ABSTRACT PENGARUH PENDIDIKAN, PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA, PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, penelitian

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

PRAKTEK KELUARGA BERENCANA (KB) PADA PASANGAN USIA SUBUR MUDA PARITAS RENDAH (PUS MUPAR) JURNAL. Oleh. Ilma Safitri ( )

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI SOSIAL EKONOMI PUS PENGGUNA MOW DAN MOP DI TANJUNG ANOM

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelahiran di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN NILAI ANAK DENGAN

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Verifikatif, dengan jenis pendekatan survei. Menurut Nazir (2005: 63), penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PENGGUNAANN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (JURNAL) Oleh SUCI RAHAYU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PEKERJA WANITA SEKTOR INFORMAL KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang

1. Rinda Ika Maiharti 2. Kuspriyanto. S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEDEN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

Ulfa Miftachur Rochmah. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah cara yang dipakai dalam pengumpulan data. Metode penelitian

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

UNIVERSITAS SILIWANGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI, NOVEMBER 2014

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

PEREMPUAN, PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN (Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012)

Faktor Karakteristik Keluarga, Tingkat Fertilitas dan Pemakaian Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

Transkripsi:

ABSTRACT PENGARUH PENDIDIKAN, PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA, PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Lily Hanifah 1) Buchori Asyik 2) Zulkarnain 3) This study aims to determine the effect of education length, occupation, first age marriage and the use of contraceptives to the number of children born to women of childbearing age couples. The method used in this study is a survey. The population of this study are all women who have children EFA at least one that is 2035 soul. The sample used in this were 95 women EFA. The results in this study is the length of education affect the number of children born, type of work affect the number of children born, age at first marriage affect the number of children born, use of contraceptives affect the number of children born, and length of education, occupation, age at first marriage and the use of contraceptives affect the number of children born. Keywords: Education, Employment, First marriage age, Contraceptive use, Number of children. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survei. Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh wanita PUS yang memiliki anak minimal satu yaitu 2035 jiwa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95 wanita PUS. Hasil dalam penelitian ini adalah lama pendidikan berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, jenis pekerjaan berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, usia kawin pertama berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, dan lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Kata kunci: jumlah anak, pekerjaan, pendidikan, penggunaan alat kontrasepsi, usia kawin pertama. Keterangan: 1. Mahasiswa pendidikan Geografi 2. Dosen Pembimbing 1 3. Dosen Pembimbing 2

1 PENDAHULUAN Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Pertumbuhan penduduk yang tinggi menimbulkan masalah bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan taraf taraf hidup warga negaranya. Idealnya, untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP) dibutuhkan syarat: 1) TFR sekitar 2,1 anak per WUS. 2) NRR (Net Reproductive Ratio) = 1 anak, yaitu rata-rata anak perempuan 1 orang pada setiap keluarga. 3) Keikutsertaan ber-kb minimal 70%. (BKKBN, 2007: 3). Kenyataannya masih dijumpai keluarga PUS yang memiliki anak lebih dari dua orang, seperti halnya yang terdapat pada keluarga pasangan usia subur di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2014, dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Jumlah Anak Lahir Hidup Pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di setiap Dusun di Desa Merak Batin, Kecamatan Natar, 2014 No Dusun Jumlah Jumlah Rata PUS anak Rata PUS 1. Merak 253 908 3,57 Batin Induk 2. Srikaton 125 323 2,58 3. Pasar 148 401 2,70 Lama 4. Citerep 316 766 2,42 5. Tanjung 310 778 2,50 Senang 6. Tanjung 696 1627 2,33 Senang 7. Banjarjo 356 837 2,35 Jumlah 2204 5640 2,55 Sumber: PLKB Desa Merak Batin, 2013 Dari Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa rata-rata jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Tahun 2013 masih tergolong tinggi, yaitu lebih dari 2 orang dengan ratarata 2,55 anak yang kemungkinan masih dapat menambah anak lagi. Keluarga PUS yang memiliki anak lebih dari dua orang masih dijumpai di Desa Merak Batin, tetapi tidak semua PUS di Desa Merak Batin sudah memiliki anak, hanya 2035 PUS yang sudah memiliki anak yang dilahirkan minimal satu, yang terdiri atas 775 PUS (38,08 persen) yang memiliki anak kurang dari atau sama dengan dua ( 2) anak dan 1260 PUS (61,92 persen) yang memiliki anak lebih dari dua atau (> 2) anak (Monografi Desa Merak Batin, 2013). Besar kecilnya jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya, stuktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepi dan

