PENGARUH PERBANDINGAN SOLAR - BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR DIESEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR BIODIESEL (MINYAK JARAK-SOLAR) TERHADAP KANDUNGAN EMISI GAS BUANG MESIN DIESEL

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH PADA SOLAR TERHADAP OPASITAS DAN EMISI GAS BUANG CO, CO 2 DAN HC

Nugrah Rekto P 1, Eka Bagus Syahrudin 2 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB I PENDAHULUAN. BBM petrodiesel seperti Automatic Diesel Oil (ADO) atau solar merupakan

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB Latar Belakang Ketersediaan bahan bakar minyak yang berasal dari minyak bumi semakin hari semakin menipis, sedangkan kebutuhan akan bahan ba

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh:

PENDAHULUAN Latar Belakang

APLIKASI PENGGUNAAN BIODIESEL ( B15 ) PADA MOTOR DIESEL TIPE RD-65 MENGGUNAKAN BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0,6 %

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat


KAJI EKSPERIMENTAL EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR BENSIN DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN CAMPURAN PREMIUM BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Minyak Nabati Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pada Motor Diesel Sistim Injeksi Langsung

EFEK METIL ESTER MINYAK JARAK PAGAR DENGAN DIMETIL ESTER TURUNAN OLEAT TERHADAP EMISI GAS BUANG DARI MESIN DIESEL

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

KAJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR SOLAR DENGAN BIODIESEL (CPO) CAMPURAN B 25 DAN B - 35

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan sebagai sarana transportasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

EKA DIAN SARI / FTI / TK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

PENDAHULUAN BABI. bio-diesel.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

BAB I PENDAHULUAN.

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN AWAL BIODIESEL TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN DAYA PADA MOTOR DIESEL 4 TAK 4 SILINDER

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS

KAJI EKSPERIMENTAL PRESTASI DAN EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR DIESEL MENGGUNAKAN VARIASI CAMPURAN BAHAN BAKAR BIODIESEL MINYAK JARAK ( JATROPHA CURCAS L

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produksi perikanan laut Indonesia dari tahun ke tahun semakin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

ANALISA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BENSIN JENIS PERTALITE DAN PERTAMAX PADA MESIN BERTORSI BESAR ( HONDA BEAT FI 110 CC )

ANALISIS KOMPOSISI GAS BUANG AKIBAT PERUBAHAN MAIN JET NOZZLE PADA SISTEM KARBURATOR MESIN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

JANATEKNIKA VOL.11 NO. 2/JULI 2009 PENGARUH PERBANDINGAN SOLAR - BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR DIESEL Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh besarnya persentase campuran biodiesel pada solar, terhadap emisi gas buang pada berbagai variasi kecepatan putar mesin (rpm). Dalam percobaan menggunakan Engine Test Bed, dimana mesin diletakkan pada suatu bantalan yang kemudian poros output mesin dihubungkan dengan sebuah poros dinamometer. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah Emisi Gas Buang, meliputi : CO, CO 2, serta HC. Bahan bakar yang digunakan adalah solar murni, dan campuran biodiesel 5% (B5), 10% (B10), 15% (B15) dan 20% (B20). Dari penelitian, diperoleh hasil bahwa Emisi Gas Buang CO terendah, terjadi pada bahan bakar B10, CO 2 terendah juga pada bahan bakar B10, dan HC terendah pada bahan bakar B20. Kata Kunci : biodiesel, emisi, persentase, solar. I. PENDAHULUAN Penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia, terutama solar, terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, penggunaan solar, mencapai 27,535 juta kilo liter dan pada tahun 2005 juga, Indonesia telah menjadi net importir minyak solar (Kompas,18 Maret 2006), sehingga dapat kita simpulkan bahwa permasalahan energi, merupakan hal serius untuk segera ditangani saat ini. Salah satu cara penanganannya adalah dengan mengembangkan sumber energi alternatif, khususnya biodiesel sebagai instrumen penting dalam perencanaan dan pengembangan energi nasional. Sumber energi alternatif biodiesel yang dimaksud adalah minyak goreng bekas (recyeled frying oil). Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk biodiesel karena memiliki sifat-sifat yang mirip dengan solar. Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah mengukur seberapa besar pengaruh pemakaian campuran bahan bakar solar - biodiesel terhadap hasil pembakaran/emisi gas buang (CO, CO 2, HC) pada motor diesel dengan berbagai variasi putaran mesin ISSN 1441 1152 107

