METODOLOGI PENELITIAN. gambaran secara luas terhadap hubungan antar variabel-variabel yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Keuangan dan Asset (DIPPEKA) secara khusus sebagai Satuan Kerja Pengelolaan

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian asosiatif yaitu bentuk penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. Objek penelitian Hubungan penggunaan mesin kantor dengan efektivitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi kasus di kawasan usaha agroindustri terpadu

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen sumber daya manusia,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITAN. dalam penelitian. Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan dua variabel yang diteliti, yaitu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan (Purwanto,

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2002: 11). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian ex post facto. Menurut

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan),

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dilaksanakan melalui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

III. METODE PENELITIAN. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitiannya. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III STUDI KASUS. Penelitian ini difokuskan pada layanan SPEEDY dan subjek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. membuktikan secara empiris hipotesis tersebut maka variabel yang diteliti:

BAB III METODE PENELITIAN. sedangkan obyek dari penelitian ini adalah produk Eiger. Data yang digunakann dalam penelitian ini adalah data primer,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. hubungan. Penelitian asosiatif atau penghubung menurut Sugiyono yaitu,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode juga tergantung pada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan dilakukan pada konsumen tetap santika hotel, khususnya terhadap

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pertimbangan ada beberapa masalah yang timbul dan kurang kondusifnya

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pendekatan

III. METODE PENELITIAN. untuk mengatasi masalah dan menghadapi tantangan lingkungan dimana. pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kantor Dinas Kesehatan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam meneliti hubungan intensitas

BAB 4 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan tingkat eksplanasi, adalah tingkat

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif asosiatif, yaitu penelitian memberikan gambaran secara luas terhadap hubungan antar variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi terhadap keberhasilan implementasi kebijakan E-Pembelajaran.. B. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian Dalam penelitian ini akan dijelaskan bagaimana hubungan antara variabelvariabel komunikasi (X 1 ), sumber daya (X 2 ), disposisi (X 3 ), dan struktur organisasi (X 4 ) terhadap keberhasilan implementasi kebijakan E-Pembelajaran (Y) dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan. C. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah SMK Negeri 2 Pati. D. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep a. Implementasi Kebijakan Keberhasilan implementasi kebijakan merupakan perihal/keadaan berhasil dari suatu implementasi kebijakan yang meliputi dimensi-dimensi efektivitas, efisiensi, responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas,

73 keterbukaan/transparansi, keadaptasian, kelangsungan hidup, kompetensi, dan akses. b. Komunikasi Komunikasi dapat diartikan sebagai proses pemindahan suatu informasi, ide, pengertian, dari seseorang kepada orang lain melalui cara lisan, tertulis, maupun cara nonverbal dengan tujuan orang lain tersebut mengeinterpretasikannya sesuai dengan maksud yang dikehendaki yang meliputi dimensi-dimensi: transmisi pesan ke personil yang tepat, kejelasan pesan, konsistensi pesan, kemampuan pemberi dan penerima pesan untuk memahami maksud pesan, cara penyampaian pesan, media/sarana penyampaian pesan. c. Sumber daya Sumber daya adalah penyediaan suatu hal pada suatu negara, organisasi, atau individu yang dapat berupa staf/tenaga kerja, informasi, kewenangan, dan fasilitas. d. Disposisi Disposisi dapat diartikan sebagai pernyataan evaluatif seseorang terhadap suatu keadaan yang terdiri dari komponen kognitif, afektif, tindakan, serta terpengaruh oleh pandangan kelompok, pergantian personil, serta insentif. e. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi adalah struktur organisasi yang menentukan bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara

74 formal yang meliputi dimensi pembagian pekerjaan (division of work), garis komando (chain of command), cakupan kendali (span of control), formalisasi aturan (formalization of rules), dan Standard Operating Procedure. 2. Definisi Operasional a. Variabel Implementasi Kebijakan E-Pembelajaran Variabel keberhasilan kebijakan memiliki dimensi-dimensi : 1) Dimensi efektivitas diukur dengan indikator: Ketercapaian tujuan pembelajaran dengan E-Pembelajaran. Menurut Ratminto dan Winarsih (2008: 179-182) efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. 2) Dimensi efisiensi, diukur dengan indikator: Efisiensi waktu pembelajaran dengan E-Pembelajaran. Menurut Ratminto dan Winarsih (2008: 179-182) efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. 3) Dimensi responsivitas, diukur dengan indikator: Responsivitas guru dalam implementasi kebijakan E-Pembelajaran. Menurut Ratminto dan Winarsih (2008: 179-182) responsivitas kemampuan provider untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan

75 program rogram pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. 4) Dimensi responsibilitas, diukur dengan indikator: Responsibilitas guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Menurut Ratminto dan Winarsih (2008: 179-182) responsibilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintah dengan hokum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. 5) Dimensi akuntabilitas, diukur dengan indikator: Akuntabilitas kebijakan E-Pembelajaran di sekolah. Menurut Ratminto dan Winarsih (2008: 179-182) akuntabilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders seperti nilai dan norma yang ada di masyarakat. 6) Dimensi keterbukaan/transparansi, diukur dengan indikator: Transparansi kebijakan E-Pembelajaran di sekolah. Menurut Ratminto dan Winarsih (2008: 179-182) transparansi adalah bahwa prosedur/tatacara, penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

76 7) Dimensi keadaptasian, diukur dengan indikator: Keadaptasian guru dalam mengoperasikan media E-Pembelajaran. Menurut Ratminto dan Winarsih (2008: 179-182) keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap tunututan perubahan yang terjadi di lingkungannya. 8) Dimensi kelangsungan hidup, diukur dengan indikator: Kesinambungan guru menerapkan E-Pembelajaran. Menurut Ratminto dan Winarsih (2008: 179-182) kelangsungan hidup adalah seberapa jauh Pemerintah Daerah atau program pelayanan dapat menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain. 9) Dimensi kompetensi, diukur dengan indikator: Kompetensi guru dalam penggunaan media E-Pembelajaran. Menurut Zeithaml, dkk. (1990: 21) kompetensi adalah kesesuaian antara kemampuan petugas dengan fungsi/tugas, apakah provider cukup tanggap melayani klien, dan apakah organisasi mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan aparat sesuai perkembangan tugas. 10) Dimensi akses, diukur dengan indikator: Kemudahan akses oleh guru dalam menggunakan media E- Pembelajaran.

77 Menurut Zeithaml, dkk. (1990: 21) akses adalah apakah lokasi kantor tersebut mudah dijangkau klien, apakah prosedur yang diterapkan sederhana, dan apakah informasi untuk konsumen mudah didapat dan jelas. b. Variabel Komunikasi Variabel komunikasi memiliki dimensi-dimensi: 1) Dimensi transmisi pesan ke personil yang tepat, diukur dengan indikator: Ketepatan penunjukan pihak-pihak penanggungjawab dalam kebijakan E-Pembelajaran. Menurut Edwards III (1980: 17) perintah untuk mengimplementasikan suatu kebijakan harus ditransmisikan kepada personil yang tepat sebelum perintah tersebut diikuti. 2) Dimensi kejelasan pesan, diukur dengan indikator: Kejelasan perintah agar guru melaksanaan E-Pembelajaran. Menurut Edwards III (1980: 17) perintah implementasi bukan hanya harus diterima tapi juga harus jelas. Jika perintah tersebut tidak jelas maka implementor akan bingung tentang apa yang harus mereka lakukan dan mereka akan melakukan diskresi untuk menafsirkan pandangan mereka sendiri terhadap implementasi kebijakan. 3) Dimensi konsistensi pesan, diukur dengan indikator: Konsistensi perintah untuk melaksanakan E-Pembelajaran.

78 Menurut Edwards III (1980: 17) keputusan yang saling bertentangan akan membingungkan dan membuat frustrasi staf administratif dan menghambat kemampuan mereka dalam mengimplementasikan kebijakan secara efektif. 4) Dimensi kemampuan pemberi dan penerima pesan untuk memahami maksud pesan, diukur dengan indikator: a) Kemampuan atasan menjelaskan kebijakan. Menurut Sedarmayanti (2001: 88) pihak komunikator harus berusaha untuk mengemukakan hal yang terkandung dalam pikirannya secara jelas dan penyampaian berita harus disesuaikan dengan pengetahuan pihak penerima berita. b) Kemampuan guru memahami kebijakan Menurut Sedarmayanti (2001: 91) bagaimanapun baiknya mutu dan cara penyampaian apabila si penerima tidak mampu atau tidak mau mendengarkan maka pesan tidak akan sampai. 5) Dimensi cara penyampaian pesan, diukur dengan indikator: Cara atasan menyampaikan kebijakan. Menurut Sedarmayanti (2001: 91) karena cara yang tidak tepat, penerima akan sulit menerimanya. 6) Dimensi media/sarana penyampaian pesan, diukur dengan indikator: Ketepatan pemilihan media penyampaian kebijakan.

