BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang telah mengalami perubahan menjadi Undang-

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN No. 42, 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

-2-2. Ung-Ung Perbendaharaan 1 Tahun (Lembaran 2004 tentang Republik Indonesia Tahun , Tambahan Lembaran Republik Indonesia 4355); 3. Ung-Ung 15

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

2016, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

2017, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

LKPJ- AMJ Bupati Berau BAB V halaman 403

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 84 / HUK / 2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari amanah yang diemban pemerintah dan menjadi faktor utama dalam

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Berapapun besarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP-RI) melalui. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Kabupaten Bengkulu Utara mulai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan di Indonesia sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah diberikan wewenang untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

LKPJ- Bupati Berau Tahun 2014 Bab V halaman 286

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah di negara Indonesia telah terlaksanakan lebih dari satu dasawarsa. Otonomi daerah di negara Indonesia pertama kali mulai diberlakukan melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah mengalami perubahan menjadi Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah dilakukan dengan memberikan sebagian wewenang yang pada awalnya harus diputuskan pada pemerintah pusat menjadi dapat diputuskan di tingkat pemerintah daerah, pengambilan keputusan dan kebijakan yang berada di daerah tanpa diikuti oleh campur tangan dari pemerintah pusat merupakan salah satu kelebihan dari sistem tersebut. Pelaksanaan otonomi daerah tersebut juga dapat mengakibatkan perubahan dalam sistem pemerintahan di Indonesia yang kemudian juga akan berpengaruh terhadap masyarakat di berbagai bidang. Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Kebijakan otonomi daerah tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung salah satu program pemerintah yaitu untuk membantu 1

2 mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah tersebut, pemerintah mengatur perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah, yang dilakukan melalui transfer ke daerah. Dana perimbangan tersebut terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang merupakan alokasi terbesar dari dana transfer ke daerah. Hibah/PHLN PUSAT TP Dekonsentrasi TP PROVINSI TP Hibah Bantuan Keuangan KAB/KOTA Sumber: Fani (2012) Gambar. 1. 1 Instrumen Desentralisasi Fiskal Penyelenggaraan pemerintah di Indonesia seperti telah di sebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 20 ayat 2 menyebutkan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah, pemerintah menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan dan dekonsentrasi sesuai dengan peraturan

3 perundang undangan. Anggaran dari dana tersebut tidak termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), akan tetapi dana tersebut digunakan/dibelanjakan oleh daerah, baik berupa belanja fisik maupun belanja non fisik. Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan merupakan salah satu upaya pemerintah pusat untuk membantu daerah dalam mencapai kemandirian fiskal dan dalam rangka pemerataan pembangunan di Indonesia. Dalam undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 1, disebutkan bahwa Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah. Dana dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi. Dana dekonsentrasi merupakan anggaran dari kementrian negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja kementrian negara/lembaga yang dilakukan oles Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk

4 melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Dana Tugas Pembantuan Provinsi adalah dana yang berasal dari APBD Provinsi yang dilaksanakan oleh kabupaten, atau kota dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten, atau Kota, dan/atau Desa. Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota adalah dana yang berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Kabupaten, atau Kota kepada Desa. Penelitian yang dilakukan oleh Nur (2008) tentang evaluasi kebijakan dana dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan membuktikan bahwa lobby dan negosiasi sangat perlu dalam rangka pengusulan anggaran kegiatan ke Pemerintah Pusat, dana APBN didominasi oleh pemerintah pusat dengan menunjukkan menu dan kegiatan dari pusat serta dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan turunnya DIPA selalu terlambat yaitu pada bulan Juni atau Juli. Selain itu penelitian Ronald (2011) tentang evaluasi pelaksanaan tugas pembantuan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi mengemukakan bahwa terdapat perbedaan permasalahan dan keadaan yang dihadapi oleh Satker pada tiap tahun anggaran. Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh

5 Ridwan (2011) tentang implementasi tugas pembantuan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan ini seperti SDM, sarana dan prasarana, serta masyarakat. Dalam pelaksanaannya tentu saja banyak sekali masalah yang dihadapi oleh pihak pelaksana. Menurut Karyana (2012) temuan dilapangan menunjukkan bahwa permasalahan yang biasanya terjadi diantarannya adalah: (1) terjadi ketidaksinkronan program dan kegiatan, (2) masih lemahnya sisi perencanaan, pengelolaan, pelaporan serta pertanggung jawaban TP pada pemberi tugas dan penerima tugas, (3) pemberian TP masih didasarkan pada kepentingan K/L penyedia dana tanpa memperhitungkan kebutuhan mendesak dari daerah yang menerima dana TP, (4) serta penyelenggaraan kinerja program TP secara fisik maupun keuangan, ketepatan dan kelancaran penyampaian laporan berdasarkan laporan bulanan dan triwulan masih sangat rendah. Tugas pembantuan merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah melalui kementrian yang bersangkutan dalam upaya mewujudkan upaya peningkatan pembangunan di daerah. Tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten di anggap sebagai cara yang efektif untuk membantu mewujudkan peningkatan pembangunan di daerah. Hampir di seluruh daerah di Indonesia memperoleh dana tersebut untuk menunjang kemajuan pembangunan tak terkecuali di Kabupaten Bengkulu utara.

