BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. metode kuasi eksperimen adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode adalah cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN. berbeda dengan metode eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 25 Januari tahun ajaran 2013/2014 di SMA IT Mutiara Duri yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang ditempuh dalam suatu penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui tujuan penelitian tercapai atau tidak, maka dipergunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Experimental Design. Penelitian ini dilakiikan pada satu kelompok yaitu kelompok

Learning berbasis Moodle sebagai media pembelajaran. : Tes akhir (posttest) dilakukan setelah digunakannya E-Learning

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

(Sugiyono, 2012: 79) Gambar3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Desain yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP TMI Roudlotul Qur an Metro yang terletak di

BAB III DESAIN PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Nurul Iman Pesawaran yang terletak di di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (Quasi Experiment). Menurut Syaodih (2011:59), bahwa :

III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Gajah Mada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan subyek siswa kelas X program keahlian Agribisnis Perikanan sebanyak satu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diteliti untuk menarik kesimpulan. Model yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan,

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 pada tanggal 20 September 2013 sampai dengan 11 Oktober 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Desain yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimen, dan desain eksperimen yang digunakan adalah One Group Pretes- adalah pretes.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN R X O 2 R O 4

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 31 Banjaran-Bandung. Dengan alamat Jalan Pajagalan no.115 Banjaran-Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasi data menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan harapan derajat kepastian jawaban tinggi. Metode yang digunakan penulis

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian Didactical Design Research (DDR) akan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Lebakwana Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang-Banten. B. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitinya merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010, hlm. 173). Penelitian mengambil populasi di kelas V SDN Lebakwana kecamatan Kramatwatu kabupaten Serang- Banten. b. Sampel Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. (Syaodih, 2010, hlm. 252). Dalam penelitian mengambil sampel di SDN Lebakwana pada siswa Kelas V-B. Peneliti mengambil siswa sebanyak 22 anak untuk memperoleh data.dimana nak perempuan dengan jumlah 12 anak dan anak laki-laki dengan jumlah 10 anak C. Metode dan Desain Penelitian Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-eksperimen. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 109) bahwa penelitian pre eksperimen hasilnya merupakan variabel dipenden bukan semata-mata di pengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak ada variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain prates-pascates satu kelompok (One group pretest-postest group) (Syaodih, 2010, hlm. 208 ). Dalam desain ini, sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel diberikan pretest (tes

awal) dan di akhir pembelajaran sampel diberikan posttest (tes terakhir). Desain ini di gunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui peningkatan keterampilan desain proses pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (kesulitan belajar). Berikut merupakan tabel desain one group pretest-posstest desigen. Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posstest Desigen. Kelompok Pretest Perlakuan (Tretmen) Posttest Eksperimen O 1 X O 2 ( Syaodih, 2010: 208) Keterangan : O 1 O 2 X : Tes awal (sebelum perlakuan di berikan) : Tes akhir (setelah perlakuan diberikan) : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen D. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1) Desain Pembelajaran (Didactical Design Research) Desain Pembelajaran adalah Perencanaan atau konsep guru dalam berfikir untuk melakukan proses pembelajaran (Lesson Study). Tahapantahapan yang perlu guru lakukan dalam membuat desain pembelajaran, seperti halnya dalam guru dalam menjelaskan materi, dalam mengatasi respon siswa didalam kelas. Perlakuan guru yang diberikan kepada siswa tidak mudah dan tidak sederhana dimana memerlukan waktu untuk menganalisis pemahaman dan respon siswa pada saat proses pembelajaran maupun hasil dari proses pembelajaran. Hidayat, dkk (2010, hlm. 12) Proses pengemabangan situasi didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai respon atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan yang diambil guru selama proses pembelajaran berlangsung, menggambarkan bahwa proses berfikir guru yang terjadi selama pembelajaran tidaklah sederhana.