2 pendapatan/kekayaan (Mantra, 2003: 147). Wanita PUS di Desa Merak Batin mempunyai pendidikan masih tergolong rendah. Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu 48,59 persen hanya tamat SD- SMP.Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki wanita PUS di Desa Merak Batin berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan yang memerlukan keahlian yang memadai dengan imbalan yang lebih baik. Hal ini yang menyebabkan wanita PUS di Desa Merak Batin tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar (66,84 persen) wanita PUS di Desa Merak Batin hanya sebagai ibu rumah tangga. Untuk mengatasi tingkat kelahiran bayi tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan perkawinan usia pertama, seperti halnya yang terdapat di Desa Merak Batin, masih terjadi rendahnya usia kawin pertama wanita PUS. Berdasarkan data yang diperoleh usia kawin pertama selama 5 tahun terakhir dari tahun 2009-2013 di Desa Merak Batin yang menikah pada usia kurang dari atau sama dengan 20 tahun ( 20) sebanyak 379 (57,51 persen), sedangkan usia kawin lebih dari 20 tahun (>20) sebanyak 280 (42,48 persen). Menurut Singarimbun (1978: 8) bahwa perkawinan yang diadakan pada umur muda setidak-tidaknya menjamin orang-orang muda itu mempunyai keturunan sebelum mereka menutup usia. Kemudian, ferilitas akan dapat menurun karena penundaan usia kawin dan meningkatnya penggunaan kontrasepsi. Secara umum, wanita PUS di Desa Merak Batin yang menggunakan alat kontrasepsi. Dari jumlah PUS yang menggunakan Alat kontrasepsi, jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh PUS adalah suntik (42,49 persen) dan pil (29,64 persen) menempati urutan kedua. Kedua jenis alat kontrasepsi tersebut merupakan metode kontrasepsi Non MKJP, yaitu alat kontrasepsi jangka pendek yang tingkat kegagalannya relatif tinggi jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD,MOW/Tubektomi,MOP/Vasekto mi, Implant/Susuk. Berdasarkan latar belakang masalah, maka ingin diteliti tentang pengaruh lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survei. Penelitian Survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian kejadian relatif, distributif, dan hubungan antar variabel (Riduwan 2003: 49). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak lahir hidup

