PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

EVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

EVALUASI KINERJA SISTEM PEMANTAU AKTIVITAS GAMMA PENDINGIN PRIMER RSG-GAS

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

Kata kunci: sumber radiasi, material, pascairadiasi

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG ASPEK PROTEKSI RADIASI DALAM DESAIN REAKTOR DAYA

KAJIAN KEGAGALAN PENGUKURAN KETINGGIAN AIR SISTEM PENAMPUNGAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH (KPK01 CL001) DI RSG-GAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM PEMUR IA AIR PE DI GI PRIMER RSG-GAS*

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..

KEGIATAN PEMINDAHAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN MATERIAL TERIRRADIASI DI KH-IPSB3 TH

ANALISIS KENAIKAN HARGA AKTIVITAS KPK 01 CR001

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

PENGAWASAN PEMBUATAN DI PUSA T RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

PEMASANGAN SISTEM MONITOR PADA SISTEM BANTU REAKTOR KARTINI

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CONTOH FORMULIR PERSETUJUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

KAJIAN KESELAMATAN RADIASI PADA PUSAT TEKNOLOGI BAHAN INDUSTRI NUKLIR BATAN

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

PERANCANGAN SISTEM PEMANTAU RADIASI TERPUSAT KANAL HUBUNG- INSTALASI PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS (KH-IPSB3)

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

ANALISIS LIMBAH RESIN DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY TAHUN 2008

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

KAJIAN DAMPAK PENERAPAN BSS-115 DI FASILITAS RADIOTERAPI DAN INDUSTRI DI INDONESIA

PEMANTAUAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA SISI OPERASI DAN INTERVENSI HOTCELL INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN

KEANDALAN SISTEM PEMURNIAN TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER RSG GAS

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

IDENTIFIKASI SOURCE-TERM REAKTOR SERBA GUNA-G.A. SIWABESSY UNTUK KESELAMATAN OPERASIONAL

DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL (IEBE)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

EVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PERANCANGAN TELEMONITOR RADIASI GAMMA INTERIM STORAGE-1

Transkripsi:

PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS Nugraha Luhur, Yulis Sumarno, Tri Anggono, Sunarningsih ABSTRAK PENGEDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS. Pemanfaatan RSG GAS sebagai salah satu instalasi nuklir harus dijaga (dikendalikan) agar pekerja radiasi tidak menerima dosis radiasi yang berlebihan, serta paparan radiasi yang ditimbulkan tidak merugikan dan membahayakan masyarakat dan lingkungan. Untuk menjamin keselamatan radiasi dari adanya kegiatan operasi RSG GAS perlu adanya program pengendalian daerah kerja dari paparan radiasi gamma yang intensif terhadap personil dan daerah kerja berdasarkan atas prinsip ALARA (As Low Reasonably Achievable). Pengendalian daerah kerja terhadap paparan radiasi gamma di RSG GAS dilakukan dengan menggunakan sistem pemantauan paparan radiasi gamma yang dipasang permanen dan dengan melakukan pemantauan paparan radiasi gamma menggunakan surveimeter portable. Metode pengendalian daerah kerja terhadap paparan radiasi gamma dilakukan dengan pemantauan rutin, pemantauan opersaional dan pemantauan khusus. Dari keseluruhan kegiatan pengendalian daerah kerja yang berhubungan dengan sumber radiasi gamma di RSG GAS rata rata telah terkendali dengan baik sesuai prosedur prosedur kegiatan yang ada di RSG GAS. Dan secara umum tingkat paparan radiasi gamma di RSG GAS lebih kecil dari 2,5 mr/jam, sehingga pekerja radiasi boleh bekerja selama 8 jam dalam satu hari sesuai dengan peraturan perundang undangan ketenaga nukliran yang berlaku di indonesia. Penerimaan dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi di RSG GAS rata rata sebesar 0,026 msv/triwulan, jauh dibawah batas yang diijinkan sebesar 12,5 msv/triwulan. ABSRACT CONTROLLING OF GAMMA RADIATION ZONE IN RSG GAS. The usage of RSG GAS as a nuclear installation must be controlled so the radiation workers do not accept over dose radiation, also the radiation exposure that appeared does not injure and endanger to the community and environment. To guarantee from the radiation safety of operation activity in RSG GAS, it is needed an intensive controlling program of gamma radiation exposure to the person and zone based on the ALARA (As Low Reasonably Achievable) principle. The zone controlling of gamma radiation exposure in RSG GAS is carried out by using the system of monitoring of gamma radiation exposure that permanently installed and by doing the monitoring of gamma radiation exposure with portable surveymeter. The method of zone controlling to the gamma radiation exposure is carried out with periodic monitoring, operational monitoring and special monitoring. From the whole zone controlling activities that related to gamma radiation source in RSG GAS generally in a good control accordance with the activity procedures that exist in RSG GAS.Generally gamma radiation exposure level in RSG GAS less than 2.5 mr/hour, so the radiation workers are allowed working 8 hours a day based on the nuclear power regulation and law implemented in Indonesia. The radiation dose acceptance that receieved by the radiation working in RSG GAS in average 0.026 msv every three monts, it is for below the allowed limitation 12.5 msv every three monts. 545

