Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan Menggunakan Distilasi Vakum

dokumen-dokumen yang mirip
BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR. PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT NANAS (Ananas comosus L. Merr) DENGAN PROSES ENZIMASI DAN FERMENTASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

PEMBUATAN BIOETANOL DARI MINUMAN SERBUK AFKIR

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT NANAS

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERSENTASE STARTER PADA NIRA AREN (Arenga pinnata) TERHADAP BIOETHANOL YANG DIHASILKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA)

PEMANFAATAN BUAH NANAS SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN PROSES HIROLISIS H 2 SO 4 DAN FERMENTASI SACCHAROMYCES CEREVICEAE

FERMENTASI SAMPAH BUAH MENJADI ETANOL MENGGUNAKAN BAKTERI Zymomonas mobilis. FERMENTATION OF REFUSED FRUITS FOR ETHANOL USING Zymomonas mobilis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Yuana Susmiati, Mochamad Nuruddin. Pemurnian Bioetanol dengan Distilasi Rektifikasi Tipe Sieve Tray untuk Menghasilkan FGE

PEMANFAATAN PATI GARUT(Maranta arundinaceae) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR BUAH PISANG

PEMBUATAN BIOETANOL DARI UBI JALAR (Ipomea batatas) DENGAN PROSES FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN NIRA SIWALAN UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR KULIT KETELA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN UMBI UWI (Dioscorea alata L) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

*

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK DAN RAJA

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DAN KADAR GLUKOSA HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus)

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Proses Pembuatan Bioetanol dari Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) dengan Proses Fermentasi Anaerob

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

OPTIMALISASI LIMBAH SERBUK KAYU MENJADI BIOETANOL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN MENGGUNAKAN DISTILASI GELOMBANG MIKRO

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

TUGAS AKHIR. PEMANFAATAN TALAS (Calocasia esculenta L. Schott) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

LAPORAN AKHIR PENGARUH VARIASI RAGI TERHADAP PERSEN YIELD PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT PISANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indutri. Pemanfaat jagung dalam bidang industri selain sebagai sumber

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

PRESENTASI PROPOSAL TUGAS AKHIR

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen karena terdapat suatu

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

PENGARUH SUHU DAN LAMA DISTILASI TERHADAP RENDEMEN DAN KARAKTERISTIK DISTILAT ALKOHOL DARI CAIRAN PULPA HASIL SAMPING FERMENTASI BIJI KAKAO.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH COKELAT SEBAGAI BIOETHANOL SKRIPSI

PENGARUH FERMENTASI EM4

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

III. BAHAN DAN METODE

PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI

Nira Latifah Mukti, Wulan Aryani Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Transkripsi:

Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan Menggunakan Distilasi Vakum Dony Fahmi*, Bambang Susilo, Wahyunanto Agung Nugroho Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 *Penulis Korespondensi, Email: doankdony21@gmail.com ABSTRAK Kenaikan harga bahan bakar minyak dan perkiraan tentang penurunan produksi minyak bumi pada masa yang akan datang serta ketergantungan yang besar terhadap sumber energi minyak bumi. Salah satu bahan pembuatan bioetanol adalah kulit nanas karena penggunaan bahan pangan sebagai bahan baku bioetanol dapat mengancam ketersediaan bahan-bahan pangan jika tidak dilakukan dengan arif dan bijaksana dalam pengelolaannya. Kulit nanas mengandung 81,72 % air, 20,87 % serat kasar, 17,53 % karbohidrat, 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi, oleh karena itu kulit nanas potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan perlakuan monofaktor yaitu suhu distilasi vakum dengan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan respon yang diamati adalah rendemen dan kadar etanol destilat. Dilakukan penentuan kondisi optimum proses sehingga dihasilkan produk etanol yang optimal. Perlakuan yang diberikan dibagi dalam 3 taraf dengan ulangan sebanyak 3 kali. Adapun taraf perlakuan yang digunakan adalah suhu distilasi vakum 40 C, 50 C dan 60 C pada tekanan mutlak 31 Kpa. Pada penelitian pemurnian etanol hasil fermentasi kulit nanas menggunakan distilasi vakum, nilai kadar etanol destilat tertinggi yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebesar 21,250%, suhu yang paling optimal dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan suhu 50 o C. Nilai rendemen tertinggi yang diperoleh dalam penelitian pemurnian etanol hasil fermentasi kulit nanas dengan menggunakan distilasi vakum ini adalah 1,166%. Kata kunci: Bioetanol, Kulit Nanas, Pemurnian, Distilasi Vakum, Suhu Distilasi Vakum The Purification of Ethanol Produced from Pineapple (Ananas comosus L. Merr) Peel Fermentation Using Vacuum Distillation ABSTRACT The increase of oil fuel price and the estimated decline of oil production in the future as well as great dependence on oil for energy, must have triggered the searching for alternative renewable fuel with environmental friendliness. One raw material of bio-ethanol is pineapple peel. The use of food material as bio-ethanol material may danger the supply of food crop unless the processing is wisely conducted. Pineapple peel contains of 81.72 % water, 20.87 % crude fiber, 17.53 % carbohydrate, 4.41 % protein, and 13.65 % reduced sugar. Therefore, pineapple peel must be used as the raw material of bio-ethanol. Research method is experiment with monofactor treatment. The treated factor is vacuum distillation. The design of research is Complete Random Planning. The observed responses are rendement rate and distillated ethanol rate. Optimum condition of process is determined to produce optimum ethanol product. Treatment is divided into 3 levels with 3 replications. Treatment levels are vacuum distillation temperatures at 40 o C, 50 o C and 60 o C at absolute pressure of 31 Kpa. The purification of ethanol produced from pineapple peel fermentation is indeed using vacuum distillation. The highest ethanol distillate is 21.250 % and the most optimum temperature is 131

50 o C. The highest rendement obtained in the purification of ethanol produced from pineapple peel fermentation using vacuum distillation is 1.166 %. Key words: Bio-ethanol, Pineapple Peel, Purification, Vacuum Distillation, Vacuum Distillation, Temperature PENDAHULUAN Bahan baku pembuatan bioetanol dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan bersukrosa, bahan berpati, dan bahan berselulosa. Penggunaan bahan-bahan tersebut sebagai bahan baku bioetanol sudah banyak dilakukan. Diantaranya sari buah-buahan, ubi kayu, ubi jalar dan lainlain. Penggunaan bahan pangan tersebut sebagai bahan baku bioetanol dapat mengancam ketersediaan bahan-bahan pangan jika tidak dilakukan dengan arif dan bijaksana dalam pengelolaannya. Sementara ini, untuk menghindari masalah tersebut dicari alternatif lain, yaitu limbah dari bahan pangan yang masih mengandung kandungan bahan karbohidrat diantaranya adalah limbah kulit nanas. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air, 20,87 % serat kasar, 17,53 % karbohidrat, 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi. Etanol atau etil akohol dapat diproduksi secara fermentasi dari bahan baku yang mengandung gula atau secara sintesis dapat juga diproduksi dari turunan minyak, tetapi sebagian besar yaitu sekitar 93% produksi etanol di dunia di produksi secara fermentasi. Bioetanol merupakan etanol yang diproduksi dari mahluk hidup sehingga keberadaannya dapat diperbaruhi. Bahan baku pembuatan etanol berasal dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana seperti tebu, gandum manis ataupun yang menghasilkan pati seperti jagung, ubi kayu dan gandum. Secara umum bahan yang mengandung pati dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula komplek (likuifikasi) dan pemecahan gula komplek menjadi gula sederhana (sakarifikasi) dengan penambahan air dan enzim (Hidayat, 2003). Konversi glukosa menjadi bioetanol memerlukan perantara mikroba seperti Saccharomyces cerevisiae. Prinsip pembentukan alkohol adalah pelepasan energi yang tersimpan pada bahan-bahan organik, yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi, dengan bantuan mikroba sebagai fermentor. Terdapat sejumlah jenis mikroba yang memiliki kemampuan untuk memfermentasikan alkohol, di antaranya khamir dan bakteri. Proses pembentukan alkohol dengan perantara mikroba tersebut berlangsung secara anaerob. Secara sederhana, proses fermentasi etanol merupakan penguraian karbohidrat menjadi alkohol (etanol) dan gas karbondioksida (CO 2) dengan bantuan enzim (Nursiyah, 2000). Pada akhir proses fermentasi, etanol masih tercampur di dalam larutan. Untuk memisahkannya perlu dilakukan distilasi atau penyulingan, yaitu dengan memanaskan campuran air dan etanol pada suhu 78 C. Menurut Hidayat (2003), titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (kondisi standar). Pada suhu 78 C etanol lebih dulu menguap dari pada air. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair. Kondensasi atau proses pengembunan uap menjadi cairan, dan penguapan suatu cairan menjadi uap melibatkan perubahan fase cairan dengan koefisien pindah panas yang besar. Kondensasi terjadi apabila uap jenuh seperti steam bersentuhan dengan padatan yang temperaturnya dibawah temperatur jenuh sehingga membentuk cairan seperti air (Geankoplis, 1983).Bila terdapat perbedaan besar antar titik didih, proses distilasi dapat dilangsungkan pada tekanan yang lebih rendah, yang akan menurunkan titik didih senyawa dan memungkinkan distilasi berlangsung pada suhu rendah. Beberapa bahan organik tidak dapat didistilasi secara memuaskan pada tekanan atmosfer, sebab akan mengalami penguraian atau dekomposisi sempurna sebelum titik didih normal tercapai. Dengan mengurangi tekanan eksternal 0,1-30 mmhg, titik didih dapat diturunkan dan distilasi dapat berlangsung tanpa mengakibatkan terjadinya dekomposisi. Titik didih dapat didefinisikan sebagai suhu pada tekanan atmosfer atau pada tekanan tertentu lainnya, dimana 132