3 minimal satu, yang berjumlah 2035 jiwa di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pengambilan sampel dilakukan dengan proposional random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 95. wanita PUSyang memiliki anak lahir hidup. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner penelitian ini terdiri dari 35 pertanyaan. kemudian diadakan uji validitas dan reliabilitas instrument menggunakan SPSS 16 For Windows. Uji persyaratan anlisis data untuk mengetahui normalitas dan homogenitas. Setelah memenuhi persyaratan, kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Secara astronomis terletak antara 05 0 16 55 LS sampai dengan 05 0 19 20 LS dan 105 0 11 5 BT sampai dengan 105 0 14 55 BT. 1. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh lama pendidikan (X1) terhadap jumlah anak yang dilahirkan (Y), dengan besarnya nilai koefisien determinasi variabel lama pendidikan pasangan usia subur (PUS) dalam menentukan besarnya pengaruh jumlah anak yang dilahirkan sebesar 0,239 atau 23,9% dan sisanya 76,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan wanita PUS di Desa Merak Batin masih tergolong rendah, sebagian besar 73 wanita PUS (76,84 persen) hanya menempuh pendidikan selama 6 dan 9 tahun (hanya tamat SD dan SMP), sedangkan 22 wanita PUS (23,16 persen) menempuh pendidikan selama 12 dan lebih dari 12 tahun (> 12) tahun (tamat SMA dan Perguruan Tinggi), sehingga pendidikan wanita PUS masih tergolong rendah. Rendahnya pendidikan wanita PUS disebabkan karena kurangnya ekonomi keluarga, sehingga orang tua tidak mampu untuk membiayai pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga mereka cenderung untuk mencari pekerjaan atau menikah. Wanita PUS yang menempuh lamanya pendidikan yang relatif pendek yaitu 6 dan 9 tahun untuk SD dan SMP rata-rata jumlah anak yang dilahirkan 3,20 anak. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan wanita PUS dengan lamanya pendidikan 12 dan lebih dari 12 tahun yaitu SMA+Perguruan Tinggi (PT) dengan jumlah rata-rata anak yang dilahirkan 2,2 anak dan 2 anak. Menurut Muchtar dan Purnomo (2009: 5) faktor pendidikan sangat erat kaitannya dengan sikap dan pandangan hidup suatu masyarakat. Pendidikan jelas mempengaruhi usia kawin, dengan sekolah maka wanita akan menunda perkawinannya, yang kemudian berdampak pada penundaan untuk memiliki anak.

4 Jadi berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ada pengaruh lama pendidikan wanita PUS terhadap jumlah anak yang dilahirkan, yaitu semakin pendek lamanya pendidikan wanita PUS di Desa Merak Batin cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak dan semakin lamanya pendidikan wanita PUS cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit. Hal ini menyatakan bahwa, ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar 2. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh jenis pekerjaan (X2) terhadap jumlah anak yang dilahirkan (Y), dengan besarnya nilai koefisien determinasi variabel tingkat pendidikan pasangan usia subur (PUS) dalam menentukan besarnya pengaruh jumlah anak yang dilahirkan sebesar 0,208 atau 20,8% dan sisanya 79,2% (Lampiran VII) dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 74 wanita PUS (77,89 persen) tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga (IRT), sedangkan yang bekerja hanya 21 PUS (22,10 persen) dengan jenis pekerjaan seperti buruh, dagang, dan karyawan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alasan wanita PUS tidak bekerja yaitu karena tingkat pendidikan mereka yang tergolong rendah dan tidak memiliki keterampilan dalam suatu bidang sehingga mereka susah untuk mencari pekerjaan yang layak, sehingga mereka memutuskan untuk tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga. Dari hasil penelitian diketahu wanita PUS yang tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga mempunyai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan 3,12 anak, sedangkan wanita PUS yang bekerja memiliki jumlah anak yang dilahirkan 2,45 anak. Hal ini disebabkan karena wanita PUS bekerja lebih mengutamakan pekerjaannya atau karirnya dibandingkan mengurus anaknya sehingga hal tersebut yang membuat wanita PUS yang bekerja untuk memiliki anak yang cenderung lebih sedikit. Menurut Muchtar dan Purnomo (2009: 5) status bekerja wanita mempunyai pengaruh terhadap tingkat fertilitas. Wanita yang bekerja umumnya mempunyai tingkat fertilitas lebih rendah dari wanita yang tidak bekerja. Dalam analisa status bekerja dibedakan antara wanita bekerja dan tidak bekerja. Hal ini menyatakan bahwa, ada pengaruh yang signifikan antara jenis pekerjaan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar 3. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh usia kawin pertama (X3) terhadap jumlah anak yang dilahirkan (Y), dengan besarnya nilai koefisien