I. PENDAHULUAN Pada suatu instalasi nuklir seperti RAG GAS, pengendalian daerah kerja terhadap paparan radiasi gamma adalah suatu hal yang mutlak yang harus diamati dan ditaati untuk menjaga kesehatan dan keamanan bagi pekerja radiasi. Pemanfaatan RSG GAS sebagai salah satu instalasi nuklir harus dijaga (dikendalikan) agar pekerja radiasi tidak menerima dosis radiasi yang berlebihan, serta paparan radiasi yang ditimbulkan tidak merugikan dan membahayakan masyarakat dan lingkungan. Untuk menjamin keselamatan radiasi dari adanya kegiatan operasi RSG GAS perlu adanya program pengendalian daerah kerja dari paparan radiasi gamma yang intensif terhadap personil dan daerah kerja berdasarkan atas prinsip ALARA (As Low Reasonably Achievable). Untuk itu diperlukan suatu sistem proteksi dan petugas proteksi radiasi yang handal. Sistem proteksi radiasi harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian, khususnya sistem proteksi radiasi portable harus dalam kondisi terkalibrasi (mempunyai sertifikat kalibrasi) dari lembaga yang berkompetensi. Sedangkan untuk Petugas Proteksi Radiasi (PPR) sebaiknya mempunyai SIB (Surat Ijin Bekerja) untuk instalasi nuklir yang dikeluarkan oleh Bapeten. Seorang PPR harus menguasai tugas dan kewajiban seorang PPR, dengan demikian diharapkan pengendalian daerah kerja terhadap paparan radiasi gamma akan berlangsung dengan baik, jika sistem proteksi radiasi dan PPR dalam keadaan terkondisi. Di RSG GAS pengendalian daerah kerja terhadap paparan radiasi gamma dilakukan dengan melakukan pemantauan paparan radiasi gamma di daerah yang dominan memancarkan paparan radiasi gamma dan daerah dimana para pekerja radiasi sering beraktivitas melakukan kegiatanya, yaitu di lantai 6.50 m, lantai 0.00 m, lantai + 8.00 m, dan lantai + 13.00 m (gambar 1). Maksud dan tujuan dari pemantauan radiasi gamma di daerah kerja adalah untuk menentukan bahwa tidak ada tingkat radiasi yang tak normal telah terjadi ditempat atau di daerah kerja, serta memperkirakan nilai batas dosis radiasi tertinggi untuk para pekerja radiasi terhadap paparan radiasi gamma berdasarkan dari pengukuran tingkat paparan radiasi gamma. II. DAERAH SUMBER RADIASI GAMMA DI RSG GAS 1. Balai Operasi Reaktor lantai +13.00 m (nomor ruangan 0721) Balai operasi merupakan ruang yang paling utama dimana pada ruang ini terdapat kolam reaktor tempat teras reaktor berada. Kegiatan yang dilakukan pada ruang ini cukup banyak mulai dari pembongkaran dan pemuatan bahan bakar, pembongkaran 546

