BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Apakah tata kelola perusahaan (good corporate governance) masih

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tidak memiliki definisi tunggal. Menurut Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut harus menerapkan prinsip good corporate. governance. Prabaningrat dan Widanaputra (2015) dalam Luhwulan dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari sebuah kegiatan manajemen di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance merupakan sebuah konsep dimana. pemegang saham memiliki hak untuk mendapatkan informasi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. komisaris yang lebih besar dari jumlah direksi. Dari penelitian Bank

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyak bermunculan pesaing-pesaing baru didalam dunia usaha. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance.isu mengenai corporate governance menjadi hal yang penting

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab perusahaan. Dalam menghadapi persaingan usaha kompetitif

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting bagi setiap negara. Semakin kuat perekonomian suatu negara maka

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN. Dwi Wantoro Barbara Gunawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi disebut juga aktivitas jasa yang mempunyai fungsi untuk

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan, baik dalam bidang sosial, budaya, politik dan ekonomi. Terjadinya perubahan pada kondisi perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya tata kelola yang baik (Good Corporate Governance) dalam setiap sektor perekonomian di Indonesia, khususnya sektor perbankan. Penerapan Good Corporate Governance dibutuhkan untuk menjaga konsistensi dan kepercayaan masyarakat terhadap sebuah perusahaan. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan bahwa corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Konsep corporate governance diajukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan untuk semua pengguna laporan keuangan. 1

2 Bank Indonesia menyatakan, keadaan perbankan di Indonesia mengalami pasang surut. Bank Indonesia menilai kasus kejahatan perbankan yang terjadi di Indonesia karena lemahnya penerapan GCG di bank tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan lemahnya pengawasan internal bank dan pengawasan dari manajemen tertinggi (top management) bank (media indonesia.com). Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, dan kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh dewan komisaris dan auditor. Lemahnya penerapan corporate governance inilah yang menjadi pemicu utama terjadinya berbagai skandal keuangan pada bisnis perusahaan (Purno dan Khafid, 2013). Menurut seminar "Good Coorporate Governance di Perbankan," di Ballroom Hotel Nikko sebagaimana yang termuat di dalam media indonesia.com, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan bahwa kasus operasional yang terjadi di Indonesia berdasarkan pemeriksaan BI yaitu karena lemahnya top management dalam melakukan review secara berkala terhadap kebijakan SOP dan pengendalian internal. Kurang optimalnya pengawasan tersebut dibarengi dengan lemahnya implementasi kebijakan sistem dan prosedur serta Sumber Daya Manusia yang kurang menjalankan prinsip Know Your Employee. Contoh untuk kasus industri perbankan di Indonesia adalah kasus Bank Century yang terjadi pada tahun 2008. Kasus Bank Century tersebut sempat menimbulkan penurunan kepercayaan masyarakat kepada bank dan dikhawatirkan dapat memengaruhi gejolak dalam perekonomian nasional.

3 Padahal sebelum kasus Bank Century tersebut terjadi, pemerintah melalui Bank Indonesia telah lebih dulu membuat beberapa regulasi terkait pengawasan aktivitas bank dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) melalui paket kebijakan perbankan yang isinya mengenai peraturan baru tentang pelaksanaan Good Corporate Governance, baik bagi bank umum berupa Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006. Langkah selanjutnya terus diupayakan pemerintah dengan dikeluarkannya Surat Edaran Nomor 9/12/DPNP pada tanggal 30 Mei 2007 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum. Hal tersebut sekali lagi membuktikan bahwa industri perbankan merupakan industri yang penuh resiko, sehingga membutuhkan perangkat regulasi dan pengawasan yang ketat (Natalie dan Hermawan, 2013). Pemerintah melalui Bank Indonesia telah meluncurkan program Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada tahun 2004 yang ditujukan untuk menguatkan sektor perbankan di Indonesia. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) memiliki visi untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu pilar utama yang terdapat dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) adalah pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) yang diyakini dapat memperkuat kondisi internal perbankan nasional. Penerapan GCG pada industri perbankan dianggap menjadi hal yang penting mengingat resiko dan tantangan yang dihadapi oleh perbankan akan semakin meningkat. Dengan melaksanakan konsep GCG, diharapkan tercipta citra lembaga yang dapat dipercaya. Artinya ada keyakinan bahwa bisnis perbankan dikelola dengan baik

4 sehingga dapat tumbuh secara sehat, kuat, efisien, dan diharapkan dapat berpengaruh bagi kinerja perbankan. Corporate governance pada industri perbankan di negara berkembang seperti halnya Indonesia pada pasca krisis keuangan menjadi semakin penting mengingat beberapa hal. Pertama, bank memiliki posisi dominan dalam sistem keuangan ekonomi dan berperan sangat penting, khususnya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Kedua, jika pasar uang belum berkembang, bank yang berada dalam ekonomi berkembang akan menjadi sumber pembiayaan perusahaan. Ketiga, bank merupakan lembaga pokok dalam mobilisasi simpanan nasional (Fidanoski, et al., 2013). Isu tentang corporate governance dilatarbelakangi oleh agency theory, yang menyatakan munculnya masalah agency dikarenakan pengelolaan suatu perusahaan yang terpisah dari kepemilikannya. Pemilik sebagai pemilik modal perusahaan mendelegasikan wewenangnya atas pengelolaan perusahaan kepada manajer. Akibatnya, kewenangan untuk menggunakan sumber daya yang dimliki perusahaan sepenuhnya berada di tangan dewan direksi. Hal itu menimbulkan kemungkinan terjadinya moral hazard dimana manajemen tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (Purno dan Khafid, 2013). Konflik kepentingan menurut Jensen dan Meckling (1976) dikarenakan adanya kemungkinan bahwa agen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal yang memicu terjadinya biaya keagenan. Prinsipal dapat membatasi divergensi dari kepentingannya dengan menetapkan insentif yang

5 layak dan dengan mengeluarkan biaya monitoring yang dirancang untuk membatasi aktivitas-aktivitas yang menyimpang yang dilakukan oleh agen. Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Penelitian ini lebih banyak mengkaji secara mendalam mekanisme GCG yaitu Mekanisme Pemantauan Kepemilikan meliputi Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial. Mekanisme Pemantauan Pengendalian Internal meliputi Ukuran Dewan Komisaris, Komisaris Independen, dan Ukuran Dewan Direksi. Mekanisme Pemantauan Pengungkapan meliputi pengungkapan yang dilakukan oleh Komite Audit. Alat ukur besar kecilnya suatu perusahaan meliputi Ukuran Perusahaan. Kepemilikan institusional adalah mekanisme corporate governance yang berperan utama dalam mengendalikan masalah keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Tingginya tingkat kepemilikan institusional dapat mungkinkan digunakan untuk memutuskan sesuatu yang menguntungkan kepentingan pribadinya dan kepentingan tersebut bertentangan dengan kepentingan investor atau stakeholders yang lain. Kepemilikan manajerial yang besar akan menurunkan keintegritasan laporan keuangan dan berdampak pula pada menurunnya kinerja perusahaan. Hal ini karena manusia pada umumnya memiliki sifat self interest sehingga manajer ingin menampilkan laporan keuangan yang sebaik-baiknya di depan stakeholders agar kinerja perusahaan disini terlihat lebih baik dari kondisi sebenarnya.

6 Ukuran dewan komisaris yang besar menyebabkan monitoring manajemen semakin baik. Hal ini karena jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dalam hal pengawasan. Jumlah dewan direksi yang banyak akan meningkatkan kinerja perbankan. Hal ini dikarenakan ukuran dan diversitas dari dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya. Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya. Ketika komite audit menjalankan tugasnya dengan baik maka tugas pengawasan menjadi lebih baik sehingga kinerja perbankan akan meningkat. Ukuran perusahaan menjadi alat ukur besar kecilnya suatu perusahaan dan menjadi salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam strategi berinvestasi. Darmawati, dkk (2004) menemukan adanya hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan ROE. Nuswandari (2009) menemukan bukti bahwa corporate governace dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap ROE. Sejalan dengan itu, hasil penelitian Amyulianthy (2012) membuktikan bahwa corporate governance diproksikan dengan kepemilikan manajerial, ukuran komisaris independen, dan ukuran dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan proksi Tobin s Q. Sementara itu, Sayidah (2007) menemukan bukti bahwa bahwa kualitas corporate governance tidak berperngaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal senada diungkap

7 Puspitasari dan Ernawati (2010) yang membuktikan bahwa corporate governance yang terdiri dari (kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan konsentrasi kepemilikan) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA, ROE, PER, dan Tobins Q. Dari berbagai penelitian terdahulu masih terdapat kontra pendapat antara beberapa peneliti. Penelitian yang menyatakan bahwa GCG berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yaitu Darmawati, dkk (2004), Sam ani (2008), Nuswandari (2009), Dewayanto (2010), Amyulianthy (2012), dan Purno dan Khafid (2013). Penelitian yang menyatakan GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dilakukan oleh Sayidah (2007), Puspitasari dan Ernawati (2010), dan Bukhori (2012). Berdasarkan latar belakang tersebut disertai dengan ketidakkonsistenan yang ditemukan di dalam penelitian-penelitian sebelumnya, maka pengaruh mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perbankan masih perlu untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi lebih dalam penganalisaan corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan sektor perbankan, yang ditentukan dalam variabel mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Purno dan Khafid (2013). Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu 1) Sampel lebih up to date, yaitu dari tahun 2010-2013; 2) Menambahkan variabel independen, yaitu ukuran

8 perusahaan yang merupakan replikasi dari penelitian Hutapea (2013); 3) Mengganti pengukuran kinerja perusahaan dengan ROE yang sebelumnya menggunakan ROA. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perbankan. B. Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini dengan membatasi objek penelitian yaitu pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Penelitian ini mengkaji pada mekanisme Good Corporate Governance yaitu Mekanisme Pemantauan Kepemilikan meliputi Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial. Mekanisme Pemantauan Pengendalian Internal meliputi Ukuran Dewan Komisaris, Komisaris Independen dan Ukuran Dewan Direksi. Mekanisme Pemantauan Pengungkapan meliputi pengungkapan yang dilakukan oleh Komite Audit dan alat ukur besar kecilnya suatu perusahaan menggunakan Ukuran Perusahaan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kepemilikan institutional berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan?

9 2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan? 3. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan? 4. Apakah komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan? 5. Apakah dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan? 6. Apakah komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan? 7. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk menguji hubungan mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan menggunakan Return On Equity, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh negatif kepemilikan institutional terhadap kinerja perbankan. 2. Untuk menguji pengaruh negatif kepemilikan manajerial terhadap kinerja perbankan. 3. Untuk menguji pengaruh positif ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perbankan.

10 4. Untuk menguji pengaruh positif komisaris independen terhadap kinerja perbankan. 5. Untuk menguji pengaruh positif dewan direksi terhadap kinerja perbankan. 6. Untuk menguji pengaruh positif komite audit terhadap kinerja perbankan. 7. Untuk menguji pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kinerja perbankan. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bidang Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada para pemegang saham dari perusahaan yang ingin mewujudkan konsep Good Corporate Governance. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme corporate governance, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan. 2. Bidang Teoritis Sebagai upaya untuk mendukung pengembangan ilmu akuntansi pada umumnya, serta khususnya yang berkaitan dengan Good Corporate Governance.

11