5 determinasi variabel usia kawin pertama wanita PUS dalam menentukan besarnya pengaruh jumlah anak yang dilahirkan sebesar 0,316 atau 31,6% dan sisanya 68,4% (Lampiran VII) dipengaruhi oleh faktor lain Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar 48 wanita PUS (50,52 persen) di Desa Merak Batin menikah pada usia muda (<20 tahun). Wanita PUS yang menikah pada usia muda disebakan karena tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya dan karena keadaan ekonomi keluarga yang rendah merupakan salah satu alasan tidak mampunya orang tua untuk membiayi sekolah anaknya sehingga orang tua ingin anaknya untuk segera menikah untuk mengurangi beban keluarga atau tekanan ekonomi. Wanita PUS di Desa Merak Batin yang menikah pada usia yang muda (<20 tahun) mempunyai anak lebih banyak dengan rata-rata anak yang dilahirkan 3,35 anak dibandingkan dengan yang menikah pada usia yang dewasa yaitu 20-24 tahun memiliki rata-rata anak yang dilahirkan 2,62 anak dan wanita PUS yang menikah pada usia >24 tahun memiliki jumlah rata-rata anak yang dilahirkan 2,14 anak. Hal ini disebabkan karena dengan mudanya usia kawin, maka masa reproduksi yang dilewatinya masih panjang, sehingga memiliki potensi menambah anak lagi lebih besar. Menurut Muchtar dan Purnomo (2009: 7) umur kumpul pertama sangat berkaitan dengan tingkat fertilitas, karena umur kumpul pertama menandakan dimulainya masa reproduksi wanta. Oleh karena itu semakin muda wanita mulai katif secara seksual, maka semakin panjang masa reproduksinya, dan pada akhirnya makin besar pula kemungkinan mempunyai anak yang banyak. Menurut Singarimbun (1978: 8) bahwa perkawinan yang diadakan pada umur muda setidak-tidaknya menjamin orang-orang muda itu mempunyai keturunan sebelum mereka menutup usia. Jadi berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ada pengaruh usia kawin pertama terhadap jumlah Anak yang dilahirkan, yaitu usia kawin pertama wanita PUS yang rendah di Desa Merak Batin cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak dan usia kawin pertama wanitapus yang tinggi cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit di Desa Merak Batin Kecamatan Natar 4. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh penggunaan alat kontrasepsi (X4) terhadap jumlah anak yang dilahirkan (Y), dengan besarnya nilai koefisien determinasi variabel penggunaan alat kontrasepsi dalam menentukan besarnya pengaruh jumlah anak yang dilahirkan sebesar 0,511 atau 51,1%. dan sisanya 48,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi wanita PUS di Desa Merak Batin yaitu sebanyak 54 wanita PUS (56,84 persen) menggunakan alat

6 kontrasepsi suntik dan 25 wanita PUS (26,31 persen) menggunakan alat kontrasepsi pil dan 16 (16,84 persen) wanita PUS menggunakan alat kontrasepsi susuk/implant Hasil penelitian menyatakan bahwa, wanita PUS di Desa Merak Batin yang menggunakan MKJP lebih sedikit dibandingkan dengan yang menggunakan non MKJP. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya wanita PUS yang merasa takut untuk menggunakan alat kontrasepsi MKJP karena harus dilakukan operasi kecil untuk pemasangan dan pencabutannya, dan cerita-cerita buruk mengenai jenis alat kontrasepsi MKJP. Wanita PUS di Desa Merak Batin yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP yaitu suntik dan pil mempunyai anak lebih banyak, yaitu yang menggunakan suntik rata-rata anak yang dilahirkan 3,11 anak dan yang menggunakan pil rata-rata jumlah anak yang dilahirkan 3,52 anak, sedangkan 16 wanita PUS menggunakan alat kontrasepsi implant yang merupakan metode MKJP mempunyai rata-rata anak yang dilahirkan 1,62 anak, lebih sedikit dibandingkan dengan ratarata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita PUS yang menggunakan Non MKJP. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan alat kontrasepsi MKJP yaitu lebih efektif dibandingkan dengan alat kontrasepsi Non MKJP), dimana alat kontrasepsi MKJP dapat tahan lama dan PUS yang menggunakannya tidak perlu memerlukan kunjungan perawatan kesehatan secara terus-menerus, sedangkan penggunaan alat kontrasepsi Non MKJP mempunyai tingat kegagalan yang relatif tinggi dibandingkan dengan alat kontrasepsi MKJP. Wanita PUS di Desa Merak Batin yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP seperti Suntik dan Pil sering lupa untuk minum pilnya secara rutin setiap hari, sehingga hal ini dapat menyebabkan kegagalan dan terjadinya kehamilan pada wanita PUS. Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap tingkat fertilitas. Menurut Davis dan Blake dalam Singarimbun (1978: 3) menyatakan bahwa Penurunan fertilitas diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang mempegaruhi terjadinya konsepsi salah satunya adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Sementara Menurut Sumini, Tsalatsa, dan Kuntohadi (2009: xvii) Alat kontrasepsi yang memiliki daya tahan terhadap kemungkinan kehamilan adalah sterilisasi perempuan, sanggama terputus, metode kalendar, implant 3 tahun, dan implant 5 tahun. Metode ini juga tidak banyak memberi dampak kesehatan bagi pemakainya. Jadi berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ada pengaruh penggunaan alat kontrasepsi wanita PUS terhadap jumlah anak yang dilahirkan, yaitu wanita PUS yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP di Desa Merak Batin cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak dan wanita PUS yang menggunakan alat kontrasepsi MKJP cenderung

