BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan bersamaan. Berbicara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

mengenai pentingnya menghadirkan peristiwa masa lalu tersebut didukung oleh pendapat Ismaun (2005: 224) yang mengemukakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan proses kejiwaan yang menghubung-hubungkan atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. agar menjadi manusia yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan saat ini tidak hanya sebatas proses pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. umum dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam menyerap materi pendidikan. Guru sebagai fasilitator, menyampaikan ilmunya melalui bentuk-bentuk ajaran

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

I. PENDAHULUAN. tahun 2002, dengan SK kepala dinas pendidikan Provinsi Lampung Nomor:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

pendidikan. Beberapa hal perlu diperhatikan juga dalam proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI ACTION LEARNING PADA SISWA KELAS X.6 SMAN 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 telah menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Supriana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. mereka untuk terlibat dalam proses pembelajaran. untuk menemukan pengetahuan melalui pangalaman-pengalaman belajar

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu aspek penting yang harus diajarkan kepada peserta didik baik dari tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Dimana mata pelajaran sejarah bukan sebatas pewarisan cerita masa lampau yang dilakukan secara turun-temurun oleh guru kepada siswa, tetapi di dalamnya terkandung nilai-nilai kearifan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kecerdasan, menumbuhkan sikap nasionalisme, memupuk kesadaran bagi siswa dalam mengambil keteladanan dari tokoh-tokoh sejarah, menghargai waktu, serta memaknai peristiwa masa lampau yang dapat mempengaruhi kehidupan masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan demikian, mata pelajaran sejarah memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam membentuk sikap serta karakter siswa. Sebagai salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah, mata pelajaran sejarah tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai baik secara umum maupun secara ideal. Adapun yang menjadi tujuan secara umum dari pembelajaran sejarah tercantum dalam KTSP, yaitu sebagai berikut: 1. Mendorong siswa berpikir krisis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. 2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan seharihari. 3. Mengembangkan kemampuan intektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat. (Pusat Kurikulum, 2002 dalam http://techingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaransejarah.html [8 Mei 2013]) Penjelasan di atas menunjukkan terdapat tiga poin penting yang menjadi tujuan umum dari pembelajaran sejarah. Sedangkan yang menjadi tujuan secara

2 ideal dari pembelajaran sejarah diantaranya yang dikemukakan oleh Ismaun (2001: 114), salah satunya adalah agar peserta didik: Mampu memahami sejarah, dalam arti: (1) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa; (2) memiliki kemampuan berfikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; (3) memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya guna menentukan kesahihan informasi tersebut; dan (4) memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan analisis. Berdasarkan dua penjelasan di atas, terdapat satu kesamaan dalam tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran sejarah ini, yaitu agar siswa mampu untuk berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis ini memang sangat dibutuhkan baik dalam memahami fakta sejarah maupun ketika mengambil sikap saat menghadapi segala perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam memahami fakta sejarah yaitu agar siswa tidak dengan mudah menerima segala informasi yang masuk dari luar tanpa mempertimbangkannya. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson (2011:185) Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Oleh sebab itu, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis. Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa berpikir kritis tidak hanya dibutuhkan untuk memahami fakta sejarah saja, akan tetapi juga ketika mengambil sikap yaitu bagaimana siswa mampu menjadikan pengalaman masa lampau sebagai bahan pertimbangan ataupun menjadikan solusi dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi ataupun dimasa yang akan datang. Mengenai tujuan dari pembelajaran sejarah tersebut juga diungkapkan oleh Hasan (2004: 10), yaitu sebagai berikut: Pandangan Rekonstruksi Sosial menghendaki sejarah mengembangkan tujuan pendidikan yang memberikan kemampuan kepada siswa untuk melihat problema yang ada dalam kehidupan masa sekarang serta kaitannya dengan apa yang terjadi di masa lampau. Pengetahuan sejarah diharapkan dapat membantu siswa mengkaji masalah yang ada dalam kedalaman yang memadai dan mendasar untuk memecahkan