dan pemufaatan material irradiasi, perawatan dan perbaikan detektor detektor neutron dan lain lain. Dari kegiatan kegiatan tersebut terdapat material material hasil irradiasi, maupun peralatan pendukung yang menjadi radioaktif. 2. Ruang Sistem Rabbit lantai + 08.00 m (nomor ruangan 0629) Sistem Rabbit adalah Sistem yang dipergunakan untuk eksperimen irradiasi sample dengan waktu irradiasi yang relatif pendek. Pada sistem ini terdapat ruang Sel Panas (Hot Cell) yang dipergunakan untuk penangan material material irradiasi. 3. Ruang Penukar Panas lantai + 08.00 m (nomor ruangan 0625) Sistem ini masih satu ruang dengan ruang sistem pendingin primer hanya saja pada ruang ini disekat dibagian atasnya yang dipergunakan untuk pengoperasian katupkatup manual dalam rangka venting, draining (pengurasan), filling (pengisian/penambahan) dan lain lain terhadap perlengkapan perlengkapan yang ada pada sel primer. 4. Balai Eksperimen lantai 0.00 m (nomor ruangan 0423) Di Balai Eksperimen terdapat lima fasilitas eksperimen memanfaatkan fluks neutron dari teras reaktor yaitu : S1 untuk fasilitas Iodine Loop S2 untuk fasilitas Radiografi Neutron S4 untuk fasilitas Spektrometer Neutron Tiga Sumbu S5 untuk fasilita Difraktrometer Neutron 4 lingkaran S6 untuk fasilitas Difraktrometer Neutron Serbuk (beam tube) yang Fasilitas fasilitas tersebut selain memancarkan paparan radiasi netron juga memancarkan paparan radiasi gamma pada saat rektor beroperasi dan sistem tersebut beroperasi (shutter) dibuka 5. Ruang Pompa Sistem Pendingin Primer lantai + 0.00 m (ruangan 0424) Sistem pendingin primer reaktor berfungsi untuk memindahkan panas yang timbul di teras reaktor saat reaktor beroperasi. Ruang ini merupakan tempat diletakkannya 3 buah pompa sirkulasi air pendingin yang melewati teras reaktor dimana reaksi fisi 547

berlangsung, sehingga air yang tersirkulasi memancarkan paparan radiasi gamma yang cukup tinggi. 6. Ruang Sistem FAK 01 lantai 6.50 m (nomor ruangan 0231) Sistem FAK01 yaitu sistem pemurnian kolam penyimpanan bahan bakar bekas yang berfugsi untuk membersihkan hasil hasil aktivasi dan kotoran kotoran mekanik air kolam penyimpanan bahan bakar bekas dan untuk membuang panas yang timbul yang disebabkan dari burn up elemen elemen bakar yang tersimpan dalam kolam tersebut. Dari beroperasinya sistem tersebut maka ruang ini berpotensi mempunyai paparan yang lebih tinggi dari ruang yang lain. 7. Ruang Sistem KBE 01 lantai 6.50 m (nomor ruangan 231) Sistem KBE 01 yaitu sistem pemurnian air pendingin primer yang berfugsi untuk menghilangkan hasil aktivasi dan kotoran mekanik dari air kolam reaktor dan untuk menjaga kualitas air pada tingkat yang diperlukan hal ini diperlukan untuk membatasi tingkat radiasi di ruang Balai Operasi lantai + 13.00 m. selain itu berfungsi juga untuk menjaga kebersihan air kolam reaktor sehingga kontak antara air dan bagian dalam kolam selalu dalam keadaan baik. Dari beroperasinya sistem tersebut maka ruang ini berpotensi mempunyai paparan yang lebih tinggi dari ruang yang lain. 8. Ruang Sistem KBE 02 lantai 6.50 m (nomor ruangan 0232) Sistem KBE 02 adalah sistem pemurnian dan lapisan air hangat yang berfungsi : Menyediakan air hangat secara terus menerus dimurnikan, dengan perbedaan temperatur antara 8 O C sampai 10 O C dibanding dengan temperatur air kolam dibagian bawahnya. Untuk menjaga kenaikkan paparan radiasi gamma di permukaan kolam reaktor balai operasi lantai + 13.00 m Untuk mengisi air ke tabung berkas neutron. (beam tube) di Balai Eksperimen lantai 0.00 m) Dari beroperasinya sistem tersebut maka ruang ini berpotensi mempunyai paparan yang lebih tinggi dari ruang yang lain. 9. Ruang Limbah Cair KPK 02 lantai 6.50 m (nomor ruangan 0121) Ruang ini berfungsi unutk penampungan limbah cair aktivitas menengah. 548