Pengaruh Perbandingan... Motor Diesel II. LANDASAN TEORI A. Biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester) Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan, lemak hewani serta minyak goreng bekas. Semua tanaman yang mengandung minyak dapat digunakan untuk bahan baku biodiesel (tabel 2.2). Biodiesel yang dibuat dari kedelai biasa disebut soybeen methyl ester (SME), dari kanola atau rapeseed disebut rapseed methyl ester (RME) sedangkan dari jelantah biasa disebut recyeled frying oil methyl ester (RFOME). Jika dibandingkan dengan bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa keunggulan, yaitu: 1. Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat diperbaharui. 2. Biodiesel memiliki nilai cetane yang tinggi, volatili rendah dan bebas sulfur. 3. Lebih ramah lingkungan karena tidak ada emisi SO x. 4. Menurunkan keausan ruang piston, karena sifat pelumasan bahan bakar yang bagus (kemampuan untuk melumasi mesin dan sistem bahan bakar). 5. Aman dalam penyimpanan dan transportasi, karena tidak mengandung racun. 6. Memungkinkan diproduksi dalam skala kecil, sehingga dapat diproduksi di pedesaan. 7. Biodegradabel : lebih mudah terurai oleh microorganisme dibanding minyak mineral. Kajian menunjukkan bahwa biodisel dapat didegradasi secara biologis empat kali lebih cepat dari pada bahan bakar diesel minyak bumi, yaitu mencapai 98 % dalam tiga minggu. Akibat biodegradasi secara biologis, emisi dan bau yang tidak sedap dapat dikurangi. Biodiesel tidak secara cepat meletup atau menyala dalam keadaan normal karena mempunyai titik bakar yang tinggi yaitu 150 C, hal ini berbeda dengan bahan bakar diesel minyak bumi yang titik bakarnya hanya 52 C. Energi yang ada dalam biodiesel 12 % lebih rendah daripada bahan bakar minyak bumi. Biodiesel mengandung energi sekitar 37 MJ/kg, sedangkan diesel mengandung energi sekitar 42 MJ/kg. Pengurangan energi tersebut diimbangi oleh peningkatan efisiensi pembakaran biodiesel sebesar 7 %. Biodiesel dihasilkan melalui proses pemecahan molekul trigliserida yaitu dengan melepaskan tiga buah asam lemak terdiri tulang punggung nya. Pemecahan itu dilakukan dengan metanol atau etanol dan dibantu katalisator. Tiga buah asam lemak itu bereaksi dengan metanol atau etanol menjadi ester metil atau etil asam lemak yang sifat fisiknya mirip denga minyak solar. Rangkaian tulang punggung ini akan menjadi gliserin. Terpecahnya trigliserida menjadi tiga ester asam lemak akan menurunkan sepertiga dari berat awal molekul. Selain itu, akan menurunkan viskositas 5-10 persen. Proses selanjutnya adalah memisahkan biodiesel dari gliserin dan memurnikan produk tersebut. Secara umum proses yang digunakan adalah transesterifikasi yang pada dasarnya mereaksikan minyak tersebut dengan metanol atau etanol yang ditambahkan katalis pada temperatur 60-80 0 C selama 1 jam (gambar 2.1). ISSN 1441 1152 108

JANATEKNIKA VOL.11 NO. 2/JULI 2009 Feedstocks PO / VO separations Soap + Glycerol Triglyceride Gambar 2.1 Diagram proses produksi biodiesel secara umum (Sumber: Biodiesel Fuel for Diesel Engine, Supranto, 2006) B. Minyak Goreng Bekas (jelantah) Pemanfaatan jelantah sebagai bahan baku biodiesel telah dilakukan dibeberapa negara, seperti Jepang, Jerman, Austria dan Hawaii. Ketersediaan yang relatif banyak serta harga yang murah memungkinkan bahan ini dijadikan biodiesel. Ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa bersifat karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan. Senyawa karsinogenik ini berbahaya bagi kesehatan manusia. ISSN 1441 1152 109

