BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum dan klasifikasi Anjing Anjing adalah hewan yang sangat dekat dengan manusia. Anjing merupakan hewan kesayangan dengan jumlah ras terbanyak dan memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya sehingga mendorong manusia untuk memberi perhatian lebih. Selain hewan kesayangan anjing sering juga dimanfaatkan untuk penjaga rumah dan sebagai hewan percobaan (Wolfensohn & Lloyd 1998 dalam Chandri 2008). Anjing kampung adalah salah satu jenis anjing yang mampu bersosialisasi dengan manusia dan tidak sulit pemeliharaannya. Anjing kampung belum diketahui pasti asal usulnya karena berasal dari perkawinan silang antar anjing-anjing sehingga menghasilkan ras baru yang umumnya belum teridentifikasi (Dharmojono 2003 dalam Chandri 2008 ). Menurut Miller (1993) dalam Chandri (2008) kedudukan anjing dalam taksonomi hewan adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Species : Animalia : Chordata : Mamalia : Carnivora : Canidae : Canis : Canis familiaris Di Indonesia anjing kampung sering digunakan sebagai hewan percobaan untuk kepentingan penelitian biomedis karena relatif murah dan mudah mendapatkannya. Penggunaan anjing kampung sebagai hewan coba seharusnya memiliki nilai fisiologis sebagai parameter acuan dari anjing yang sejenis sehingga
dalam percobaan tersebut mendapatkan hasil yang akurat. Selain untuk hewan coba nilai fisiologis anjing kampung juga diperlukan oleh praktisi dokter hewan, untuk mengetahui status kesehatan anjing kampung tersebut. 2.2 Jantung Anjing (Canis familiaris) Jantung merupakan alat pemompa darah. Jantung terdiri dari otot jantung (miokardium), selaput jantung (perikardium) dan selaput yang membatasi ruangan jantung (endokardium). Otot jantung mendapatkan zat makanan dan O 2 dari darah melalui arteri koroner. Gambar. 1 Jantung anjing (Timang, dkk 2010) Jantung anjing terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel. 1. Atrium (serambi) Merupakan ruangan tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena). Atrium kanan (dekster) dan atrium kiri (sinister) terdapat katup valvula bikuspidalis. Pada fetus antara atrium kanan dan atrium kiri terdapat lubang disebut foramen ovale.
2. Ventrikel (bilik) Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari atrium, dan ventrikel kiri lebih tebal dari pada ventrikel kanan, karena berfungsi memompakan darah keluar jantung. Antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri terdapat katup valvula trikuspidalis. Saat ventrikel berkontraksi, darah dari ventrikel kiri yang kaya O2 dipompakan menuju aorta. Bila ventrikel mengendur (relaksasi) maka jantung akan menerima darah vari vena cava superior, dan vena cava inferior yang kaya CO 2 masuk ke dalam atrium kanan. Sedangkan darah dari pembuluh balik paru-paru (vena pulmonalis) yang kaya O 2 masuk ke atrium kiri. Pada jantung yang mengempis (kontraksi) maka tekanan jantung menjadi maksimum disebut sistole. Keadaan jantung yang relaksasi (mengendur) maksimum, maka tekanan ruang jantung menjadi minimum disebut diastole (Timang, dkk 2010). 2.3 klasifikasi Cacing Jantung (Dirofilaria immitis) Dirofilaria immitis atau yang lebih dikenal dengan nama cacing jantung termasuk dalam filum Nemathelminthes. Nemathelminthes berasal dari kata nematos artinya benang dan helminthes artinya cacing. Nemathelminthes merupakan kelompok cacing yang tubuhnya menyerupai benang, tubuh bersegmen, triploblastik, pseudoselomata karena rongga tubuhnya semu, alat pencernaannya mulai dari mulut-kerongkongan-usus-anus, alat reproduksi terpisah (individu jantan lebih kecil dan ujung posteriornya bengkok, ada yang hidupnya bebas(tanah becek & dasar perairan) ada juga yang sebagai parasit.
Cacing ini merupakan agen penyebab Heartworm disease pada anjing. Cacing jantung dewasa hidup di ventrikel kanan dan arteri pulmonalis anjing. Cacing jantung tubuhnya bersegmen, alat reproduksi terpisah (individu jantan lebih kecil dan ujung anteriornya bengkok, hidup sebagai parasit. Setelah kawin, cacing betina dewasa menghasilkan mikrofilaria yang dapat ditemukan dalam sirkulasi darah anjing. Dalam sirkulasi darah, mikrofilaria mampu bertahan hidup selama 2 tahun dan mikrofilaria dapat terinfeksi pada manusia melalui vektor nyamuk (Widodo dan T.F Karmil 1995). Infeksi cacing jantung (Dirofilaria immitis) merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang anjing, rubah, serigala, kucing, singa laut dan manusia (Satrijal 2008). Secara ilmiah Dirofilaria immitis diklasifikasikan menurut Levine (2003) dalam Yuvianto (2008) sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Animalia : Nemathelminthes : Secernentea : Spirurida : Onchocercidae : Dirofilaria : Dirofilaria immitis 2.4 Morfologi Cacing Jantung (Dirofilaria immitis) Cacing Jantung (Dirofilaria immitis) dewasa berbentuk bulat, panjang, langsing berwarna putih. Cacing jantan panjangnya 12-18 cm, sedangkan betina memiliki panjang 25-30 cm. cacing betina lebih besar dan panjang dari pada cacing jantan karena mereka memproduksi telur. Hasil pengukuran dari Prianto (2008) menemukan panjang tubuh cacing jantan 12-20 cm, panjang tubuh cacing betina 25-31 cm, warna tubuh putih.