2) Kesulitan Belajar Siswa (Learning Obstacle) Kesulitan belajar (learning obtacle) adalah adanya suatu masalah yang siswa alami sehingga siswa mengalami kesulitan belajar. Ada tiga faktor yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar yaitu, dikarena faktor guru dalam mengajar dikelas, kedua faktor kemampuan daya berfikir anak, dan faktor penggunaan media yang guru berikan. Dalam hal yang peneliti memperoleh kesulitan belajar siswa dikarenakan faktor guru dalam mengajar didalam kelas, oleh karena itu diperlukannya desain pembelajaran didaktik untuk menangani kesulitan belajar pada siswa. Dengan penggunakan pembelajaran didaktis para guru mampu mengurangi kesulitan belajar pada siswa sehingga siswa mampu berfikir dengan lanacar atau kreatif. Chudari, dkk (2012, hlm. 20) menyatakan Masalah belajar adalah suatu kondisi tetentu yang dialami oleh murid sehingga menghambat kelancaran proses belajarnya. 3) Konsep Sistem Pernapasan Manusia Konsep sistem pernapasan manusia adalah yang terdiri sebuah struktur yang meliputi organ-organ pada sistem pernapasan manusia. Dimana organorgan pada sistem pernapasan manusia memiliki peranan ataupun fungsi tersendiri. Sistem pernapasan manusia sangat penting untung dipelajari karena dilakukan dalam kegitan sehari-hari dalam bernapas untuk menghirup udara atau oksigen yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme. Pernapasan manusia haruslah dijaga agar selalu tetap sehat seperti olahrga teratur, makanan yang bergizi dan menghindari udara yang kotor. Bila kesehatan pernapasan selalu dijaga, maka dapat terhindar dari gangguan pernapasan seperi asma. E. Desain Perencanaan Pembelajaran (Desain Lesson Study) Dalam perencanaan pembelajaran meliputi beberapa tahapan : 1. Perencanaan (Plan) Dalam tahap ini guru melakukan proses perencanaan yang matang dan sistematis. Dengan menyiapkan dan merencanakan berbagai keperluan pada proses pelaksanaan pembelajaran seperti halnya: memilih materi yang akan

diajarkan, memilih buku yang baik untuk digunakan dalam mengajar, memilih model pembelajaran yang kondusif dan efesien, membuat media yang akan digunakan, guru memahami karakter anak dalam kelas, penguasaan sikap guru dalam materi maupun dalam merespon pertanyaan-pertanyaan peserta didik. Sehingga nantinya guru tidak bingung dan salah dalam memberikan penjelasan terhadap pertanyaan peserta didik. 2. Pelaksaan Pembelajaran (Do) Pada tahap selanjutnya adalah melaksanakan atau mengimplementasikan apa saja yang telah direncanakan sebelumnya secara matang. Pada proses ini tentu saja guru seabagai model dalam menyampaian konsep dan materi kepada siswa, sesuai yang guru telah persiapakan sebelumnya. 3. Tahapan Refleksi (See) Dalam tahap terakhir ini guru merevisi atau melihat dari hasil yang telah guru lakukan, apakah kegiatan pembelajaran sudah baik dan perlu adanya perbaikan. F. Prosedur Penelitian Untuk desain penelitian ini, sebelum membuat desain penelitian memerlukan tahapan berikut ini: 1) Menentukan Materi Pembelajaran Rekontekstualisasi untuk memperoleh desain pembelajaran yang mudah dipahami dan menggunakan bahasa sederhana dan sarat akan makna yang sesuai dengan usia anak sekolah dasar. Setelah rekontekstualisasi materi membuat studi pendahuluan dari materi sistem pernapasan. Studi pendahuluan dilakukan dengan tes tertulis dan wawancara dengan siswa maupun guru kelas. Hasil dari studi pendahuluan di analasis. 2) Memilih Model Pembelajaran Dalam membuat desain penelitian, peneliti menemukan model pembelajaran yang cocok digunakan untuk mengimplementasikan desain pembelajaran yang telah dibuat, model pembelajaran yang dipilih adalah: cooperative learning listening team. Dengan mengguankan model ini membuat