Pengaruh Perbandingan... Motor Diesel Gambar 2.2 Minyak jelantah sebelum dan sesudah menjadi biodiesel (Sumber: Menghasilkan biodiesel murah, Rama Prihandana, hal.30) C. Emisi Gas Buang Emisi gas buang kendaraan bermotor telah menjadi sumber utama pencemaran udara terutama di daerah perkotaan. Apalagi dengan bertambahnya unit kendaraan bermotor serta buruknya mutu bahan bakar. Walaupun gas buang kendaraan bermotor terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan uap air, tetapi didalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terdapat didalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hidrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dilepaskan ke udara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Senyawa-senyawa di dalam gas buang yang dinyatakan dapat membahayakan kesehatan adalah berbagai oksida sulfur, oksida nitrogen, dan oksida karbon, hidrokarbon, dan partikulat. Pembentukan gas buang tersebut terjadi selama pembakaran bahan bakar solar di dalam mesin. III. METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menentukan perbandingan campuran dan persiapan alat-alat uji (engine test bed, gas analyzer). Setelah bahan dan alat uji memenuhi syarat, dilanjutkan dengan pengujian untuk mengetahui besarnya emisi gas buang yang terjadi. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 ISSN 1441 1152 110

JANATEKNIKA VOL.11 NO. 2/JULI 2009 Mulai Menentukan perbandingan campuran bahan bakar solar - biodiesel Persiapan alat uji Syarat terpenuhi: Bahan bakar Mesin Alat ukur TIDAK YA Proses pengujian dilakukan Memasukkan data pengujian Melakukan pengolahan data hasil pengujian Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian (Flow Chart) PUTARAN (RPM) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Faktor kelebihan udara (excess air) Lamda ( λ ) SOLAR B5 B10 B15 B20 1650 0,945 1,305 1,339 1,316 1,320 1950 0,930 1,221 1,252 1,244 1,257 2300 0,931 1,197 1,218 1,224 1,242 2650 0,972 1,121 1,222 1,209 1,237 3000 0,935 1,301 1,338 1,321 1,333 ISSN 1441 1152 111

Pengaruh Perbandingan... Motor Diesel Tabel 4.2 Emisi CO pada solar dan campuran biodiesel PUTARAN RPM EMISI CO (%) SOLAR B5 B10 B15 B20 1650 5,475 0,017 0,006 0,017 0,010 1950 5,051 0,048 0,010 0,022 0,013 2300 5,046 0,055 0,020 0,036 0,028 2650 2,490 0,059 0,026 0,038 0,036 3000 3,500 0,063 0,027 0,041 0,045 EMISI CO (%) HUBUNGAN CO DAN PUTARAN 6 5 4 3 2 1 0 1600 1950 2300 2650 3000 SOLAR B5 B10 B15 B20 Poly. (SOLAR) Poly. (B5) Poly. (B10) Poly. (B15) Poly. (B20) PUTARAN (RPM) Gambar 4.1 Grafik hubungan emisi CO dan putaran Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa emisi CO bahan bakar solar, berada jauh di atas emisi CO campuran biodiesel yaitu mencapai 5,475 %. Emisi CO pada bahan bakar solar cenderung menurun dengan bertambahnya putaran mesin. Perbedaan yang jauh antara emisi CO pada solar dan campuran biodiesel disebabkan karena pada bahan bakar solar terjadi campuran kaya (excess air ( λ ) < 1), sedangkan pada bahan bakar campuran biodiesel terjadi campuran kurus (excess air ( λ ) > 1). Untuk menurunkan emisi CO, maka campuran hendaknya dibuat kurus. CO (%) HUBUNGAN CO DAN PUTARAN 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 1600 1950 2300 2650 3000 PUTARAN (RPM) B5 B10 B15 B20 Poly. (B5) Poly. (B10) Poly. (B15) Poly. (B20) Gambar 4.2 Grafik hubungan emisi CO campuran biodiesel dan putaran ISSN 1441 1152 112

