BAB I PENDAHULUAN. secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

BAB V PEMBAHASAN. agama akan menjadi anak yang hidupnya tanpa norma-norma agama. akan menjadikan corak kepribadiannya di masa dewasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Menurut Mulyasa, pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pihak yang terkait agar pendidikan dapat berlangsung. sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2008),

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan untuk tetap survive dalam meniti masa depan dan cita-cita.

BAB I PENDAHULUAN. dengan cinta kepada-nya. Dengan pancaran hatinya, ia akan sanggup

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan secara teoritis maupun hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati kedudukan yang sangat penting. Guru sebagai subjek pendidik. sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar dapat dilakukan secara tertib dan efektif. 1 Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi kondisi yang ada di lingkungan sekitarnya. 1. Sedangkan menurut Muhammad Al-Mighwar self control (kontrol diri)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional dituntut agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. dicontohkan oleh Rasulullah SAW, karena dengan akhlak-nya yang mulia beliau

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. Analisis Tata Tertib Pondok Pesantren Al Masyhad Mamba ul. Fallah Sampangan Pekalongan. Dalam menyusun tata tertib pondok pesantren, secara asasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru.

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Model pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlakul karimah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran siswa, sebab tanpa ada pemahaman materi shalat fardhu

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga merupakan salah satu aset terpenting yang nantinya akan membentuk

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. biometrik fingerprint akan mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebuah struktur dan terdiri dari prinsip-prinsip, sehingga membentuk suatu desain

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI I STABAT TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB V PEMBAHASAN. 0,40 0,70 dengan kekuatan hubungan menunjukkan cukup berarti atau sedang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b)

BAB I PENDAHULUAN. peserta didiknya kepada semua peserta didiknya yang memenuhi persyaratan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Progressif, 1997), hlm Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya:

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

BAB VI PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai A) Kesimpulan; B) Implikasi; dan C) Saran.

BAB I PENDAHULUAN. taat dan juga pikirannya dibina dan dikembangkan. 1. merupakan salah satu konsep pendidikan yang menekankan betapa penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan-nya (sahadat),

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi tradisi yang selalu melekat pada pesantren. Kitab kuning pada

BAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu anugerah yang diberikan Allah kepada manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP AKTIVITAS SHALAT LIMA WAKTU SISWA-SISWI MTs NURUL FIKRI WATUPATOK BANDAR PACITAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB V PEMBAHASAN. Kepribadian Muslim Siswa MAN 2 Tulungagung. siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. 1

Hanifah Pendidikan Akhlak pada Anak Usia Dini permsalahan ini ialah, kehadiran seorang ibu di dalam keluarga. sebagai ibu menjadi sumber rasa kasih da

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB V PEMBAHASAN. data yang didapatkan baik melalui observasi partisipan, dokumentasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban adalah pendidikan seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya hingga mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar. Untuk menjamin terlaksananya tugas pendidikan secara baik, hendaknya terlebih dahulu dipersiapkan situasi-kondisi pendidikan yang bernuansa elastis, dinamis, dan kondusif yang memungkinkan bagi pencapaian tugas tersebut. 1 Oleh karena itu, untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan membentuk generasi penerus yang bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan diperlukan pendidikan agama, karena pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang sangat penting berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai. 1 Ramayulis, 2010, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, h. 92. 1