7 mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit. Hal ini menyatakan bahwa, ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar 5. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh lama pendidikan (X1), jenis pekerjaan (X2), usia kawin pertama (X3) dan penggunaan alat kontrasepsi (X3) terhadap jumlah anak yang dilahirkan (Y), dengan besarnya nilai koefisien determinasi dalam menentukan besarnya pengaruh jumlah anak yang dilahirkan sebesar 0,610 atau 61,0% dan sisanya 39,0% (Lampiran VII) dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa, jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin yaitu kurang dari sama dengan 2 ( 2) adalah sebanyak 29 wanita PUS (30,52 persen) dan jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS lebih dari 2 (>2) sebanyak 66 wanita PUS (69,48 persen). Hal ini disebakan karena sebagian besar wanita PUS yaitu memiliki pendidikan tergolong rendah yaitu yang hanya tamat SD dan SMP sebanyak 73 wanita PUS (76,84 persen) mempunyai rata-rata anak yang dilahirkan 3,37 anak, dan wanita PUS menempuh pendidikan selama 12 tahun dan lebih dari 12 tahun (>12 tahun) (tamat SMA dan Perguruan Tinggi) yaitu sebanyak 22 wanita PUS (23,15 persen) mempunyai rata-rata anak yang dilahirkan 1,77 anak. Selain itu, menurut Hastono (2009: 45) pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Hal ini berkaitan dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk menunda atau membatasi jumlah anak. Pendidikan yang rendah yang dimiliki wanita PUS di Desa Merak Batin berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan yang memerlukan keahlian yang memadai dengan imbalan yang lebih baik. Hasil penelitian menyatakan bahwa wanita PUS yang tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 74 wanita PUS (77,89 persen) rata-rata anak yang dilahirkan 3,12 anak, dan wanita PUS yang bekerja sebanyak 21 wanita PUS (26,60 persen) mempunyai rata-rata anak yang dilahirkan 2,45 anak. Wanita PUS di Desa Merak Batin yang menikah pada usia muda (<20 tahun) mempunyai anak lebih banyak yaitu dengan rata-rata anak yang dilahirkan 3,35 anak dan wanita PUS yang menikah pada usia kawin pertama dewasa yaitu pada usia 20-24 tahun memiliki rata-rata anak yang dilahirkan 2,62 anak dan wanita PUS yang menikah pada usia >24 tahun memiliki jumlah rata-rata anak yang dilahirkan 2,14 anak. Hal ini disebabkan karena wanita PUS di Desa Merak Batin yang menikah pada usia muda kurang dari 20 tahun (<20 tahun) mempunyai anak yang lebih banyak disebabkan karena dengan usia yang lebih muda, wanita PUS memiliki masa reproduksi yang lebih lama dibandingkan dengan wanita PUS yang menikah pada usia dewasa

