EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW. obat tersebut. Di India, tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mulut secara sengaja maupun tidak sengaja. Ulkus traumatikus pada mukosa

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

I.PENDAHULUAN. tingkat keparahan luka yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontinuitas jaringan hidup (Nalwaya,et al. 2009). Luka disebabkan oleh trauma fisik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan salah satu aspek yang dapat menurunkan nilai estetika

Efektivitas Penggunaan Larutan NaCl dibandingkan dengan d40% Terhadap. Proses Penyembuhan Luka Ulkus DM. di RSUD KUDUS

Use of Metronidazole Gel to Control Malodor in Advanced and Recurrent Breast Cancer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau. gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN HISTOPATOLOGI JANTUNG DAN OTAK PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Per Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara-negara maju seperti

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB I PENDAHULUAN tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kerusakan secara selular dan diskontinyu anatomis pada suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. diindonesia merupakan angka tertinggi di bandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

PERBEDAAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA BERSIH ANTARA PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN GERUSAN BAWANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN. dan 18.3% akibat terluka benda tajam (WHO, 2005 : Modul TBM, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I Keperawatan Percobaan Murni Disusun oleh: RIF ATININGTYAS HARIS J210050042 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai organ tubuh yang letaknya paling luar dan terbesar dalam tubuh serta fungsinya sebagai barrier tubuh, kulit mudah terjadi luka. Luka dapat disebabkan karena trauma fisik, mekanik, maupun kimia. Jenis luka dapat diklasifikasikan menjadi luka fisik dan mekanik. Pada suatu tahap, luka akan mengalami serangkaian proses perbaikan dan penyembuhan yang merupakan cara untuk memperbaiki sel dan jaringan yang rusak dengan penggantian oleh jaringan baru yang sempurna atau terbentuk jaringan parut. (Sudiono, 2003). Saat suatu jaringan mengalami trauma, maka akan terjadi serangkaian reaksi yang menimbulkan suatu mekanisme pertahanan yang dapat memproteksi terhadap penyebaran agen menjadi semakin meluas yang dapat memperparah kondisi trauma. (Rachmawati, 2002). Proses penyembuhan luka adalah proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga perlu mendapatkan perhatian yang baik dan terus menerus agar penyembuhan dapat berlangsung dengan baik dan ideal. (Lastianny, 2002). Berbagai usaha untuk mempercepat proses penyembuhan luka sering dilakukan dalam bentuk sistemik dan lokal. Diperlukan suatu proses penyembuhan luka yang cepat untuk segera memperbaiki struktur jaringan sehingga fungsi dari jaringan tersebut dapat normal kembali. Sebenarnya penyembuhan luka dapat terjadi secara cepat jika 1

2 berada dalam kondisi yang normal, tetapi penyembuhan luka akan mengalami hambatan apabila mengalami berbagai macam gangguan dan komplikasi seperti infeksi dan insufisiensi vaskular pada luka tersebut. (Ismardianita, 2003). Penyembuhan yang diharapkan berada dalam batas ideal apabila suatu penyembuhan luka sempurna dengan regenerasi yang cepat. Penyembuhan sempurna terkadang sulit terjadi karena proses penyembuhan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lokal dan sistemik. Penyembuhan luka dapat dihambat oleh beberapa faktor, antara lain: infeksi, diet, usia, defisiensi vitamin C, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan anemia, suplai darah dan oksigen yang tidak adekuat, stress emosional dan pergerakan jaringan, malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat dihambat oleh konsumsi steroid jangka panjang. (Tambayong, 2000; Sudiono, 2003). Penyembuhan secara ideal berusaha memulihkan seperti jaringan asalnya, namun bila tidak mungkin akan terbentuk jaringan parut. Radang ada yang akut dan ada yang menahun, dan penyebab yang paling tersering dari radang ini adalah infeksi. (Tambayong, 2000). Untuk itu diperlukan teknik yang tepat dalam perawatan luka, dan yang terpenting adalah penggunaan bahan yang tepat dalam perawatan luka. Dalam perawatan luka hal ini sangat penting karena apabila tidak tepat dapat mengakibatkan luka sulit sembuh dan memungkinkan terjadinya infeksi. Perawat harus memahami fisiologi penyembuhan luka dan ditantang untuk memberikan pengkajian luka berdasarkan pengetahuan integritas kulit dan pencegahan infeksi. (Morison, 2004).

3 Seperti yang kita ketahui, iodin mempunyai sifat antiseptik (membunuh kuman) baik bakteri gram positif maupun negatif. Akan tetapi iodin bersifat iritatif dan lebih toksik bila masuk ke pembuluh darah. Dalam penggunaannya iodin harus diencerkan terlebih dahulu, hal ini karena iodin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi kulit. Selain itu iodin dalam penggunaan yang berlebihan dapat menghambat proses granulasi luka. Dalam perawatan luka secara umum biasanya menggunakan iodin 10%. (Siswandono, 2004). Larutan normal salin atau yang lebih kita kenal dengan NaCl merupakan larutan yang fisiologis dengan tubuh sehingga tidak menimbulkan iritasi dan mendukung pertumbuhan granulasi. Namun, NaCl bukan antiseptik sehingga tidak dapat membunuh bakteri yang mungkin akan terdapat pada luka. Sehingga dalam penggunaannya biasanya pada luka yang bersih.(anonim, 2008). Tikus putih Sprague Dawley adalah tikus yang mempunyai anatomi yang hampir sama dengan manusia, sehingga peneliti menggunakan tikus ini dalam penelitian. Tikus ini juga dapat bertahan hidup dengan baik dalam kondisi laboratorium. (Smith, 1998). Tikus Sprague Dawley juga memiliki karakteristik imunologis yang mirip dengan manusia. (Agustina, 1999). Selain itu, tikus ini memiliki ukuran yang lebih besar dari tikus mencit dan wistar sehingga mudah untuk digunakan sebagai penelitian. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan iodin dengan konsentrasi yang bertingkat, yaitu iodin 10%, iodin 70% dan 80% yang bertujuan untuk