10. Ruang Limbah Cair KTA 01 lantai 6.50 m (nomor ruangan 0120) Ruang ini berfungsi unutk penampungan limbah cair yang berasal dari komponen pendingin primer. 11. Ruang Limbah KBK 02 lantai 6.50 m (nomor ruangan 0243) Ruang ini berfungsi unutk penampungan dan transfer resin bekas. 12. Ruang Limbah Padat lantai 6.50 m (nomor ruangan 0222) Ruang ini berfungsi untuk menyimpan material material radioaktif yang sudah tidak dipergunakan. Material radioaktif yang dimaksud adalah material material yang menjadi radioaktif karena irradiasi seperti bekas eksperimen atau material lain karena letak dan fungsinya sehingga material tersebut menjadi radioaktif. III. METODE PENGENDALIAN DAERAH KERJA Pengendalian daerah kerja dari paparan radiasi gamma di RSG GAS dilakukan dengan 2 cara yaitu: melakukan pembacaan sistem pemantauan paparan radiasi gamma yang terpasang permanen di daerah kerja dalam gedung reaktor melakukan survei menggunakan surveimeter portable 1. Pemantauan Paparan Radiasi Gamma Terpasang Permanen Sistem pemantauan paparan radiasi gamma ini terpasang permanen di berbagai lokasi yang dipilih dan ditentukan letaknya di dalam gedung reaktor yaitu di ruangan ruangan yang memungkinkan terdapat paparan radiasi gamma. Fungsi dan kegunaan dari sistem ini yaitu untuk mengukur besarnya paparan radiasi setempat dan menampilkan besar paparan radiasi yang terukur dalam satuan mr/jam serta membangkitkan alarm alarm jika besar paparan radiasi tertentu dilampui dengan maksud untuk memperingatkan para pekerja radiasi. Terdapat 13 buah sistem pemantauan paparan radiasi gamma yang dipasang di daerah kerja di RSG GAS yaitu: 1. UJA02 CRR001, lantai 6.50 m, nomor ruangan 0221 2. UJA02 CRR002, lantai 6.50 m, nomor ruangan 0237 3. UJA04 CRR001, lantai 0.00 m, nomor ruangan 0421 549

4. UJA04 CRR002, lantai 0.00 m, nomor ruangan 0424 5. UJA04 CRR003, lantai 0.00 m, nomor ruangan 0423 6. UJA04 CRR004, lantai 0.00 m, nomor ruangan 0223 7. UJA06 CRR001, lantai + 8.00 m, nomor ruangan 0621 8. UJA06 CRR002, lantai + 8.00 m, nomor ruangan 0629 9. UJA07 CRR001, lantai + 13.00 m, nomor ruangan 0721 10. UJA07 CRR002, lantai + 13.00 m, nomor ruangan 0721 11. UJA07 CRR003, lantai + 13.00 m, nomor ruangan 0721 12. UJA07 CRR004, lantai + 13.00 m, nomor ruangan 0721 13. UJA09 CRR001, lantai + 27.00 m, nomor ruangan 0935 Semua sistem pemantauan paparan radiasi gamma yang terpasang permanen ini merupakan piranti ukur dengan rancangan terpusat, yaitu semua pembacaan paparan radiasi gamma dapat dilakukan di satu tempat yaitu di Ruang Kendali Utama (RKU) RSG GAS. 2. Pemantauan Paparan Radiasi Gamma dengan Surveimeter Portable Pemantauan paparan radiasi gamma menggunakan surveimeter portable di daerahdaerah yang berpotensi terdapat paparan radiasi gamma serta dimana para pekerja radiasi sering melakukan kegiatannya. Surveimeter gamma yang dipergunakan di RSG GAS yaitu: Analog Surveimeter Babyline 81 built in probe, buatan Nardeux Digital Surveimeter Smart Ion built in probe buatan Analog Surveimeter model 2242 built in probe, buatan Ludlum Digital Surveimeter Teledetektor model Xetex 302 B buatan Xetex Sedangkan pemantauan daerah kerja yang dilakukan di RSG_GAS terdiri dari: pemantauan rutin pemantauan operasional pemantauan khusus a. Pemantauan Rutin Pemantauan rutin yaitu pemantauan paparan radiasi gamma yang dilaksanakan secara berkala setiap hari untuk mengukur tingkat paparan radiasi gamma di daerah kerja b. Pemantauan Operasional Pemantauan operasional yaitu pemantauan paparan radiasi gamma yang dilaksanakan dalam waktu yang direncanakan pada pelaksanaan kegiatan operasi tertentu c. Pemantauan Khusus Pemantauan khusus yaitu pemantauan paparan radiasi yang dilakukan untuk memperoleh data yang digunakan untuk membuat laporan mengenai 550