cairan akan berubah menjadi uap atau suhu pada saat tekanan uap dari cairan tersebut sama dengan tekanan gas atau uap yang berada disekitarnya. Jika dilakukan proses penyulingan pada tekanan atmosfer maka tekanan uap tersebut akan sama dengan tekanan air raksa dalam kolom setinggi 760 mmhg. Berkurangnya tekanan pada ruangan di atas cairan akan menurunkan titik didih, dan sebaliknya peningkatan tekanan di atas permukaan cairan akan menaikkan titik didih cairan tersebut (Guenther, 1987). Alat dan Bahan METODE PENELITIAN Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan digital Hitachi, pisau, timbangan analitis AND / GR-200, blender, gelas ukur, erlemenyer, pipet volume, timer, termometer, ph meter Schott CG 842, kain saring, tabung fermentor, aluminium foil, alcohol meter, seperangkat alat distilasi vakum, alat analisis alkohol dengan metode Gas Chromatography. Bahan yang digunakan adalah limbah kulit nanas. Bahan pembantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah ragi roti dengan merk dagang fermipan, NaOH, HCl, dan aquades Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan perlakuan monofaktor yaitu suhu distilasi vakum dengan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan respon yang diamati adalah rendemen dan kadar etanol destilat. Dilakukan penentuan kondisi optimum proses sehingga dihasilkan produk etanol yang optimal. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan membuat larutan fermentasi dari 80 gram kulit nanas yang dipotong kecil-kecil, dicampur dengan aquades 160 ml lalu dihancurkan dengan blender. Larutan Fermentasi diatur phnya menjadi ph 4,5 5,5 dengan ditambahkan HCl atau ditambah NaOH sampai nilai ph berada pada kisaran yang telah ditentukan. Larutan kulit nanas yang telah disesuaikan phnya kemudian sterilisasi pada suhu 70 C - 80 C selama 15 menit. Larutan kulit nanas yang sudah diatur phnya, ditambah fermipan sebanyak 0,5% (b/v) dan difermentasi dalam kondisi anaerob selama 4 hari. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain saring untuk memisahkan larutan fermentasi dengan kotoran yang tercampur didalam larutan tersebut agar proses evaporasi berjalan dengan lancar dan lebih optimal. Tahap distilasi vakum dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat vacuum distilation untuk memisahkan etanol dari larutan fermentasi yang terbentuk. Alat ini bekerja seperti alat distilasi sederhana, penurunan tekanan diberikan kepada labu yang berisi sampel menyebabkan terjadinya penurunan titik didih larutan. Pompa vakum digunakan untuk menguapkan larutan agar naik ke kondensor yang selanjutnya akan diubah kembali ke dalam bentuk cair. Perlakuan yang diberikan dibagi dalam 3 taraf dengan ulangan sebanyak 3 kali. Adapun taraf perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: T1= suhu distilasi vakum 40 C T2= suhu distilasi vakum 50 C T3= suhu distilasi vakum 60 C 133