4 mengetahui efektifitas masing-masing konsentrasi dalam proses penyembuhan luka dan NaCl sebagai kelompok kontrol. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah apakah ada perbedaan efektivitas antara penggunaan iodin 10%, iodin 70 % dan 80 % dan NaCl pada percepatan proses penyembuhan luka? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu: 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian diatas adalah untuk mengetahui pengaruh iodin dan NaCl pada percepatan proses penyembuhan luka dan pengaruhnya terhadap granulasi kulit. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian diatas adalah: a. Mengetahui efektivitas penggunaan iodin 10% terhadap pertumbuhan jaringan luka. b. Mengetahui efektivitas penggunaan iodin 70% terhadap pertumbuhan jaringan luka. c. Mengetahui efektivitas penggunaan iodin 80% terhadap pertumbuhan jaringan luka.

5 d. Mengetahui manfaat normal salin dalam proses pertumbuhan jaringan luka. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit a. Dapat meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan dalam proses percepatan penyembuhan luka. b. Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya dalam keperawatan sistem integumen dan pencegahan terjadinya infeksi luka. c. Sebagai masukan untuk menyusun program yang akan datang dalam usaha pencegahan infeksi dan peningkatan derajat kesehatan. 2. Bagi pasien Sebagai upaya peningkatan kesejahteraan pasien melalui percepatan proses penyembuhan luka. 3. Bagi institusi pendidikan Masukan bagi institusi pendidikan untuk mengetahui teknik perawatan luka yang baik sehingga memperceapt proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. 4. Bagi peneliti Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam mengkaji permasalahan tentang keperawatan integumen serta faktor faktor yang mempengaruhinya.

6 5. Hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dibidang keperawatan medikal bedah pada umumnya dan perawatan sistem integumen khususnya. 6. Keilmuan Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi dalam meningkatkan kualitas perawatan luka sesuai dengan teknik yang tepat agar dapat mencegah terjadinya infeksi luka dan mempercepat penyembuhan luka. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Adi Rahmawan (2007) mengenai reepitalisasi dalam proses penyembuhan luka pada punggung tikus Sprague Dawley setelah pemberian ekstrak etanol herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) 50% in vivo. Sebanyak 42 tikus Sprague Dawley dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing nasimg 21 ekor. Hasil di analisis dengan menggunakan independent sampel t-test. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pemberian ekstra etanol herba pegaga 50% dapat menginduksi reepitalisasi luka punggung tikus. 2. Penelitian Sukma Nuswantara, Amarila Malik, Syafrida Siregar, Kusmiati, Fitria Rachmawati (2006) mengenai produksi Beta-1,3 Glukan dari Agrobacterium dan aktivitas penyembuhan luka terbuka pada tikus putih Sprague Dawley. Percobaan uji aktivitas dibagi menjadi tujuh kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif dengan Povidon Iodium, dua kelompok dari dua produk beta-1,3 glukan komersil dengan dosis masingmasing 0,02 mg/4 cm2, tiga kelompok beta-1,3 glukan uji dengan dosis

7 masing-masing yaitu 0,02 mg/4 cm2, 0,10 mg/ 4 cm2 dan 0,5 mg/ 4 cm2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan kontrol positif dan kelompok uji pada dosis tertinggi 0,5 mg/4 cm2 dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif (p<0.05) menggunakan analisis statistik beda nyata terkecil. 3. Penelitian Bambang Sunyoto, Moch. Istiadjid ES, Widanto Hardjowasito (2000) mengenai kolerasi jumlah makrofag dan mast cell dengan macam penyembuhan luka pada kulit. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 30 orang wanita yang berusia dibawah 25 tahun untuk mencari hubungan antara sel mast dan makrofag dengan penyembuhan luka pada payudara. Terdapat korelasi antara makrofag dan jenis penyembuhan luka adalah 0,1458 dan 0,2176. Jadi, tidak ada perbedaan jumlah mast sel dalam penyembuhan luka. 4. Penelitian Yusuf Wibisono mengenai keefektifan iodin 10% dan ekstra bawang merah (Allium Cepa l) pada percepatan penyembuhan luka pada punggung tikus putih. Desain penelitian ini adalah true experiment dengan post test group only dengan sampel terdiri dari 18 tikus putih yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Hasil penelitian membuktikan bahwa p=0,000 sehingga, terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan perawatan luka menggunakan gerusan bawang merah (Allium Cepa l), povidon iodin 10%, dan kontrol. Tetapi perawatan luka menggunakan gerusan bawang merah (Allium Cepa l) dibandingkan dengan povidon iodin 10% hasil analisa menunjukkan p=0,184 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perawatan luka menggunakan gerusan bawang merah (Allium Cepa l) dibandingkan povidon

8 iodin 10%. Hal ini dikarenakan kandungan masing-masing bahan tersebut mempengaruhi proses penyembuhan luka bersih, yaitu kandungan zat alliin, flavon glikosida, dan saponin pada bawang merah (Allium Cepa l), dan kandungan polyvinnypyroliodine pada povidon iodine 10%.