Shalat adalah tiang agama dan merupakan perbuatan yang pertama kali dihisab oleh Allah SWT kelak. Secara ma quli (pandangan akal), Statemen itu dapat dibenarkan, sebab aktifitas shalat mencerminkan kepribadian secara kafah. 2 Ia menjadi cahaya terang keyakinan, obat pelipur beragam penyakit di dalam dada. Oleh karena itu shalat dapat mencegah perilaku keji dan mungkar, juga menjauhkan nafsu yang berkarakter condong pada kejelekan. Selain sebagai praktik dan ritual dalam penyembahan seorang manusia kepada Allah, shalat juga merupakan ibadah yang mengandung simpul-simpul kesuksesan apabila dilaksanakan secara benar. Shalat yang benar tentu harus merujuk kepada shalat Rasulullah SAW sebagai teladan yang secara lansung belajar shalat kepada Dzat yang memerintahkannya. Shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar dan sesungguhnya dengan shalat kita dapat selalu mengingat Allah dan shalat merupakan ibadah yang keutamaannya lebih besar dari pada ibadah yang lainnya. Memahami pengertian shalat merupakan hal yang sudah tentu sangat diperlukan adanya pengertian yang tepat dan benar, karena ibadah yang didasarkan kepada pengertian yang demikian, akan mempunyai makna dan nilai tersendiri terhadap orang yang melaksanakannya. Dengan diketahui dan dipahaminya pengertian tentang shalat baik secara lughawi ataupun secara istilahi, pasti akan tergambar bentuk kongkrit dari ibadah tersebut walaupun hanya secara global. Menurut Sayyid Sabiq, shalat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan memberi 2 Muhaimin, dkk, 1994, Dimensi Studi Islam, Surabaya : Karya Abditama, h.261.

salam. 3 Menurut istilah syara adalah ibadah yang terkumpul didalamnya berbagai bacaan dan perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. 4 Pelaksanaan shalat dapat dilakukan dengan dua cara, sendiri dan secara berjamah. Khusus untuk shalat wajib melaksanakannya secara berjama ah lebih utama. Selain setiap gerakan dan bacaan dalam shalat memiliki sentuhan sosial, Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada kita tentang pentingnya shalat berjama ah dan kedudukannya sebagai perekat kehidupan sosial. Shalat berjamaah selain berfungsi sebagai wadah berkomunikasi dengan Allah SWT juga mampu dijadikan sebagai perekat hubungan sosial antar sesama muslim. 5 Shalat berjama ah merupakan suatu tindakan ibadah shalat yang dikerjakan bersamasama, dimana salah seorang diantaranya sebagai imam dan yang lainnya sebagai makmum. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Pondok Pesantren Jabal- Nur, sekolah tersebut selalu menerapkan disiplin shalat berjama ah bagi seluruh santrinya. Adapun yang menjadi imam dalam pelaksanaan shalat berjama ah di pesantren ini adalah seorang ustaz. Sedangkan untuk petugas adzan, iqomah, dan doa diambil dari setiap para santri-santri putra. Untuk menjaga ketertiban dalam pelaksanaan shalat berjama ah ini adalah tanggung jawab bersama semua jama ah. 3 Sayyid Sabiq, 1973, Fiqih Sunnah Jilid 1,Terjemahan Mahyudin Syaf, Bandung: AlMa arif, h.205. 4 Mamak Moh Zein, 1981, Kedudukan Bilangan Takbir Shalat Idain, Bandung: PT Alma arif, h.26. 5 Jefry Noer, 2006, Shalat yang Benar, Jakarta: Prenada Media, h. 125.

Namun berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan, penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut: a. Gejala kedisiplinan shalat berjama ah 1. Masih ada siswa yang datang terlambat ketika shalat berjama ah; 2. Masih ada siswa yang berkeliaran saat adzan dikumandangkan b. Perilaku sosial siswa 1. Masih ada siswa yang berbicara tidak sopan terhadap guru, dan teman sebayanya; 2. Masih ada siswa yang sering berkelakuan kurang baik di lingkungan pesantren; 3. Masih ada siswa yang suka berkelahi dengan teman-temannya. 4. Masih ada siswa yang melanggar peraturan; Berdasarkan gejala-gejala di atas penulis tertarik akan melakukan penelitian dengan judul PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DALAM MELAKSANAKAN SHALAT BERJAMA AH TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN JABAL-NUR KECAMATAN KANDIS KABUPATEN SIAK.