79 Menurut Sedarmayanti (2001: 89) terdapat tiga macam bentuk berita yaitu berita yang bersifat audibel (dapat didengar secara langsung), berita yang bersifat visual (dapat dilihat), dan berita yang bersifat audio-visual (dapat didengar dan dilihat). c. Variabel Sumber Daya Variabel sumber daya memiliki dimensi-dimensi: 1) Dimensi staf/personil, diukur dengan indikator: a) Kecukupan jumlah personil pelaksana kebijakan E- Pembelajaran. Menurut Edwards III (1980: 54-78) kekurangan jumlah staf merupakan penghambat dalam implementasi kebijakan. b) Kemampuan technical support dalam menangani E- Pembelajaran. Menurut Edwards III (1980: 54-78) semakin teknis suatu kebijakan maka kebijakan tersebut makin membutuhkan staf yang makin terspesialisasi. 2) Dimensi informasi, diukur dengan indikator: Kecukupan informasi tentang bagaimana menggunakan media E- Pembelajaran. Menurut Edwards III (1980: 80) kurangnya pengetahuan mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan kebijakan menyebabkan tertundanya pelaksanaan atau bahkan kebuntuan.

80 3) Dimensi kewenangan, diukur dengan indikator: Kecukupan formalitas berupa Surat Keputusan dari pejabat terkait mengenai E-Pembelajaran. Menurut Edwards III (1980: 54-78) kadang implementor tidak memiliki kewenangan, atau implementor memiliki kewenangan tapi terbatas. 4) Dimensi fasilitas, diukur dengan indikator: Kecukupan fasilitas untuk mengimplementasikan E-Pembelajaran. Menurut Edwards III (1980: 77-78) kurangnya bangunan, peralatan, suplai, atau tanah dapat menghalangi implementasi kebijakan. d. Variabel Disposisi 1) Dimensi kognitif, diukur dengan indikator: Pemahaman guru terhadap tugasnya untuk mengimplementasikan E-Pembelajaran. Menurut Robbins dan Judge (2008: 93) komponen kognitif merupakan segmen opini atau keyakinan dari sikap. 2) Dimensi afektif, diukur dengan indikator: Tingkat kesenangan guru dalam menerapkan E-Pembelajaran. Menurut Robbins dan Judge (2008: 93) komponen afektif merupakan segmen emosional atau perasaan dari sikap. 3) Dimensi tindakan, dapat diukur dengan indikator: Frekuensi tindakan guru dalam menerapkan E-Pembelajaran.

81 Menurut Robbins dan Judge (2008: 93) komponen perilaku merupakan niat untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. 4) Dimensi pandangan kelompok, diukur dengan indikator: Tidak adanya pandangan kelompok yang menghambat implementasi kebijakan. Menurut Edwards III (1980: 90) banyak kebijakan yang jatuh ke dalam zona ketidakpedulian karena orang-orang yang harusnya melaksanakan memiliki perbedaan pandangan dengan kebijakan yang dilaksanakan. Salah satu sebabnya adalah parochialism, atau orang-orang yang berusaha mempertahankan status quo dari organisasinya dan menolak perubahan kebijakan. 5) Dimensi kesulitan pergantian staf, diukur dengan indikator: Perlu ada penggantian guru bila guru yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugasnya. Edwards III (1980: 98) menjelaskan salah satu masalah staf di birokrasi adalah sulitnya mengganti staf karena adanya perjanjian politik atau sistem kepegawaian pemerintah yang lebih mudah mempromosikan daripada memecat. 6) Dimensi insentif, diukur dengan indikator: Kepuasan guru terhadap kecukupan insentif/honor bagi guru untuk mendukung implementasi E-Pembelajaran.