kelompok diskusi, dimana jumlah siswa dibagi empat kelompok, dimana kelompok pertama bertanya, kelompok dua dan kelompok tiga menjawab, kelompok empat sebagai yang membuat kesimpulan. Setelah membuat desain pembelajaran didaktis peneliti sudah mengimplentasikan desain, apabila masih ada learning obstacle maka peneliti mengadakan revisi desain pembelajaran sesuai dengan learning obstacle yang diperoleh. Dengan adanya desain revisi meskipun learning obstacle tidak bisa diatasi setidaknya learning obstacle dapat berkurang dari materi sistem pernapasan. 3) Jika semua data telah diperoleh sudah cukup maka peneliti menganalisis semua data, mulai dari studi pendahuluan, hasil dari implementasi desain awal sebagai data untuk laporan penelitian. Hal ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian, maka peneliti membuat bagan desain penelitian sebagai berikut: Menganalis materi pembelajaran Membuat Instrument awal Studi Pendahuluan Implementasi desain didaktis awal Membuat desain didaktis awal Menganalis LO hasil studi pendahuluan Menganalis LO hasil implementasi didaktis awal Mengabadikan hasil analisis data studi pendahuluan, implementasi desain didaktis awal Membuat laporan Gambar :3.1 Alur peneliti melakukan penelitian (Didactical Design Research) G. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, instrument berfungsi untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji. Adapun instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tes, observasi, dan wawancara.

1. Instrumen Tes Berdasarkan Analisis Kesulitan Belajar Siswa Instrumen tes yang akan digunakan adalah pre tes dan post tes. Pre tes digunakan untuk mengukur pemahaman awal siswa mengenai materi sistem pernapasan manusia sedangkan post tes digunakan untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa mengenai materi sistem pernapasan manusia. Pre tes dan post tes diberikan kepada kelas V-B yaitu sebagai kelas eksperimen. Sebelum soal tes yang dibuat untuk mengukur kesulitan belajar yang dialami siswa, soal tersebut harus diujicobakan terlebih dahulu. Pre tes dapat dugunakan untuk mengetahui kesulitan (Lo) siswa. Berdasarkan Leraning Obstacle (Lo) siswa maka peneliti dapat mendesain pembelajaran. Suatu tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur kemampuan pemecahan masalah harus memenuhi syarat tes yaitu, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. a. Validitas Butir Soal Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut Sudijono (dalam Amalia 2012, hlm. 52). Penelitian validitas dilakukan dengan membandingkan atau mengkorelasikan antara hal yang dinilai kriteriumnya. Dalam penelitian ini dilakukan uji validitas teoritis terlebih dahulu yang dilakukan oleh beberapa ahli dalam hal ini para dosen pembimbing dan guru kelas di tempat penelitian. Setelah dilakukan uji validitas teoritis serta revisi beberapa soal sesuai dengan masukan dari dosen pembimbimng maupun guru pelajaran IPA maka instrumen siap di uji dan diberikan kepada sampel penelitian. Sebelum instrumen diberikan kepada sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti mengujicobakan instrumen kepada siswa lain yang tidak menjadi sampel dalam penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat dipahami dengan benar oleh siswa dan tidak menimbulkan salah pengertian. Setelah melalui tahap uji validitas konstruksi oleh para ahli, maka diteruskan dengan menghitung