B. Penegasan Istilah Agar tidak ada kesalah pahaman dalam memahami penelitian ini maka penulis perlu menegaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau pebuatan seseorang. 6 Dalam hal ini pengaruh yang dimaksudkan oleh penulis adalah suatu dampak yang ditimbulkan melalui kedisiplinan shalat berjama ah. 2. Kedisiplinan adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun. 7 Disiplin yang penulis maksudkan di sini adalah disiplin-disiplin ketaatan terhadap peraturan yang ditetapkan oleh sekolah bagi setiap siswa 3. Shalat berjama ah adalah shalat bersama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, satu orang imam dan yang lain menjadi makmum. 8 Shalat berjama ah yang penulis maksudkan di sini adalah shalat secara bersama-sama dengan mengikuti imam yang dilaksanakan oleh setiap siswa di sekolah. 4. Perilaku adalah Menurut Ngalim Purwanto Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude, adalah suatu cara beraksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. 9 Perilaku yang penulis maksudkan di sini adalah sikap atau cara siswa dalam berinteraksi dengan guru atau pun 6 Tulus Tu u, 2004, Peran Disiplin pada Perilaku dan Potensi Siswa, Jakarta : Rineka Cipta, h. 81. 7 Asy Mas udi, 2000, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,Yogyakarta : PT Tiga Serangkai, h. 88. 8 Imran Effendy, 2005, Shalat dalam Persektif Fiqih & Tasawuf, Pekanbaru : CV Gema Syukran Pers, h. 276. 9 Ngalim Purwanto, 1996, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 141.

sesama teman secara baik, yang merupakan efek yang ditimbulkan melalui kebiasaan berinteraksi dengan jama ah dalam shalat berjama ah. 5. Sosial adalah sikap yang ada pada kelompok orang yang ditujukan kepada suatu objek yang menjadi perhatian seluruh orang-orang tersebut. 10 Sosial yang penulis maksudkan di sini alah interaksi seorang siswa kepada guru dan teman secara baik dan sopan. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dan gejala yang penulis paparkan, maka permasalahan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Bagaimana kedisiplinan siswa pondok pesantren dalam melaksanakan shalat berjama ah? b. Apa faktor yang mempengaruhi perilaku sosial siswa di Pondok Pesantren Jabal-Nur Kecamatan Kandis? c. Bagaimana perilaku sosial siswa di Pondok Pesantren Jabal-Nur Kecamatan Kandis? d. Apa pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan shalat berjama ah di pondok pesantren terhadap perilaku sosial siswa Pondok Pesantren Jabal- Nur Kecamatan Kandis? 2. Batasan Masalah Mengingat luasnya cakupan permasalahan yang ada diidentifikasi masalah maka penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yaitu 10 Abu Ahmadi, 1999, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, h. 163.

Kedisiplin Siswa dalam Melaksanakan Shalat Berjama ah dan Perilaku Sosial Siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Jabal-Nur Kecamatan Kandis Kabupaten Siak. Selain itu siswa yang diteliti pun penulis batasi hanya kelas VIII saja. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalahnya adalah Apakah ada pengaruh kedisiplinan shalat berjama ah terhadap perilaku sosial siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Jabal-Nur Kecamatan Kandis Kabupaten Siak? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa dalam melaksanakan shalat berjama ah terhadap perilaku sosial siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Jabal-Nur Kecamatan Kandis Kabupaten Siak. 2. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan acuan dalam menerapkan kedisiplinan shalat berjama ah siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Jabal-Nur Kecamatan Kandis Kabupaten Siak. b. Sebagai bahan acuan dalam membentuk sikap dan perilaku sosial yang baik bagi setiap siswa melalui penerapan kedisiplinan shalat berjama ah di Pondok Pesantren Jabal-Nur Kecamatan Kandis Kabupaten Siak. c. Penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk memperdalam dan mengembangkan pengetahuan penulis.