6 Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu kabupaten yang memperoleh dana Tugas pembantuan dari pemerintah pusat. Dalam pemberian dana Tugas pembantuan ini tidak semua SKPD bisa mendapatkan dana Tugas pembantuan, akan tetapi satu SKPD juga bisa mendapatkan dana tugas pembantuan lebih dari satu kementrian tergantung dari kebutuhan ataupun program dan kegiatan dari kementrian yang bersangkutan. SKPD Penerima dana tugas pembantuan di kabupaten Bengkulu Utara pada Tahun 2012 diantarannya adalah Dinas Kelautan dan perikanan dari kementrian Kelautan dan Perikanan dan RSUD Arga Makmur dari kementrian kesehatan. Kabupaten Bengkulu Utara mempunyai wilayah laut yang luas, dan juga mempunyai banyak desa pesisir yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan yang menggantungkan nasibnya dari hasil tangkapan ikan dilaut. Akan tetapi potensi sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bengkulu Utara belum dapat dikelola dengan baik dikarenakan belum memadainya sarana dan prasarana penangkapan ikan didaerah pesisir tersebut. Selain potensial di bidang perikanan tangkap (laut), Kabupaten Bengkulu Utara juga terkenal sebagai penghasil perikanan air tawar terbesar di Provinsi Bengkulu. Sekitar 40 % total produksi ikan air tawar provinsi Bengkulu adalah dari Kabupaten Bengkulu Utara. Sentral perikanan air tawar di Bengkulu Utara adalah tepatnya di Kecamatan Padang Jaya dan telah ditetapkan sebagi Mina Politan perikanan air tawar (Konsep Pembangunan Ekonomi Kelautan dan Perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan

7 sistem manajemen kawasan berdasarkan prinsip-prinsip yakni integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi tinggi). Usaha budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Bengkulu Utara didukung oleh Balai Benih Ikan (BBI) lokal, Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) di Marga Sakti dan Kolam Air Deras (KAD) Pagar Ruyung. Potensi perikanan yang begitu besar di kabupaten Bengkulu Utara menjadi salah satu alasan Kementrian Kelautan Dan Perikanan mengalokasikan dananya yang disebut sebagai tugas pembantuan untuk melaksanakan program/kegiatannya di Kabupaten Bengkulu Utara dalam rangka membantu menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar dengan mengembangkan sarana dan prasarana pada bidang perikanan. Bukanlah hal yang mudah bagi Dinas kelautan dan perikanan untuk mengemban amanah dari kementrian. Ditengah banyaknya permasalahan dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan, Kabupaten Bengkulu Utara justru berhasil memperoleh prestasi yang membanggakan yaitu berupa penghargaan kepada Bupati Bengkulu Utara Dr. Ir. HM Imron Rosyadi MM., MSi yang ditetapkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan RI sebagai Bupati terbaik nasional dalam menjalankan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya, yang ditetapkan melalui keputusan Dirjen Perikanan Budidaya Nomor 53/KEp-DJPB/2013 tertanggal 4 Maret 2013 (Bengkulu Ekspress: Rabu, 27/03/2013). Penghargaan yang telah diperoleh tersebut merupakan sebuah keberhasilan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara dibawah kepemimpinan

8 bapak bupati pada Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya tahun 2012. Dengan penghargaan yang telah diperoleh tersebut, Kabupaten Bengkulu Utara juga terpilih sebagai pelaksana terbaik ketiga dalam Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya dari seluruh kabupaten di Indonesia. Hal tersebut merupakan prestasi yang cukup membanggakan yang tentu akan memotivasi masyarakat dan akan juga menjadikan masyarakat lebih makmur dibandingkan dengan kabupaten lainnya khususnya di Provinsi Bengkulu dan masyarakat kabupaten se-indonesia pada umumnya. Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.51/MEM/2011 disebutkan bahwa Kabupaten Bengkulu Utara memperoleh dana Tugas Pembantuan sebesar Rp. 1.300.000.000,- untuk Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya, melihat dana yang cukup besar, serta dana dan kegiatan tersebut adalah dana pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan di daerah maka peneliti tertarik untuk menggali informasi lebih dalam mengenai bagaimana pelaksanaan Tugas pembantuan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012, serta menggali informasi mengenai dampak/manfaat yang dirasakan oleh masyarakat atas terlaksananya Tugas Pembantuan. 1.2 Rumusan Masalah Tugas Pembantuan merupakan prosedur penugasan pemerintah kepada instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan suatu urusan pemerintah dan