JANATEKNIKA VOL.11 NO. 2/JULI 2009 Pada gambar 4.2 terlihat bahwa semua jenis campuran biodiesel mengalami kenaikan dengan bertambahnya putaran mesin. Bahan bakar B5 berada pada posisi teratas dibandingkan dengan campuran biodiesel yang lain, mulai dari putaran 1650 rpm hingga 3000 rpm. Bahan bakar B15 dan B10 mempunyai kecenderungan yang sama apabila dilihat dari bentuk garis (line) pada grafik. Namun B10 berada pada posisi terendah, yang artinya kandungan emisi CO bahan bakar ini adalah paling sedikit dibandingkan bahan bakar yang lain. Sedangkan pada B20 cenderung naik dengan persentase kenaikan yang lebih tinggi daripada B15 dan B10. Hal ini terlihat dengan terbentuknya garis lurus yang naik seiring bertambahnya putaran. Kenaikan CO dapat disebabkan karena pada suhu yang tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO 2 ) dengan karbon (C) yang menghasilkan gas CO. Pada suhu yang tinggi CO 2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen. Reaksi pembentukan CO lebih cepat daripada pembentukan CO 2, sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas CO. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran, maka jumlah gas CO 2 yang terdisosiasi menjadi CO dan O semakin banyak. Oleh karena itu naiknya CO dengan bertambahnya putaran untuk bahan bakar campuran biodisel dapat disebabkan karena suhu yang tinggi. Karena suhu yang tinggi merupakan pemicu terbentuknya CO. CO2 (%) Tabel 4.3 Emisi CO 2 pada solar dan campuran biodisel PUTARAN RPM 22 20 18 16 14 12 EMISI CO2 (%) SOLAR B5 B10 B15 B20 1650 20 11,54 11,32 11,45 11,34 1950 20 13,31 11,97 12,13 11,95 2300 20 13,55 12,37 12,41 12,47 2650 18,86 13,35 12,33 12,53 12,4 3000 15 12,3 11,18 11,41 11,36 HUBUNGAN CO2 DAN PUTARAN 10 1600 1950 2300 2650 3000 PUTARAN (RPM) SOLAR B5 B10 B15 B20 Poly. (SOLAR) Poly. (B5) Poly. (B10) Poly. (B15) Poly. (B20) Gambar 4.3 Grafik hubungan emisi CO 2 dan putaran Dari grafik di atas terlihat bahwa bahan bakar solar berada pada posisi teratas, artinya energi yang terbentuk lebih besar jika dibandingkan dengan campuran biodiesel. Pada bahan bakar solar cenderung mengalami ISSN 1441 1152 113

Pengaruh Perbandingan... Motor Diesel penurunan dengan bertambahnya putaran. Hal ini disebabkan karena kualitas pembakaran yang menurun. Sedangkan pada bahan bakar campuran biodiesel memiliki kecenderungan naik pada putaran 2300 rpm, namun kemudian turun pada putaran 3000 rpm. Penurunan ini disebabkan karena udara yang masuk ke dalam ruang bakar tidak dapat bereaksi secara sempurna dengan bahan bakar atau dapat juga disebabkan karena CO 2 terdisosiasi menjadi CO dan oksigen akibat suhu yang tinggi. Persentase CO 2 pada bahan bakar B5 lebih tinggi daripada campuran biodiesel lainnya. Sedangkan bahan bakar B10, B15 dan B20 memiliki karakter yang hampir sama. Hal ini terlihat pada grafik bahwa garis dari masing-masing jenis bahan bakar yang saling berhimpitan. Dari analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa CO 2 pada bahan bakar campuran biodiesel tidak terjadi perbedaan yang signifikan, tetapi terjadi perbedaan yang cukup besar jika dibandingkan dengan solar. EMISI HC (PPM) Tabel 4.4 Emisi HC pada solar dan campuran biodiesel PUTARAN RPM EMISI HC (PPM) SOLAR B5 B10 B15 B20 1650 4166 19 23 3 8 1950 4086 55 22 8 8 2300 3896 52 21 7 0 2650 3516 56 17 5 0 3000 3653 56 21 7 1 HUBUNGAN EMISI HC DAN PUTARAN 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 1600 1950 2300 2650 3000 PUTARAN (RPM) Gambar 4.4 Grafik hubungan emisi HC dan putaran SOLAR B5 B10 B15 B20 Poly. (SOLAR) Poly. (B5) Poly. (B10) Poly. (B15) Poly. (B20) Pada gambar 4.9 dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan yang sangat jauh antara emisi HC pada bahan bakar solar dan campuran biodiesel. Emisi HC bahan bakar solar berada di atas emisi campuran biodiesel hingga 99,9%. Hal ini terjadi karena pada pembakaran dengan bahan bakar solar, terjadi campuran kaya atau kekurangan oksigen. Sesuai dengan hasil pengujian, bahwa λ yang merupakan faktor kelebihan udara pada bahan bakar solar kurang dari 1 (tabel 4.4). Sehingga menyebabkan bahan bakar tidak terbakar secara sempurna. Berbeda halnya dengan bahan bakar campuran biodiesel, pada grafik terlihat berada jauh di bawah emisi solar. Hal ini disebabkan karena pada bahan bakar campuran biodiesel ini terjadi ISSN 1441 1152 114