permasalahan yang ditimbulkan dari suatu keadaan tak normal, kejadian khusus atau kecelakaan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMANTAUAN RUTIN Tabel 1: Data pembacaan paparan radiasi gamma sistem terpasang (UJA) periode Bulan Januari 2005 s.d. Maret 2005 551

Gambar 1. Grafik paparan radiasi gamma di RSG GAS menggunakan pemantauan terpasang permanen Dari tabel 1 dan gambar 1 dapat ditunjukkan bahwa pembacaan paparan radiasi gamma menggunakan sistem pemantauan paparan radiasi gamma yang terpasang permanen di daerah atau ruangan ruangan dalam gedung RSG GAS pada saat reaktor tidak beropersi dan pada saat reaktor beroperasi 15 MW. Dari gambar 1 dapat ditunjukkan bahwa paparan radiasi gamma relatif rendah baik pada saat reaktor beroperasi maupun tidak beroperasi, paparan rata rata terbaca dibawah 0.3 mr/jam. Diatas permukaan kolam reaktor lantai +13.00 paparan radiasi gamma di pantau oleh sistem UJA07 CR004 terbaca sebesar 1 mr/jam pada saat reaktor beropersi 15 MW hal ini karena system UJA 07 CR004 terletak di pinggir permukaan kolam reaktor. Paparan radiasi gamma terbaca cukup besar yaitu pada sistem UJA 04 CR004 sebesar 53 mr/jam, hal ini dikarenakan sistem UJA04 CR002 ditempatkan di ruang pompa primer berdekatan dengan pipa aliran air pendingin primer reaktor. 552

Tabel 2: Data pemantauan paparan radiasi gamma menggunakan surveimeter portable periode Bulan Januari 2005 s.d. Maret 2005 LOKASI PENGUKURAN PAPARAN RADIASI RATA_RATA PADA DAYA 0 MW ( mr/jam ) PAPARAN RADIASI RATA_RATA PADA DAYA 15 MW ( mr/jam ) Januari Februari Maret Ratarata 2005 ri 2005 2005 Januari Februa Maret 2005 2005 2005 Rata rata 1. 0.127 0.117 0.102 0.115 0.115 0.151 0.131 0.132 2. 0.120 0.097 0.083 0.100 0.100 0.126 0.114 0.113 3. 0.126 0.098 0.088 0.104 0.102 0.129 0.107 0.113 4. 0.116 0.103 0.095 0.105 0.118 0.158 0.177 0.151 5. 0.136 1.113 0.122 0.457 0.305 0.310 0.302 0.306 6. 0.144 0.151 0.140 0.145 0.724 0.695 0.538 0.652 7. 0.132 0.116 0.123 0.124 0.173 0.210 0.182 0.188 8. 0.150 0.121 0.115 0.129 0.238 0.238 0.193 0.223 9. 0.121 0.109 0.096 0.109 0.135 0.163 0.121 0.140 10. 0.147 0.159 0.140 0.149 5.609 5.100 3.820 4.843 11. 0.130 0.154 0.122 0.135 0.143 0.175 0.140 0.153 12. 1.185 0.140 0.129 0.485 0.291 0.323 0.403 0.339 13. 0.128 0.125 0.113 0.122 0.184 0.215 3.282 1.227 14. 0.134 0.119 0.111 0.121 0.136 0.178 0.151 0.155 15. 0.137 0.135 0.116 0.129 0.173 0.180 0.173 0.175 16. 0.140 0.119 0.120 0.126 0.167 0.178 0.173 0.173 17. 0.144 0.134 0.132 0.137 0.449 0.285 3.320 1.351 18. 0.153 0.156 0.145 0.151 3.182 2.825 2.582 2.863 19. 0.124 0.115 0.099 0.113 0.113 0.131 0.162 0.135 20. 0.130 0.136 0.115 0.127 0.215 0.243 0.209 0.222 21. 0.156 0.156 0.137 0.150 5.127 4.963 4.045 4.712 22. 0.151 1.143 0.149 0.481 0.358 0.405 0.381 0.381 23. 0.134 0.119 0.113 0.122 0.184 0.173 0.161 0.173 24. 0.180 0.143 0.153 0.159 0.909 0.463 0.453 0.608 25. 0.223 0.175 0.175 0.191 2.595 1.238 1.229 1.687 26. 0.166 1.147 0.139 0.484 0.887 0.465 0.365 0.572 553