82 Edwards III (1980: 107) memberikan alternatif lain ketika mengalami kesulitan mengganti staf, yaitu dengan merangsang staf dengan insentif untuk mengimplementasikan suatu kebijakan. e. Variabel Struktur Organisasi Variabel struktur organisasi memiliki dimensi-dimensi: 1) Dimensi division of work, diukur dengan indikator: Ketepatan division of work antara guru/pendidik, dan staf tata usaha/tenaga kependidikan. Frederick Taylor dalam Robbins (1990: 35) menjelaskan bahwa salah satu prinsip scientific management adalah pembagian tanggung jawab yang di antara manajer dan pekerja di mana manajer melakukan perencanaan dan supervisi sementara pekerja melaksanakan apa yang direncanakan. 2) Dimensi kejelasan garis komando dan koordinasi, dapat diukur dengan indikator: Kejelasan pemisahan antara garis komando dan garis koordinasi di dalam struktur birokrasi. Robbins dan Judge (2008: 215) menjelaskan salah satu dari pertanyaan-pertanyaan seputar desain organisasi adalah kepada siapa individu dan kelompok memberikan pertanggungjawaban mereka dan berapa banyak orang yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif. 3) Dimensi cakupan kendali, dapat diukur dengan indikator-indikator:

83 Atasan memiliki cakupan kendali atas kebijakan yang berjalan di sekolah.. Henry Fayol dalam Robbins (1990: 35-37) mengemukakan salah satu dari prinsip organisasi adalah adanya scalar chain atau span of control (cakupan kendali), yaitu dalam sebuah organisasi harus ada kendali yang saling terkait satu dengan yang lain. 4) Dimensi Standard Operating Procedure (SOP), diukur dengan indikator: Tidak adanya SOP yang menghambat implementasi E- Pembelajaran di sekolah. Edwards III (1980: 125) menjelaskan bahwa SOP merupakan respon yang timbul dari implementor untk menjawab tuntutan pekerjaan karena kurangnya waktu dan sumber daya serta adanya kemauan adanya keseragaman dalam organisasi yang kompleks. E. Jenis dan Sumber Data a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden penelitian yang meliputi guru dan siswa. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait dan literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. c. Wawancara, yaitu data diperolah dari wawancara dengan responden.

84 F. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMK N 2 Pati. Populasi guru adalah 139 orang. Jadi populasi dalam penelitian ini (N) adalah 139 orang. Dari N = 139, diambil sampel yang diukur dengan rumus Isaac dan Michael dalam Arikunto (2006: 136) dan Sugiyono (2007: 69): n d 2 2. N. P.(1 P) 2.( N 1). P(1 P) Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi P = Proporsi dalam populasi d = Ketelitian (error) = Area di bawah kurva normal (harga tabel chi-kuadrat untuk α tertentu) Asumsinya adalah : 1. Populasi (p) = 0,5 karena akan menghasilkan jumlah sampel yang terbesar yaitu dengan membuat hasil kali dari p (1-p) terbesar. 2. Derajat penyimpangan (d) tidak lebih dari 10 % 3. Derajat kepercayaan digunakan 95 % α = 0,05 dari tabel diperoleh nilai 0.025 1,96 Dengan demikian ukuran sampel adalah : n d 2 2. N. P.(1 P) 2.( N 1). P(1 P) 2 1,96.139.0,5.(1 0,5) n 2 2 0,1.(139 1) 1,96.0,5(1 0,5) 133,4956 n 1,38 0,9604

85 133,4956 n 2,3404 n 57,03965 Jadi jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 57,03965 atau dibulatkan menjadi 57 orang. Karena sampel tersebar di beberapa jurusan maka teknik pengambilan sampel dengan cara proportionate random sampling, dimana masing-masing jurusan akan diambil sampel secara proporsional rumus (Nazir, 2003 : 306) : ni Ni. n N dimana : ni = Jumlah sampel tiap bagian Ni = Jumlah populasi tiap bagian N = Jumlah populasi n = Jumlah total sampel yang diambil dari semua bagian Misalnya untuk bagian guru jurusan bangunan: Alokasi sampel guru jurusan bangunan 16*57 6, 56 7 orang 139 ( ni) Ni. n N Jumlah sampel guru pada masing-masing jurusan dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel III.1 Jumlah Sampel Guru Per Jurusan No Bagian/Jurusan Populasi Proporsi ni (jumlah sampel) (1) (2) (3) (4)=(3) 57/139 (5) 1 Jurusan Gambar Bangunan 16 912/139 7 2 Jurusan Audio-Video 13 741/139 5 3 Jurusan Otomatisasi Industri (Listrik) 15 855/139 6