3 permasalahan yang dikemukakan, membentuk kemampuan pada diri siswa untuk mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana ia menjadi anggotanya, dan memiliki kemampuan untuk memperbaiki keadaan masyarakat pada masa sekarang. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah tidak selalu berorientasi pada masa lalu, akan tetapi juga seharusnya dapat dikaitkan dengan masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Hal ini menjadi sangat penting untuk difahami oleh siswa, karena inti dari pembelajaran sejarah adalah mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan dengan bercermin dari pengalaman masa lalu. Akan tetapi sangat disayangkan proses pembelajaran sejarah di sekolah justru jarang sekali mengaitkan peristiwa masa lampau dengan kondisi atau permasalahan yang saat ini tengah terjadi di masyarakat, sehingga pembelajaran sejarah menjadi kurang bermakna bagi siswa. Selain itu, kemampuan berpikir kritis yang merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran sejarah juga kurang dikembangkan dengan baik di sekolah. Permasalahan demikian juga ditemui di SMA Negeri 1 Ciwidey kelas XI IPA 4. Peneliti telah melakukan wawancara baik dengan guru maupun dengan siswa. Adapun hasil wawancara dengan guru, terungkap bahwa mengenai metode pembelajaran yang digunakan saat ini yaitu metode ceramah dan diskusi. Kedua metode tersebut dirasa yang paling memungkinkan untuk diterapkan, hal ini berdasarkan pada pertimbangan yang dilakukan oleh guru setelah melihat kondisi dari siswanya sendiri. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya kepada guru, akan tetapi juga terhadap beberapa siswa. Hal ini dilakukan agar informasi yang didapatkan oleh peneliti tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Adapun tujuan mewawancarai siswa yaitu untuk mengetahui tanggapan atau pandangan siswa itu sendiri terhadap proses pembelajaran sejarah yang saat ini tengah berlangsung. Hasil wawancara yang dilakukan tersebut mengungkapkan bahwa sejauh ini pelajaran sejarah tidak membosankan, namun kendalanya adalah harus menghafal nama, tahun, tanggal serta tempat. Dari hasil wawancara tersebut memperlihatkan bahwa permasalahan atau kendala yang dihadapi siswa adalah hal yang pada umumnya dihadapi oleh siswa lainnya.

4 Gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi pembelajaran sejarah di kelas, peneliti dapatkan dari hasil observasi yang telah dilakukan. Setelah beberapa kali mengikuti proses pembelajaran di kelas, tergambar ketika metode ceramah dilakukan proses pembelajaran cukup kondusif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tersebut terlihat hampir semua siwa memperhatikan penjelasan dari guru, meskipun memang masih ada beberapa siswa yang kurang fokus mengikuti pembelajaran. Masih adanya siswa yang kurang fokus yaitu dikarenakan posisi tempat duduk yang terlalu di belakang, sehingga guru kurang dapat memperhatikan siswa tersebut. Selain itu, suara guru yang pelan, menyebabkan siswa yang duduk di barisan paling belakang kurang jelas mendengar penjelasan dari guru. Disela-sela penjelasan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa terlihat cukup antusias, namun pertanyaan yang dilontarkan masih bersifat faktual. Tidak hanya siswa yang memberikan pertanyaan, sesekali guru juga melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa. Akan tetapi, pertanyaan yang dilontarkan oleh guru tersebut kurang memberikan stimulus dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini karena pertanyaan dari guru tersebut kurang mengangkat permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang disampaikan. Penerapan metode diskusi juga dilakukan oleh guru, selain menghindari rasa jenuh juga agar siswa diberikan kesempatan lebih banyak untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dalam menyiapkan materi diskusi, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk mencarinya dari berbagai sumber yang ada, baik dari buku maupun dari internet. Ketika dilakukannya metode diskusi, ternyata cukup efektif karena presentasi dilakuakan dengan cara diundi sehingga siswa telah mempersiapkan diri sebelumnya. Saat dilakukan sesi tanya-jawab siswa terlihat cukup antusias, namun sebagian besar pertanyaan yang dilontarkan siswa kurang menggali materi dengan baik yaitu hanya segelintir siswa saja yang pertanyaannya cukup mendalam mengenai materi. Setiap kali siswa selesai mempresentasikan materi, guru selalu mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh kelompok yang tampil, terutama mengenai materi yang dirasa kurang jelas dalam penyampaiannya, ataupun membantu kelompok yang tampil

5 dalam menjawab pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Dengan metode diskusi tersebut, sebenaranya guru sudah cukup baik dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan materi secara mandiri, sehingga kesan teacher center telah berubah dan mengarah pada student center. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti melihat terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah di kelas yang sedang diamati. Adapun permasalahan yang muncul ketika diterapkannya metode diskusi yaitu pada saat siswa memilih sumber referensi yang digunakan, mereka dengan mudah menerima semua informasi dari internet tanpa menyaring terlebih dahulu apakah informasi tersebut dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Dalam menyusun materi diskusi, para siswa juga kurang mengembangkan analisis serta gagasan mereka sendiri. Hal ini dapat terlihat dari bahasa yang digunakan dalam menyusun materi, sebagian besar isi dari materi tersebut sama persis dengan apa yang terdapat dalam buku ataupun dengan sumber referensi lain yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, materi yang disampaikan siswa dalam diskusi tersebut dirasa kurang mendalam, seperti sedikitnya mengangkat masalah-masalah yang dianggap penting. Mereka hanya mengungkapkan dan menyampaikan materi secara umum saja. Mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa, hanya beberapa orang saja yang menayakan materi secara lebih mendalam, sedangkan kebanyakan siswa lainnya menanyakan hal-hal yang bersifat faktual. Hal tersebut menunjukkan jika pemahaman siswa akan materi yang tengah dipelajari masih kurang. Begitu pula ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan, siswa terkesan terburu-buru dalam menjawabnya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu sehingga jawabanpun dirasa kurang menyeluruh. Pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah, mendorong pada kreativitas guru dalam memilih metode pembelajaran serta mengemas materi pelajaran dengan tepat agar dapat membantu siswa untuk berpikir secara lebih mendalam akan materi yang tengah dipelajari. Tidak hanya itu, pembelajaran juga harus lebih bermakna bagi siswa maka sebaiknya materi dikaitkan dengan kondisi masyarakat yang ada disekitar siswa. Dengan demikian, diharapkan siswa tidak hanya mampu mengerti akan materi