Gambar 1. Rangkaian Alat Distilasi Vakum Proses Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Pada proses fermentasi menggunakan bahan baku larutan kulit nanas didapatkan data sebelum dan sesudah fermentasi sebagai berikut : Tabel 1. Fermentasi terhadap larutan kulit nanas sebanyak 200 ml, selama 4 hari No Analisa Fermentasi Sebelum sesudah 1 ph 5 5,3 Kadar Etanol Destilat 2 Kadar Etanol - 2,47 % 3 Warna Kuning kecokelatan Atas : kuning tua Bawah : kuning muda Gambar 2. Pengaruh Suhu Distilasi terhadap Kadar Etanol Destilat Dari Gambar 2 dapat dilihat pengaruh suhu distilasi vakum terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Penurunan kadar etanol destilat pada suhu 60 o C disebabkan karena semakin banyak pula fase cair lain selain etanol yang ikut teruapkan pada saat proses distilasi berlangsung. Kadar etanol destilat yang diperoleh dalam penelitian ini masih sangat rendah jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuat bahan bakar, karena hanya mencapai 21,250% yaitu dengan suhu distilasi vakum 50 o C. Sedangkan untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar, 134

diperlukan etanol dengan kadar 99,5% atau bahkan lebih. Rendahnya kadar etanol destilat yang didapat selama penelitian ini dapat disebabkan oleh alat distilasi, bahan yang digunakan dan proses yang dilakukan pada saat penelitian. Selain itu, proses distilasi yang dilakukan pada penelitian ini hanya sekali saja, untuk mendapatkan etanol dengan kadar yang lebih tinggi memungkinkan untuk dilakukan distilasi berulang. Ardi (2009), telah melakukan penelitian terhadap pemurnian etanol dengan menggunakan alat distilasi sederhana dengan menggunakan bahan baku tape ubi kayu. Hasil yang diperoleh melebihi kadar alkohol 40% dengan waktu distilasi selama 5 jam. Pada penelitian ini waktu yang digunakan hanya 3 jam, sehingga penggunaan waktu yang lebih lama dimungkinkan dapat meningkatkan kadar etanol yang diperoleh. Sebagai suatu proses yang menghasilkan energi, jumlah input energi dan output energi harus dihitung dalam suatu neraca massa dan energi. Energi yang dimasukkan ke dalam suatu proses diharapkan seminimum mungkin, mengingat output dari proses yang diharapkan adalah energi pula, sehingga total energi yang dihasilkan dari proses dihitung. Jika terlalu banyak energi yang harus ditambahkan ke dalam proses, maka proses tidak efisien. Volume Destilat Gambar 3. Pengaruh Suhu terhadap Volume Destilat Gambar 9 menunjukkan bahwa pada suhu 40 o C, volume destilat yang diperoleh sebesar 0,666 ml. Pada suhu 50 o C, volume destilat mengalami peningkatan menjadi 1,500 ml. Dan pada suhu distilasi vakum 60 0 C kembali mengalami peningkatan menjadi 2,333 ml, ketiganya menggunakan waktu distilasi vakum yang sama yaitu 3 jam. Nilai rerata volume destilat mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkat pula suhu distilasi vakum. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu distilasi vakum yang digunakan, maka semakin banyak fase cair yang menguap kemudian terkondensasi sehingga semakin meningkatkan volume destilat yang diperoleh. Menurut Sari (2009) pemurnian menggunakan distilasi vakum pada tekanan yang sama menggunakan temperatur berbeda, volume destilat yang dihasilkan sedikit dan kadar etanol yang dihasilkan tinggi sebaliknya pada tekanan berbeda dan temperatur sama, menghasilkan volume desilat yang tinggi, dan kadar etanol yang dihasilkan kecil. Rendemen Dari Gambar 10 dapat diketahui bahwa semakin meningkatnya suhu distilasi vakum terjadi pula peningkatan nilai rendemen. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu distilasi yang digunakan, maka cairan yang teruapkan pada saat proses distilasi vakum berlangsung juga akan semakin banyak sehingga akan semakin banyak pula uap yang dihasilkan yang selanjutnya akan terkondensasi menjadi etanol destilat di dalam wadah penampung. Distilasi vakum dengan suhu 135