9 pembangunan yang disertai dengan kewajiban SKPD (pihak yang diberi tugas untuk melaksanakan) melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung jawabkannya kepada yang memberi tugas, sehingga dapat pula diartikan bahwa yang diserahkan hanyalah cara pelaksanaannya saja sedangkan prinsipnya masih ditetapkan oleh pemerintah pusat. Banyak temuan dilapangan yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan Tugas Pembantuan rentan akan permasalahan terutama penyelewengan dana, mengingat program tersebut adalah program pemerintah pusat yang biasanya merupakan proyek besar dengan nilai rupiah yang besar pula tentunya yang pelaksanaannya dilakukan di daerah. Dengan banyaknya permasalahan tersebut tentu saja akan bertentangan dengan tujuan diadakannya Tugas pembantuan yakni untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pembangunan serta pelayanan umum kepada masyarakat. Tentu bukanlah hal yang mudah bagi Dinas Kelautan dan Perikanan dalam melaksanakan dan mengemban amanah dari pemerintah pusat. Oleh karenanya fokus dalam penelitian ini adalah akan melihat bagaimana pelaksanaan penggunaan dana Tugas Pembantuan sehingga berhasil dilaksanakan dengan baik oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012, dan melihat apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat atas terlaksananya Tugas pembantuan di daerah mereka. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di

10 atas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perkembangan realisasi penyerapan dana Tugas Pembantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012? 2. Bagaimanakah pencapaian target keluaran pelaksanaan Tugas Pembantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012? 3. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012? 4. Apakah manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dengan terlaksananya Tugas Pembantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk : 1. Mengetahui perkembangan realisasi penyerapan dana Tugas Pembantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.

11 2. Mengetahui pencapaian target keluaran pelaksanaan Tugas Pembantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012. 3. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012. 4. Mengetahui manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dengan terlaksanannya Tugas Pembantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012. 1.5 Motivasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam penelitian mengenai Tugas Pembantuan dan juga dapat memberikan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang tertarik untuk meneliti tentang Tugas pembantuan terutama dalam pelaksanaannya di daerah. 1.6 Kontribusi Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dengan terlaksananya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah Kota Bengkulu Utara, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat pula dijadikan referensi bagi SKPD lain yang juga mendapatkan dana Tugas Pembantuan dari pemerintah pusat.

12 2. Bagi akademis, terutama bagi teman-teman mahasiswa diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan literatur yang telah ada, dan sebagai pembanding bagi mereka yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut di bidang ini. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun secara sistematis agar diperoleh suatu bentuk pembahasan yang terstruktur. Adapun sistematika penelitian disusun sebagai berikut. Bab I : Pendahuluan Bagian ini akan diuraikan rencana penelitian yang dijabarkan kedalam latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Literatur Bagian ini membahas mengenai teori-teori utama yang digunakan, mengenai Implementasi, pengertian Tugas Pembantuan, latar belakang dilaksanakannya Tugas Pembantuan, ruang lingkup Tugas pembantuan, tujuan Tugas Pembantuan, Sanksi, dan penelitian terdahulu.

13 Bab III : Latar Belakang Kontekstual Objek Penelitian Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum kabupaten Bengkulu Utara, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Tugas pembantuan yang diterima oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Bab IV : Metode Penelitian Bagian ini menguraikan mengenai metodologi dalam pengambilan data yang akan di laksanakan di tepat penelitian. Bab V : Pemaparan Temuan Bagian ini menjelaskan tentang data yang telah diperoleh, dan hasil dari analisis data yang dilakukan. Bab VI : Analisis dan Diskusi Hasil Bagian ini menjelaskan tentang penjelasan mendalam mengenai hasil yang diperoleh dan implikasinya. Bab VII : Ringkasan, Simpulan, Keterbatasan, dan Rekomendasi Ringkasan memuat secara ringkas tetapi lengkap mengenai latar belakang, cara dan hasil penelitiannya serta berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saransaran bagi pihak terkait.