27. 0.182 0.175 0.148 0.168 1.860 1.463 1.179 1.501 28. 0.416 0.269 0.336 0.340 0.422 0.405 0.336 0.388 29. 0.137 0.116 0.119 0.124 0.200 0.168 0.156 0.175 30. 0.181 0.161 0.365 0.236 1.636 1.375 1.187 1.399 Dari tabel 2 dan gambar 2 juga dapat ditunjukkan hasil pengukuran paparan radiasi gamma di daerah atau ruangan ruangan dalam gedung RSG GAS menggunakan surveimeter pada saat reaktor tidak beroperasi dan pada saat reaktor beroperasi 15 MW. Dari gambar 2 dapat dilihat terdapat titik titik pengukuran yang relatif lebih tinggi dibanding titik titik pengukuran yang lain pada saat reaktor beropersi 15 MW. Pada titik titik pengukuran nomor 13 dan 17 paparan radiasi gamma berasal dari beam tube atau fasilitas eksperimen di Balai Eksperimen lantai 0.00. Tinggi rendahnya paparan radiasi gamma pada Balai eksperimen ini dipengaruhi oleh beroperasi tidaknya (dibuka atau ditutupnya) shutter beam tube dari fasilitas eksperimen yang berada di Balai eksperimen. Pada titik titik pengukuran nomor 25, 27 dan 29 paparan radiasi gamma berasal dari kolam reaktor dan penyimpanan bahan bakar bekas. Pada kolam reaktor paparan radiasi gamma dapat menjadi lebih tinggi jika sistem lapisan air hangat mendapat gangguan (tidak beroperasi), sedangkan pada kolam penyimpanan bahan bakar bekas paparan radiasi gamma meningkat karena penyekat kolam reaktor dan kolam penyimpanan bahan bakar bekas tidak rapat atau terdapat material pasca iradiasi yang masih digantung dekat permukaan kolam untuk penanganan lebih lanjut. Paparan pada titiktitik tersebut diatas, besarnya masih dibawah batas paparan untuk pekerja radiasi sebesar 2.5 mr/jam. Pada titik titik pengukuran nomor 10, 18 dan 21 paparan radiasi gamma berasal 554

dari ruangan sistem pendingin primer reaktor dan besarnya diatas 2.5 mr/jam maka dilakukan pengendalian dengan pemberian pagar kuning pada paparan 2.5 mr/jam. Jika dibandingkan antara pengukuran paparan radiasi gamma menggunakan sistem pengukuran yang terpasang permanen dan menggunakan surveimeter portable, terlihat bahwa dengan menggunakan surveimeter terukur paparan radiasi gamma yang lebih tinggi pada ruang yang sama di lokasi tertentu. Hal ini dikarenakan antara sumber radiasi dengan detektor yang terpasang permanen jaraknya cukup jauh. Karena hal tersebutlah di RSG GAS pengendalian daerah kerja terhadap paparan radiasi gamma dilengkapi (back up) dengan melakukan pemetaan terhadap paparan radiasi gamma di dalam gedung reaktor. Sehingga kegiatan pengendalian daerah kerja di RSG GAS dapat menjamin keselamatan dari paparan radiasi dari adanya kegiatan operasi RSG GAS dan untuk menentukan bahwa tidak ada tingkat radiasi yang tak normal telah terjadi ditempat atau di daerah kerja, serta memperkirakan nilai batas dosis radiasi tertinggi untuk para pekerja radiasi terhadap paparan radiasi gamma berdasarkan dari pengukuran tingkat paparan radiasi gamma. 555