40 o C menghasilkan rendemen sebesar 0,333%. Kemudian meningkat menjadi 0,750% pada suhu 50 o C dan terus meningkat menjadi 1,166% dengan suhu distilasi vakum 60 o C. Gambar 4. Pengaruh Suhu Distilasi Vakum terhadap Rendemen Alat distilasi yang digunakan pada penelitian ini menyebabkan nilai rendemen yang didapat tidak terlalu besar, bahkan dapat dikatakan kecil, nilai rendemen selain dipengaruhi oleh suhu distilasi vakum juga sangat dipengaruhi oleh alat distilasi yang digunakan, bahan baku dan proses. Untuk memperoleh rendemen yang lebih besar dapat dilakukan dengan menambah waktu distilasi vakum. Penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2009), hasil pemurnian etanol dengan distilasi sederhana, menunjukkan bahwa rendemen tertinggi yang dihasilkan adalah 6% dengan waktu distilasi yang digunakan adalah selama 5 jam dan suhu distilasi 85 o C. Rendemen yang diperoleh pada penelitian ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rendemen yang diperoleh dari pembuatan etanol tape ubi kayu tersebut, karena dari suhu dan waktu yang digunakan pada penelitian tersebut jauh lebih besar sehingga didapatkan rendemen yang besar pula. Untuk mendapatkan nilai rendemen yang lebih besar, dapat dilakukan proses distilasi lanjutan misalnya dengan menggunakan Azeotropic distillation karena dengan distilasi azeotrop, larutan yang sudah mempunyai tingkatan fase uap dan fase cair yang sama akan dapat teruapkan dan akan dihasilkan kembali etanol yang lebih murni.sebagainya. KESIMPULAN Berdasarkan paparan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa nilai kadar etanol destilat tertinggi yang diperoleh pada penelitian pemurnian etanol hasil fermentasi kulit nanas menggunakan distilasi vakum ini yaitu sebesar 21,250%. Suhu yang paling optimal dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan suhu 50 o C. Nilai rendemen tertinggi yang diperoleh dalam penelitian pemurnian etanol hasil fermentasi kulit nanas dengan menggunakan distilasi vakum ini adalah 1,166%, semakin tinggi suhu distilasi yang digunakan, maka cairan yang teruapkan pada saat proses distilasi vakum berlangsung juga akan semakin banyak sehingga akan semakin banyak pula uap yang dihasilkan yang selanjutnya akan terkondensasi menjadi etanol destilat di dalam wadah penampung. 136

DAFTAR PUSTAKA Ardi, W.R. 2009. Pemurnian Etanol dari Fermentasi Tape Ubi Kayu (Manihot utilissima) (Kajian Suhu dan Lama Waktu Distilasi). Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang. Geankoplis, GJ. 1983. Transport Process and Unit Operation, Second Edition, Allyn and Bacon, Inc, Boston, London, Sydney, Toronto. Guenther, E, 1987. Minyak Atsiri. Diterjemahkan oleh R.S. Ketaren dan R.Mulyono. Jakarta, UI Press. Hidayat, A. N. 2003. Produksi Bioetanol. http://www.migas-indonesia.com/index.php? module=article&sub=article&act=view&id=415&page2. Tanggal akses 12 Nopember 2013. Nursiyah. 2000. Rekayasa Teknologi Pemurnian Alkohol. http://www.balitbangjatim.co m/bul_d2.asp?id_subbab=4. Tanggal akses 17 Maret 2008. Sari, Mita T. 2009. Pengaruh Tekanan dan Temperatur Terhadap Pemurnian Etanol Dari Tetes Tebu Secara Distilasi Vakum. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Sriwijaya. Wijana S, Kumalaningsih A, Setyowati U, Efendi dan Hidayat N. 1991. Optimalisasi Penambahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi pada Pakan Ternak terhadap Peningkatan Kualitas Nutrisi. ARMP (Deptan). Universitas Brawijaya. Malang. 137