validitas. Cara mengetahui validitas alat ukut dengan mengguanakn teknik yang dikemukakan oleh Pearson, yakni teknik korelasi product moment dengan angka kasar (Syaodih, 2010, hlm. 230) adalah sebagai berikut: Menghitung koefisien korelasi product moment (r) hitung (r xy ), dengan mengguanakn rumus sebagai berikut: r xy = N xy ( x)( y) { N X 2 ( X) 2 }- { N Y 2 - Y) 2 } Gambar 3.2 Koefisien Korelasi product moment Keterangan: r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y XY = hasil skor X dan Y untuk setiap respon X = skor item tes Y = skor total respon N = jumlah sampel Nilai rata-rata r xy yang diperoleh dari korelasi Product moment di uji tingkat signifikannya dengan uji t untuk menentukan valid atau tidaknya sebuah butir soal yang akan digunakan, yang memiliki rumus: t = r xy n-2 1-r 2 Keterangan : t = hitung n = banyaknya peserta tes r xy = koefisien antara variabel X dan Variabel Y

Kriteria pengujiannya adalah jika t hitung > t tabel dengan dk = n-2 dan taraf signifikannya α = 0,05 maka tes tersebut valid secara signifikan (Sudjana, 2004, hlm. 380). Interprestasi yang lebih rinci mengenai nilai r xy tersebut oleh Guilfrord Suherman (dalam Amalia 2012, hlm. )dibagi ke dalam kategorikategori pada tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Koefisien Validitas Klasifikasi 0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < rxy 0,80 Tinggi 0,40 < rxy 0,60 Sedang 0,20 < rxy 0,40 Rendah 0,00 < rxy 0,20 Sangat Rendah Sesuai dengan tabel klasifikasi validitas diatas maka soal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang memiliki koefisien validitas sedang, tinggi, dan sangat tinggi. b. Reliabilitas Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen bisa dipercaya serta dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data apabila instrumen tersebut sudah dianggap baik Arikunto, (dalam Amalia 2012, hlm. 56). Menghitung nilai reliabilitas dengan metode parohan atau r nn dengan mengguanakan rumus berikut. R n = 2r 1+r keterangan : r nn = reliabilitas keseluruhan tes yang dicari r = korelasi antara sekor-sekor tes kedua parohan Arikunto (dalam Amalia 2012 hlm. 56 )

Titik tolak ukuran koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Arikunto (dalam Amalia 2012, hlm. 56) yang disajikan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas Koefisien Validitas Klasifikasi 0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < rxy 0,80 Tinggi 0,40 < rxy 0,60 Sedang 0,20 < rxy 0,40 Rendah 0,00 < rxy 0,20 Sangat Rendah Berdasarkan tabel klasifikasi reliabilitas di atas maka soal yang akan dipakai sebagai instrumen penelitian ini adalah soal instrumen tes yang memiliki nilai koefisien reliabilitas minimal > r n 0,40. Hasil perhitungan yang diperoleh dari nilai reliabilitas soal uji instrumen adalah 1,99. Maka soal tes memiliki reliabilitas sangat tinggi. c. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memcecahkannya, sebaiknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena duluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran Arikunto, (dalam Amalia 2012, hlm. 53) Rumusan yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran adalah sebagai berikut : P i = x Keterangan : P i X S m N = indeks kesukaran soal ke-i =banyak siswa yang menjawab benar