8 dengan usia yang lebih dewasa wanita PUS memiliki kesempatan reproduksi yang relatif pendek. Sehingga, semakin tua usia kawin pertama akan semakin singkat masa reproduksi yang baik dan sehat. Selain itu, penggunaan alat kontrasepsi wanita PUS di Desa Merak Batin yaitu sebanyak 79 wanita PUS (83,16 persen) menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP, dengan jumlah anak sebanyak 254 anak dengan rata-rata anak yang dilahirkan 3,25 anak, sedangkan 16 wanita PUS (16,84 persen) menggunakan alat kontrasepsi MKJP mempunyai jumlah anak 26 anak dengan ratarata anak yang dilahirkan 1,62 anak. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan MKJP yang lebih efektif dibandingkan Non MKJP, dimana MKJP dapat tahan lama dan wanita PUS yang menggunakannya tidak perlu memerlukan kunjungan perawatan kesehatan secara terusmenerus, sedangkan penggunaan alat kontrasepsi Non MKJP mempunyai tingat kegagalan yang relatif tinggi dibandingkan dengan alat kontrasepsi MKJP. Jadi, hal ini menyatakan bahwa, ada pengaruh antara lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar SIMPULAN DAN SARAN 1. Lama pendidikan berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. semakin pendek lama pendidikan yang ditempuh wanita PUS cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak yaitu >2 anak. 2. Jenis pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Wanita PUS yang tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak >2 anak. 3. Usia kawin pertama berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. semakin rendah usia kawin pertama wanita PUS cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak >2 anak. 4. Penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa wanita PUS yang menggunakan alat kontrasepsi metode jangka pendek (Non MKJP) cenderung mempunyai jumlah anak lebih banyak >2 anak. 5. Lama pendidikan, Jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan

9 wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Saran 1. Bagi wanita PUS yang tingkat pendidikannya rendah untuk lebih memikirkan untuk tidak menikah pada usia nikah yang muda, karena dengan rendahnya usia kawin pertama wanita akan mempertinggi resiko melahirkan ibu dan anaknya. 2. Bagi wanita PUS yang memiliki keinginan memiliki jumlah anak yang banyak perlu diperhatikan, bahwa jumlah anak yang dilahirkan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan merawat anak, karena anak merupakan tanggung jawab orang tua. 3. Diharapkan bagi wanita PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi sebelum mempunyai anak yang banyak. 4. Bagi wanita pasangan usia subur diharapkan untuk menggunakan alat kontrasepsi MKJP yang dinilai memiliki efektifitas yang tinggi dibandingkan dengan alat kontrasepsi Non MKJP untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Daftar rujukan Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agrerat per Kabupaten/Kota Provinsi Lampung. Lampung: BPS. BKKBN. 2007. Materi KIE Keluarga Berencana. Jakarta: BKKBN. Davis, Kingsley dan Blake, Judith. 1978. Struktur Sosial dan Fertilitas: Suatu Kerangka Analitis* dalam Singarimbun, Masri (editor). Liku-liku Penurunan Kelahiran. Jakarta: Aquarista Offset. Hastono, Sutanto Priyo. 2009. Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia: Permodelan dengan Analisis Multilevel. Jakarta: BKKBN. Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muchtar dan Purnomo. 2009. Proximate Determinant Fertilitas Di Indonesia. Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN. Riduwan. 2003. Metode dan Teknik penulisan Tesis. Bandung: Alfabeta. Singarimbun, Masri. 1978. Liku-liku Penurunan Kelahiran. Jakarta: Aquarista Offset. Sumini, Tsalatsa, Y., Kuntohadi, W. 2009. Kontribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi Terhadap Fertilitas, Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN.