BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang, dimana pemerintah

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara langsung maupun tidak langsung akan diikuti pembangunan berbagai sektor lain, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, transportasi, upah, ekspor, dan ketenagakerjaan yang semua ini berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi, karena kita ketahui bersama bahwa pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan jumlah lapangan pekerjaan. Salah satu faktor utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi di suatu negara adalah Investasi. Investasi merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu alat pengukur prestasi dari perkembangan perekonomian suatu negara. Dalam analisis makro ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai dalam tahun tertentu. Jadi untuk memacu pembangunan dalam negeri, diyakini pentingnya peranan Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan pencanangan tahun investasi berturut- turut pada tahun 2003 dan 2004 tidak cukup menarik 1

2 minat investor menanamkan modal di Indonesia. Pada tahun 1997, nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memuncak senilai Rp. 119 triliun dengan jumlah proyek 723 unit. Namun Nilai PMDN terus merosot sejak posisi puncak tersebut. Tahun 2003, PMDN tinggal senilai Rp. 50 triliun dengan 196 proyek. Pada Nopember 2004 tercatat nilai PMDN terus merosot sehingga Rp. 33,4 triliun dengan 158 proyek. Pola yang sama tampak pada Penanaman Modal Asing (PMA). Tahun 1997, PMA tercatat sebesar 33,7 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dengan 778 proyek. Tahun 2003 nilai investasi asing ini anjlok menjadi 14 miliar dollar AS dengan 1.170 proyek. Ironisnya hingga Nopember 2004, nilai PMA baru tercatat 9,6 miliar dollar AS dengan 1.066 proyek (Kompas, 2005). Tabel 1.1 : Perkembangan Persetujuan Penanaman Modal 1997-2003 Tahun PMDN PMA Proyek Nilai (Rp. Miliar) Proyek Nilai (US $ juta) 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 723 327 237 392 264 188 181 119.877,2 57.973,6 53.540,7 93.897,1 58.816 25.230,5 48.484,8 781 1.034 1.177 1.541 1.334 1.151 1.024 33.788,8 13.649,8 10.884,5 16.075,9 15.056,3 9.795,4 13.207,2 Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2003, www.dprin.go.id Tabel 1.1 menunjukkan menurunnya arus investasi sejak tahun 1997 (krisis), dan ini terus berlanjut sampai diterapkannya otonomi tahun 2001. Tidak

3 dapat dipungkiri lingkungan bisnis yang sehat mutlak dibutuhkan untuk menarik arus investasi. Survey Komite Pelaksanaan Otonomi Daerah (2004) membuktikan, institusi merupakan faktor utama yang menentukan daya tarik suatu daerah bagi investasi. Disusul kemudian faktor sosial politik, infrastruktur fisik, kondisi ekonomi daerah, dan produktivitas tenaga kerja (Warta Ekonomi, 2005). Studi JETRO (Japan External Trase Organization) juga menunjukkan bahwa iklim investasi Indonesia jauh lebih buruk di banding Cina, Thailand, Vietnam, dan negara- negara ASEAN lainnya. Faktor penyebabnya adalah masalah perburuhan (meningkatnya biaya buruh dan demonstrasi buruh), masalah pabean, tak adanya insentif fiskal, dan berbagai kebijakan yang tidak pro bisnis. Kondisi investasi secara nasional juga berpengaruh terhadap investasi di Sumatera Utara. Seperti kita ketahui bersama, Sumatera Utara merupakan salah satu daerah berkembang di Indonesia yang sedang membangun dan tentunya sangat membutuhkan investasi yang besar. Investasi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat bunga, Produk domestik regional bruto, (PDRB), tingkat inflasi, dan kemudahan mendapatkan modal, dan berbagai faktor lainnya. Kita ketahui bersama jika tingkat bunga terlalu tinggi akan menurunkan nilai investasi di suatu daerah. Karena bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menyimpan modalnya demi memperoleh keuntungan dari bunga, dari pada menginvestasikan modalnya dangan segala resiko yang mungkin akan timbul. Sebaliknya, tingkat suku bunga yang terlalu rendah akan mendorong orang menarik modalnya dari Bank. Tentunya dalam periode tertentu hal ini akan berdampak baik karena penarikan uang dari Bank akan mendorong pertumbuhan

4 sektor rill. Namun, jika hal ini terus berlanjut, maka akan terjadi peningkatan jumlah uang beredar, yang pada akhirnya akan memicu peningkatan inflasi. Inflasi yang terlalu besar tentunya akan mengganggu arus investasi di suatu daerah. Inflasi akan menimbulkan biaya tambahan bagi investor, antar lain : 1. Biaya pulang pergi ke bank untuk mengambil uang (shoeleather cost), 2. Biaya perusahaan untuk merubah harga karena inflasi (menu cost), 3. Biaya ketidak nyamanan hidup dengan selalu berubahnya harga, 4. Pajak yang dibebankan pada keuntungan (sebab pajak selalu menentukan besarnya pajak dari keuntungan nominal bukan dari keuntungan riil, padahal dengan adanya inflasi, maka keuntungang riil lebih kecil sedangkan pajak yang dibayarkan lebih besar) Selain itu inflasi akan mengurangi daya beli masyarakat yang tentunya secara tidak langsung akan mengganggu dunia usaha. Jika inflasi melebihi dari bunga pinjaman, maka sesungguhnya nilai uang dari masyarakat yang disimpan di perbankkan telah mengalami penurunan, sekalipun secara absolut jumlah uang yang disimpan bertambah. Untuk menarik investor menanamkan modalnya di suatu daerah, maka diperlukan fasilitasi dari perbankkan dalam penyediaan kredit modal. Karena tentunya dengan bantuan modal dari perbankkan akan membantu investor dalam berusaha di suatu daerah, terutama investor dalam negeri. Berdasarkan Laporan Tahunan BI, Pada negara-negara berkembang, sumber utama pembiayaan investasi didominasi oleh penyaluran kredit

5 perbankan. Lambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia. Meskipun sempat terjadi penurunan tajam terhadap alokasi kredit perbankan, namun pada tahun 2001 secara perlahan kredit mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini seiring dengan meningkatnya portofolio kredit sejak tahun 2002. Untuk wilayah Sumatera Utara realisasi investasi sebenarnya terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1, dimana walaupun pada tahun tertentu terjadi penurunan, tetapi kecendrungan investasi di Sumatera Utara mengalami peningkatan. Seperti kita ketahui, Investasi disuatu daerah selalu dikaitkan dengan tingkat PDRB. PDRB yang besar menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam memberikan keuntungan bagi para investor. Karenannya daerah yang memiliki PDRB yang besar, akan menjadi incaran para investor untuk berinvestasi. Pada tahun 2005, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi ini sebesar Rp. 87,89 triliun dengan kontribusi terbesar disumbang dari sektor pertanian, yaitu sebesar 25,2%, atau sama dengan Rp. 22,19 trilyun, diikuti sektor industri pengolahan sebesar Rp. 21,30 triliun (24,2%) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 15,98 triliun (18,2%). Pada tahun yang sama, nilai ekspor Sumatera Utara mencapai US$ 4,56 miliar, yang disumbang dari Minyak Lemak, Minyak Nabati dan Hewani sebesar US$ 1,76 juta, bahan baku senilai US$ 987 juta, barang hasil industri senilai US$

6 623 juta, bahan makanan dan binatang hidup senilai US$ 606 juta. Tanaman Palawija juga menjadi salah satu andalan ekspor Sumatera Utara. Sebagai sebuah provinsi yang memiliki sumber daya alam yang besar tentunya Sumatera Utara sangat menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya. Pertumbuhan PDRB yang terus mengalami peningkatan menunjukkan besarnya potensi daerah ini untuk menjadi tempat berusaha. Tabel berikut mennggambarkan realisasi proyek dan Investasi yang ada di Sumatera Utara. Tabel. 1.2 Banyaknya Proyek dan Investasi Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang Disetujui Tahun 2008 Banyaknya Proyek/ Nilai Investasi/Investment Tahun/Year Number of Project (000 000 Rp) Rencana Realisasi Rencana Realisasi Target Realization Target Realization (1) (2) (3) (4) (5) 1999 7 4 1.095.399, 23 105. 716,34 2000 13 7 349.610,93 58.768,30 2001 8 4 1. 321.323,29 528. 644,94 2002 11 5 3.026.563,06 450.696,17 2003 21 13 2. 393.538,01 394.064,74 2004 21 11 2.793.054,64 683.450,46 2005 12 5 3. 637.363,55 599.400,64 2006 13 3 7.397.512,81 797.259,80 2007 14 3 13.897.748,03 392.816,80 2008 18 13 875. 881,35 391.333,72 Sumber : Badan Penanaman Modal dan Promosi Provinsi Sumatera Utara Table 1.1 menunjukkan peningkatan arus investasi ke Sumatera Utara, pada tahun tahun tertentu mengalami penurunan.