S m N = skor maksimum = jumlah peserta tes Dengan ketentuan pada tabel 3.5 : Tabel 3.5 Klasifikasi Reliabilitas Koefisien Indeks Kesukaran Klasifikasi Pi = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < Pi 0,30 Soal sukar 0,3 < Pi 0,70 Soal sedang 0,70 < Pi < 1,00 Soal mudah Pi = 1,00 Soal terlalu mudah (Syaodih, 2010, hlm. 286) Dengan melihat klasifikasi indeks kesukran di atas maka soal yang akan dipakai sebagai instrumen penelitian ini jika dipresentasikan maka proporsinya adalah 25% soal mudah, 50% soal sedang dan 25% soal sukar. d. Daya Pembeda Daya pembeda butir soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Dari 20 soal yang diujicobakan dalam menentukan daya pembeda akan diambil 27% siswa yang termasuk kelompok atas dan 27% siswa yang termasuk kelompok bawah. Untuk mengetahui daya pembeda instrumen dengan menggunakan rumus, yaitu : DP = mean kelompok atas mean kelompok tinggi Skor maksimum skor Dengan klasifikasi sebagai berikut : Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda DP : 0,40 1,00 DP : 0,30 0,39 DP : 0,20 0,29 DP : 0,00 0,19 Klasifikasi Soal diterima baik Soal diterima tapi perlu diperbaiki Soal diperbaiki Soal tidak dipakai/dibuang 2. Observasi Menurut Arikunto, dkk (2010, hlm.127) observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sebeapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur aktivitas guru dalam membimbing siswa serta melihat kegiatan belajar mengajar yang terjadi dalam kelas. Dari hasil observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, penelitian juga dapat mendesain pembelajaran yang berdasarkan kesulitan belajar siswa. 3. Wawancara Adapun wawancara dilakukan guna memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai sikap siswa tentang pembelajaran IPA mengenai materi sistem penapanasan manusia di kelas V-B berdasarkan desain yang telah dibuat. H. Teknik Pengolahan Data Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari data kuantitatif. Data kuantitatif yang akan dianalisis berupa data pre tes dan post tes. 1) Pre tes Pre tes adalah tes yang diberikan sebelum diberikannya pembelajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran. Hasil pre tes diolah dengan cara nilai sama dengan jumlah skor yang di peroleh siswa dibagai dengan skor maksimal dan dikalikan 100, dapat di rumuskan dengan : Nilai = Jumlah skor pemerolehan siswa X 100

Jumlah skor maksimal Selanjutnya, hasilnya dideskripsikan dimana akan menggambarkan (Lo). Sehingga leraning obstacle dari siswa dapat teridentifikasi dengan diadakannya pre tes. 2) Post tes Post tes adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah diberikannya perlakuan berupa pembelajaran. Hasil pre tes dan pos tes di bandingkan untuk melihat analisis kesulitan belajar siswa mengalami penurunan. Jika hasil post tes siswa mengalami peningkatan pemeroleh skor, maka dapat disimpulkam bahwa adanya penurunan kesulitan belajar pada siswa terutama dalam pembelajaran IPA dengan desain pembelajaran konsep pernapasan manusia berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa (Lo). Data-data yang telah dijelaskan diatas akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif, dengan penjelasan sebagai berikut: Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Syaodih, 2010, hlm. 72). Data yang disajikan dalam statistik ini dalam bentuk tabel dan grafik, serta dijelaskan juga mengenai rata-rata. I. Hipotesis Dalam penelitian ini, pembelajaran yang menggunakan desain pembelajaran konsep pernapasan manusia berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa (learning obstacle) Sekolah Dasar kelas V-B digunakan sebagai perencanaan bahan pembelajaran yang dibandingkan dengan pembelajaran biasa atau konvensional. Hipotesis nol (H 0 ) pada penelitian yang dilakukan berdasarkan kesulitan belajar, yaitu desain pembelajaran konsep pernapasan manusia berdasarkan analisis kesulitan belajar tersebut dirumuskan sebagai berikut:

H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kesulitan belajar siswa yang mendapatkan desain pembelajaran konsep pernapasan manusia dengan anak yang mendapatkan pembelajaran konvensional. H 0 : µ 1 = µ 2 Sedangkan Hipotesis kerja (H1) yang dikemukakan untuk mencari perbedaan yang ada antara keefektifan pembelajaran yang menggunakan desain pembelajaran konsep pernapasan manusia berdasarkan analisis kesulitan belajar di sekolah dasar kelas V-B adalah sebagai berikut: H1 : terdapat perbedaan yang signifikan dalam desain pembelajaran konsep pernapasan manusia sekolah dasar kelas V-B dengan pembelajaran yang konvensional. H 1 : µ 1 µ 2 Hipotesis didasarkan pada analisis deskriptif, perbandingan antara pre tes dan post tes