86 4 Jurusan Mesin Perkakas 19 1083/139 8 5 Jurusan Mekanik Otomotif 15 855/139 6 6 Normatif dan Adaptif (Normada) 61 3477/139 25 Jumlah 139 57 Untuk teknik pengambilan sampel, dari alokasi jumlah sampel tiap jurusan akan diambil sampel sejumlah alokasi tersebut dengan dengan undian (Arikunto, 2006: 136). G. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Yaitu menggunakan data guru, buku referensi, jurnal dan hasil-hasil terdahulu yang membahas masalah penelitian. 2. Kuesioner Yaitu daftar pertanyaan tertulis yang dibuat oleh peneliti dan diberikan kepada responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini kuesioner diberikan kepada para pendidik yang diambil sebagai sampel. Tabel III.2. Kegiatan Pengumpulan Data No. Tujuan Teknik Pengumpulan Sumber Data Data 1. Studi Awal Wawancara Management Representative SMK N 2 Pati Guru-guru pengampu mapel. 2. Pendalaman masalah Observasi www.smk2pati.sch.id Observasi lapangan 3. Pembuktian hipotesis Kuesioner Responden guru dan siswa

87 H. Teknik Analisa Data 1. Analisis Kuesioner Skala yang digunakan adalah skala ordinal, jawaban responden akan diolah dengan menggunakan perhitungan Skala Likert. 2. Pengolahan Data Pengolahan data menggunakan software SPSS versi 13.0. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Uji Validitas Instrumen Menurut Muhidin dan Abdurrahman (2007: 30), Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Menurut Bhuono A. Nugroho (2005: 67) uji validitas dilakukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Menurut Suharsimi Arikunto dalam Muhidin dan Abdurrahman (2007: 30) terdapat dua macam validitas instrumen yaitu validitas logis (logical validity) dan validitas empirik (empirical validity). Validitas logis merupakan validitas instrumen yang didapatkan apabila instrumen tersebut dirancang dengan baik dan mengikuti teori dan ketentuan yang ada, sehingga instrumen yang disusun sudah tidak perlu diuji validitas empiriknya. Validitas empirik adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil pengalaman/uji coba. Apabila penyusunan instrumen tidak berdasarkan teori/ketentuan yang ada, maka uji validitas empirik perlu dilakukan. Uji validitas empirik melibatkan penyebaran instrumen

88 kepada responden yang bukan responden sesungguhnya, dan kemudian setelah terkumpul, peneliti menentukan validitasnya misalnya dengan koefisiensi korelasi product moment dari Karl Pearson. Dikarenakan instrumen yang disusun di penelitian ini menggunakan bangun teori dari teori-teori kebijakan publik dan manajemen dari para ahli/pakar, maka validitas instrumen yang dipakai dalam penelitian ini sudah memenuhi validitas logis. Sedangkan validitas empirik akan diuji setelah instrumen-instrumen disebar kepada responden. b. Uji Reliabilitas Instrumen Menurut Muhidin dan Abdurahman (2007: 37), Suatu instrumen dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil dari pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya, jika dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Relatif sama yang dimaksud adalah tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Namun, bila perbedaannya sangat besar maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel. Uji reliabilitas dilakukan setelah dilakukannya uji validitas dan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang telah dianggap valid. Untuk penelitian ini digunakan pendekatan konsistensi internal (internal consistency). Teknik yang dipakai adalah Alpha Cronbach. Angka

89 koefisien reliabilitas berkisar antara 0-1, apabila koefisien yang dihasilkan mendekati angka satu berarti alat ukur tersebut dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi dan lebih jauh pula berarti semakin dapat diandalkan. c. Uji Korelasi dengan Koefisien Korelasi Kendall s Tau Teknik statistik koefisien korelasi Kendall s Tau digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan kontribusi variabel komunikasi (X 1 ) terhadap variabel dependen implementasi kebijakan E-Pembelajaran (Y), variabel sumber daya (X 2 ) terhadap variabel dependen implementasi kebijakan E-Pembelajaran (Y), variabel disposisi (X 3 ) terhadap variabel dependen implementasi kebijakan E-Pembelajaran (Y), dan variabel struktur birokrasi (X 4 ) terhadap variabel dependen implementasi kebijakan E-Pembelajaran (Y). d. Uji Korelasi Koefisien Keselarasan (Concordance) Kendall s W Koefisien konkordansi (concordance) Kendall dipakai untuk mengukur tingkat asosiasi atau hubungan antar variabel komunikasi (X 1 ), variabel sumber daya (X), variabel disposisi (X 3 ), dan variabel struktur birokrasi (X 4 ) secara bersama-sama terhadap variabel dependen implementasi kebijakan E-Pembelajaran (Y).