7 Grafik berikut menggambarkan perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara Gambar. 1.1. Persentase Pertumbuahan Investasi Sumatera Utara. Sumber : BPS Sumatera Utara, diolah. Grafik di atas menggambarkan kecendrungan persentase pertumbuhan realisasi Investasi di Sumatera Utara pluktuatif. Walaupun demikian, ada tiga tahun terjadi penurunan investasi, yaitu tahun 1997, 1998 dan 2006. Hal ini bersamaan dengan krisis ekonomi dalam negeri dan luar negeri, jadi kemungkinan besar pada tahun tahun tersebut krisis ekonomi telah menekan laju pertumbuhan investasi di Sumatera Utara. Selain dari tahun tahun tersebut pertumbuhan investasi cendrung positif dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

8 Fenomena yang tidak biasa terjadi ketika kita melihat PDRB Suamtera Utara pada saat dimana pertumbuhan investasi sedang mengalami penurunan, disisi lain PDRB mengalami kenaikan yang cukup besar. Untuk melihat lebih jauh penyebab terjadinya fluktuasi arus investasi dalam negeri di Sumatera Utara, berikut tergambar grafik pertumbuhan PDRB Sumatera Utara. Gambar 1.2. Persentase Pertumbuahan PDRB Sumut. Sumber : BPS Sumatera Utara, diolah. Dari tabel di atas terlihat bahwa PDRB Sumatera Utara terus mengalami peningkatan. Dapat kita lihat dari pertumbuhan PDRB yang selalu positif. Hal ini cukup menggembirakan, karena PDRB merupakan salah satu indikator kemampuan ekonomi suatu daerah. Bahkan pada tahun 1998 dimana terjadi krisis moneter di Indonesia, Sumatera Utara masih mampu meningkatakan PDRB nya, padahal disaat yang sama perekonomian kita secara nasional mengalami masamasa yang sulit. Hal ini menjadi fenomena tersendiri. Seolah olah krisis moneter tahun 1998 menjadi faktor pendorong pertumbuhan PDRB Sumatera Utara.

9 Namun jika kita menghubungkan pertumbuhan PDRB ini dengan arus Investasi di Sumatera Utara, dimana terjadi pertumbuhan negatif investasi khususnya pada tahun 1997 dan 1998, dan di sisi lain PDRB mengalami kejutan peningkatan yang luar biasa, tentunya hal ini menjadi fenomena yang tidak biasa dan patut menjadi pertanyaan. Melihat fenomena kesenjangan pertumbuhan Investasi di Sumatera Utara, dan kaitannya dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti yang tertulis dalam penjelasan sebelumnya, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai variabel terhadap Investasi di Sumatera Utara dengan menambahkan variabel Dummy yang mewakili krisis moneter tahun 1998. Penelitian yang penulis lakukan berjudul Analisis Determinan Investasi Sumatera Utara. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang pemasalahan tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah tingkat suku bunga, PDRBP, inflasi, persentase kredit terhadap PDRB dan Krisis Moneter berpengaruh signifikan terhadap investasi di Sumatera Utara? 1.3 Tujuan Penelitian adalah: Untuk menjawab permasalaan di atas, maka tujuan dari penelitian ini

10 Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, PDRBP, inflasi, persentase kredit terhadap PDRB dan Krisis Moneter terhadap investasi di Sumatera Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi mengenai determinasi investasi di Sumatera Utara, khususnya terhadap beberapa sektor di atas. 2. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan dalam mengambil kebijakan mengenai Investasi di Sumatera Utara. 3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk meneliti Investasi di Sumatera Utara.