6 pelajaran saja tetapi juga menjadi lebih peka dengan melihat masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Seperti diungkapkan oleh Wildan (2003:59) Keterampilan semacam itu hanya dapat dikembangkan jika materi pendidikan sejarah dapat dikembangkan lebih jauh, melebihi apa yang ada dalam fakta sejarah yang diungkapkan oleh banyak buku pelajaran. Melihat dari penjelasan di atas, kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah adalah kurangnya siswa untuk dilatih berpikir kritis, terutama kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Pedahal salah satu tujuan penting dari pembelajaran sejarah yang ingin dicapai yaitu agar siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian, maka hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai proses belajar mengajar yang mampu untuk melatih kemampuan siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Oleh sebab itu, perbaikan proses pembelajaran dirasa akan sangat penting, sehingga diharapkan masalah-masalah tersebut akan dapat diatasi. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran, karena guru merupakan fasilitator serta yang membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, maka kreativitas guru dalam mengemas materi serta pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan sangat membantu siswa pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah melalui metode pemecahan masalah. Metode problem solving atau metode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang dalam tahap pembelajarannya mendorong siswa untuk menggali pengetahuan yang telah dimilikinya dan mengembangkan keterampilan pembelajaran yang mandiri, sehingga siswa dapat dilatih untuk berpikir secara lebih mendalam mengenai suatu masalah. Penggunaan metode problem solving akan sangat memebantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah, karena dalam metode ini siswa tidak hanya diminta untuk memahami suatu masalah saja akan tetapi juga harus mampu mencari solusi dari permasalahan tersebut. Tahap

7 inilah yang nantinya diharapkan akan menjadi stimulus bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, karena untuk menghasilkan suatu pemecahan masalah yang tepat dibutuhkan kemampuan berpikir yang lebih mendalam akan masalah yang hendak dipecahkan tersebut. Oleh karena itu, penerapan metode problem solving ini dirasakan akan tepat dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis tersebut. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar bekalang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey pada mata pelajaran sejarah melalui metode Problem Solving? Untuk memfokuskan pada pokok permasalahan yang akan dikaji, maka penulis merumuskan masalah kedalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana merencanakan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey? 2. Bagaimana menerapakan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey? 3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh peneliti selama melaksanakan tindakan di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey? 4. Bagaimana peneliti mengatasi kendala yang ditemukan selama melaksanakan tindakan di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan perencanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey.

8 2. Memaparkan dan menggambarkan secara umum bagaimana peneliti menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey. 3. Memberikan gambaran mengenai evaluasi perkembangan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ciwidey pada mata pelajaran sejarah setelah diterapkannya metode problem solving. 4. Mengatasi kendala yang dihadapi oleh peneliti ketika diterapkan metode problem solving dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi kendala tersebut. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan didapat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagi peneliti sendiri yaitu dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penerapan metode problem solving. 2. Bagi siswa yaitu memberikan pengalaman baru ketika belajar sejarah terutama dalam memecahkan masalah. Juga diharapkan siswa menjadi lebih peka terhadap masalah-masalah yang ada dalam kehidupan masyarakat. 3. Bagi guru yaitu diharapkan dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan kinerja dalam pengembangan metode problem solving terutama pada mata pelajaran sejarah. 4. Bagi peningkatan mutu pembelajaran sejarah, diharapkan metode problem solving ini dapat diterapkan di kelas yang lain juga, sehingga peningkatan mutu pembelajaran sejarah tidak hanya di kelas XI IPA 4 saja. 5. Bagi sekolah yaitu akan bermanfaat dalam hal pelayanan dan meningkatkan mutu pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Ciwidey.

9 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan gambaran secara umum mengenai metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun sistematika dalam skripsi ini, yaitu seabagai berikut: BAB I yaitu pendahuluan, dalam bab ini memaparkan secara garis besar mengenai masalah yang akan dikaji. Adapun di dalamnya terdapat sub pokok yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, variabel, definisi operasional dan sistematika penulisan. BAB II yaitu kajian pustaka, pada bab ini memaparkan tentang teori-teori yang dipakai serta dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun teori-teori yang digunakan didasarkan atas para ahli dan peneliti yang telah melakukan penelitian lebih dahulu mengenai masalah yang sama. BAB III merupakan metode penelitian. Bab ini menjelaskan tentang teknik serta tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis selama penelitian berlangsung. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang refleksi berbagai data yang telah dikumpulkan dan diolah setelah melaksanakan penelitian. Pemaparan yang disertai dengan analisis yang berdasarkan atas data yang diperoleh selama penelitian. BAB V kesimpulan. Bab ini berisi tentang keputusan yang dihasilkan oleh peneliti sebagai jawaban dari pertanyaan yang diteliti.