakan pendeteksian, pengungkapan dan audit investigasi yang bertujuan untuk meminimalisir kecurangan, keterampilan dan kompetensi merupakan sesuatu yang harus dikuasai dan dimiliki oleh auditor. Widiastuti (2009) mengemukakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh secara signifikan dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Untuk mencegah tindakan kecurangan dapat dilakukan dengan memahami resiko yang ada, mengamati trend fraud dan memperhatikan gejala kecurangan yang berpotensi menimbulkan tindakan kecurangan (Gusnardi, 2012). Pada penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ewi Banjarnahor(2014). Penelitian oleh Ewi Banjarnahor (2014) ini dilakukan di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kemudian penelitian melibatkan tujuh orang Auditor Investigatif sebagai responden atau sampel penelitian. Selain itu dalam pengujian hipotesisnya digunakan uji t. Hasil dari penelitan ini adalah hipotesis peneliti diterima yaitu kemampuan Auditor Investigatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Penelitian lain dilakukan oleh A. Arini Lestari Patunru (2014) Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Kemudian sampel yang diambil peneliti adalah 30 orang Auditor Investigatif di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ewi Banjarnahor (2014) yang hanya mengambil sampel sebanyak tujuh orang auditor saja. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan Auditor Investigatif di Provinsi Sulawesi Selatan berpengaruh terhadap efektivitas

7 pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Penelitian yang dilakukan mempertimbangkan adanya hubungan antara kemampuan Auditor Investigatif tersebut dengan efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Selain itu, digunakan metode analis regresi yang bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan Auditor Investigatif signifikan berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi terhadap pengungkapan fraud. Kemudian sampel yang diambil peneliti adalah 30 orang auditor investigasi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Pada penelitian ini, digunakan metode analis regresi yang bertujuan untuk mengetahui apakah akuntansi forensik dan audit investigasi berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan fraud. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka topik utama dalam penelitian ini mengenai PENGARUH AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI TERHADAP PENGUNGKAPANFRAUD. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana akuntansi forensik berpengaruh terhadap pengungkapan fraud?

8 2. Bagaimana audit investigasi berpengaruh terhadap pengungkapan fraud? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui : 1. Pengaruh akuntansi forensik terhadap pengungkapan fraud. 2. Pengaruh audit investigasi terhadap pengungkapan fraud. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Sebagai sarana pengembangan teori dan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. 2. Sebagai tambahan informasi bagi pembaca yang ingin menambah wawasan terutama yang berkecimpung di dunia pengauditan. 3. Bagi civitas akademik semoga dapat menambah informasi dan menambah bahan kajian dalam penelitian. 1.4.2 Manfaat Praktis Sebagai sarana informasi bagi para auditor di kantor akuntan publik mengenai pengaruh dari akuntansi forensik dan audit investigasi terhadap pengungkapan fraud yang dilakukan oleh auditor.

9 1.5 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab,masing-masing urutan secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DANHIPOTESIS Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan untukmembantu memecahkan masalah penelitian, yang meliputi teori yang digunakan, pengertian akuntansi forensik, pengertian audit investigasi, pengertian pengungkapanfraud, tinjauan peneliti terdahulu, kerangka pemikiran teoritis yang dimaksudkan untuk memperjelas maksud penelitian dan membantu dalam merumuskan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai pendekatan dan metode penelitianyang digunakan, yang meliputi variabel penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis.

10 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang uraian hasil-hasil deskripsi objek penelitian,pengolahan data, analisi data sekaligus pembahasannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini menjelaskan kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkanhasil pengolahan dan analisi data, keterbatasan penelitian serta saran yang berkaitan dengan penelitian sejenis bagi peneliti selanjutnya.