B. PEMANTAUAN OPERASIONAL Tabel 3: Data pemantauan paparan radiasi gamma operasional menggunakan surveimeter. Dari Tabel 3 dapat ditunjukkan data pemantauan paparan radiasi gamma pada kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu yang direncanakan pada pelaksanaan kegiatan operasi tertentu. Pada kegiatan ini karena berhubungan dengan paparan radiasi yang cukup besar, maka dalam pelaksanaan perlu pengendalian yang lebih terinci, sumber radiasi mau diapakan atau dikemanakan dan waktu pelaksanaan perlu berapa lama, maka perencanaan harus disusun terlebih dahulu agar dalam pelaksanaan kegiatan pekerja radiasi tidak mendapat dosis radiasi melebihi batas dosis yang diijinkan. Untuk penangan yang berhubungan dengan sumber sumber radiasi yang tinggi di RSG GAS biasanya hanya memerlukan waktu yang relatif singkat karena hanya berupa kegiatan pemindahan atau penggantian sistem, sehingga paparan radiasi gamma tetap terkendali dengan baik. Dan setiap pekerjaan (pelaksanaan 556

kegiatan) atau memasuki daerah radiasi yang tinggi di atas 2,5 mr/jam pekerja radiasi selalu dan wajib didampingi oleh Petugas Proteksi Radiasi. Dari keseluruhan kegiatan pengendalian daerah kerja yang berhubungan dengan sumber radiasi gamma di RSG GAS rata rata telah terkendali dengan baik sesuai prosedur prosedur kegiatan yang ada di RSG GAS. Dan secara umum tingkat paparan radiasi gamma di RSG GAS < 2,5 mr/jam, sehingga pekerja radiasi boleh bekerja selama 8 jam dalam satu hari sesuai peraturan perundang undangan ketenaga nukliran yang berlaku di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari penerimaan dosis radiasi rata rata yang di terima oleh para pekerja radiasi di RSG GAS. Sebagai contoh tabel 4 di bawah ini menggambarkan data dosis radiasi ratarata di setiap Bidang yang ada di RSG GAS periode bulan Januari tahun 2005 sampai dengan bulan Maret 2005. V. KESIMPULAN 1. Pengendalian daerah kerja terhadap paparan radiasi gamma di RSG GAS dapat dilaksanakan dengan baik dan terprogram dengan tingkat paparan radiasi secara umum masih dibawah < 2,5 mr/jam, sehingga pekerja radiasi boleh bekerja selama 8 jam dalam satu hari. 2. Penerimaan dosis yang diterima oleh pekerja radiasi di RSG GAS rata rata sebesar 0,026 msv/triwulan, jauh dibawah batas yang diijinkan sebesar 12,5 msv/triwulan. 557

DAFTAR PUSTAKA 1. Keputusan kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir, nomor : 01/Ka BAPETEN/V 99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi bagi Pekerja Radiasi 2. Kumpulan Diktat Diklat Penyegaran Operator dan Supervisor Reaktor Oktober 2001 3. Kumpulan Laporan Kegiatan Mapping gamma Subbidang Pengendalian Daerah Kerja Bidang Keselamatan P2TRR tahun 2005 4. Undang undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997, tentang Ketenaganukliran 558

HASIL DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Pipin ( PRR BATAN ) Pertanyaan: a.bagaimana cara mengkalibrasi alat atau sistem proteksi yang terpasang permanen? Jawaban: a.di RSG GAS peraturan ( maintenance ) atau kalibrasi mengikuti prosedur kalibrasi mengikuti prosedur yang ada ( MRM: Maintenance and Report Manual ) yaitu: Dengan sumber standar sekunder, satu paket dengan sistem yang ada sejak pengadaan atau pemasangan sistem. Dengan sumber arus. Yang keduanya berfungsi untuk mengetahui linieritas alat ukur. 559