JANATEKNIKA VOL.11 NO. 2/JULI 2009 excess air ( λ ) yang lebih dari 1, sehingga hidrokarbon yang terbentuk lebih sedikit daripada solar. EMISI HC (PPM) 70 60 50 40 30 20 10 HUBUNGAN HC DAN PUTARAN 0 1600 1950 2300 2650 3000 PUTARAN (RPM) B5 B10 B15 B20 Poly. (B5) Poly. (B10) Poly. (B15) Poly. (B20) Gambar 4.5 Grafik hubungan emisi HC campuran biodiesel dan putaran Grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan kecenderungan pembentukan emisi HC pada masing-masing persentase campuran. Pada bahan bakar B5 mulai dari putaran 1650 hingga 3000 rpm berada di atas emisi HC campuran yang lain, serta memiliki kecenderungan meningkat dengan bertambahnya putaran. Pada posisi dibawahnya adalah B10 yang memiliki kecenderungan turun dengan bertambahnya putaran mesin. Sedangkan pada bahan bakar B15 tidak terlihat terjadi perbedaan yang signifikan dengan bertambahnya putaran mesin. Penurunan terbesar di antara campuran biodiesel terjadi pada B20, yang semakin turun dengan bertambahnya putaran mesin. Selain yang disebutkan di atas, emisi HC juga dapat terbentuk karena temperatur yang rendah pada daerah dinding silinder, sehingga pada temperatur tersebut tidak mampu melakukan proses pembakaran. V. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Emisi karbon monoksida (CO) bahan bakar solar berada jauh di atas emisi CO campuran biodiesel. Perbedaan ini mencapai 99,6 % di atas campuran biodiesel. 2. Emisi karbon dioksida (CO 2 ) bahan bakar solar berada pada posisi di atas campuran biodiesel dan cenderung mengalami penurunan untuk semua jenis bahan bakar pada putaran 3000 rpm. 3. Emisi hidrokarbon (HC) bahan bakar solar berada jauh di atas campuran biodiesel, hingga mencapai 99, 9%. ISSN 1441 1152 115

Pengaruh Perbandingan... Motor Diesel DAFTAR PUSTAKA Andi Nur Alam Syah, 2006, Biodiesel Jarak Pagar, Agromedia Pustaka, Jakarta. Arismunandar W., Koichi Tsuda, 1997, Motor Diesel Putaran Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta. Arismunandar W., 1988, Motor Bakar Torak, ITB, Bandung. Hanum C.S., 2001, Biodiesel Jelantah dan Pelumas Sawit, www.kompas.com Manut, 2006, Beda Performa Harga Tetap Sama, Majalah Otomotif, Jakarta. Prihandana R., Hendroko R., Nuramin M., 2006, Menghasilkan Biodiesel Murah, Agromedia Pustaka, Jakarta. Purwoko Chamdan, 2005, BBM Langka, Kenapa Nggak Coba Jelantah?, Jakarta, www.bisnis.com. Saputra H., 2001, Biodiesel, mengapa tidak?, www.kompas.com Shintawati A., 2006, Prospek Pengembangan Biodiesel dan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Alternatif di Indonesia, www.bni.co.id Sidik Budoyo, 2006, Teknologi Proses Pencampuran Biodiesel dan Minyak Solar di Indonesia, www.geocities.com Soerawijaya T, 2006, Potensi Indonesia Menghasilkan Biodiesel, www.lipi.com Soerawijaya, 2005, Minyak Lemak atau Biodiesel Ester Metil?, www.pikiranrakyat.com Soerawijaya, 2005, Energi Alternatif- Biodiesel (bagian I), www.lipi.com Sudrajad A, 2005, Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan, www.ppijepang.org Sues, A.A.A., 2002, Biodiesel dari Minyak Jelantah, www.kompas.com Tri Mulyantara, Koes Sulistiadji, 2006, Biodiesel, Bahan Bakar Campuran Ramah Lingkungan, Tangerang, www.pustaka-deptan.go.id Wisnu Arya Wardana, 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi, Yogyakarta. Yuli Setyo Indartono, 2006, Mengenal Biodiesel: Karakteristik, Produksi, Hingga Performansi Mesin, www.beritaiptek.com ISSN 1441 1152 116