Cahyadi (2006) menemukan panjang tubuh cacing jantan 12-18 cm, panjang tubuh cacing betina 25-30 cm, warna tubuh putih. Kelly, Levine dalam fitriawati (2009) menemukan panjang tubuh cacing jantan 12-18 cm, panjang tubuh cacing betina 25-30 cm, warna tubuh putih dan Atkins (2003) menemukan panjang tubuh cacing jantan 15-18 cm, panjang tubuh cacing betina 25-30 cm, warna tubuh putih. Ujung posterior cacing jantan berbentuk melingkar dan pada ekor terdapat beberapa papilae lateral (Prianto dkk 2008). Cacing Dirofilaria immitis dewasa mengambil makanan dari induk semang (inang) berupa plasma dan cacing ini dapat hidup selama 5 7 tahun di tubuh inang. Cacing betina dewasa melepaskan mikrofilaria ke dalam aliran darah inang (Manfredi et al. 2007 dalam Fitri ). Mikrofilaria ditemukan di dalam pembuluh darah hewan yang terinfeksi. Mikrofilaria Dirofilaria immitis panjangnya 290-340 μm dan lebar 6-7 μm. Ujung anteriornya runcing dan ujung posterior lurus dan tumpul, tidak memiliki kait, serta tidak terselubung. Dalam sirkulasi darah mikrofilaria mampu bertahan hidup selama 2 tahun (Corwin dan Nahm 1997 dalam fitriawati 2009). Gambar. 2 Bentuk Anatomi Dirofilaria immitis (Rocha 2010)
2.5 Siklus hidup dan Vektor Dirofilaria immitis Mikrofilaria dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah setiap waktu, akan tetapi pada umumnya jumlahnya berfluktuatif mengikuti perioditas dan kondisi dimana inang definitif berada. Cacing Jantung betina menghasilkan bentuk awal yaitu larva stadium1 (L1), kemudian menjadi (L2) dan L3 (larva infektif) atau disebut mikrofilaria. Larva infektif ini yang kemudian akan termakan oleh nyamuk pada saat menggigit anjing yang telah terinfeksi untuk ditularkan kepada anjing yang belum terinfeksi seperti terlihat pada gambar 3. Larva stadium pertama selama 24 jam tinggal di dalam lambung. Larva bermigrasi ke dalam saluran Malphighi jika perkembangan embrionik telah lengkap. Larva kemudian berubah bentuk menjadi lebih pendek dan gemuk seperti sosis. Larva akan ke luar dari saluran Malphighi dan akan masuk ke dalam lumen saluran Malphighi pada hari ke enam atau tujuh. Larva stadium pertama berukuran (150 μm) menyilih atau molting menjadi larva stadium kedua (230 μm) kira-kira pada hari ke sepuluh. Larva stadium kedua akan menyilih menjadi larva stadium ketiga (800 μm) yang infektif pada hari ke tiga belas. Kemudian larva akan bermigrasi ke arah dada dan kepala kemudian masuk ke probosis nyamuk. Perkembangan nyamuk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperatur dan kelembaban lingkungan tempat nyamuk berkembang biak (Kelly 1977 dalam fitriawati 2009). Tahap infeksi akan dimulai ketika nyamuk yang membawa larva infektif mengisap darah anjing. Kemudian larva stadium ketiga bermigrasi ke dalam subkutan
atau pada jaringan serosa, jaringan otot atau jaringan lemak. Larva stadium ketiga kemudian menyilih menjadi larva stadium keempat (18 mm) pada hari ke 9-12. Setelah itu menyilih menjadi larva stadium kelima atau cacing muda (80 mm) pada hari ke 70-80 setelah terjadi infeksi. Selama 3 bulan cacing muda akan bermigrasi ke ventrikel kanan melalui pembuluh darah vena. Mikrofilaria terdapat di dalam uterus betina dewasa pada bulan ke 6 setelah infeksi, dan akan muncul di pembuluh darah perifer pada 6-7 bulan setelah terjadi infeksi. Masa prepaten cacing Dirofilaria immitis adalah 6-7 bulan dan masa patennya lebih dari 7,5 tahun (Kelly 1977; Levine 1990 dalam fitriawati 2009). Gambar. 3 Siklus hidup Dirofilaria immitis (Gajardo 2003) Cacing jantung menginfeksi inangnya dengan perantara nyamuk sebagai vektor. Nyamuk yang telah mengandung larva cacing akan mengisap darah anjing yang terinfeksi. Kemudian nyamuk akan meginfeksi anjing yang sehat ketika mengisap darah. Nyamuk yang menjadi vektor bagi Dirofilaria immitis adalah
nyamuk dari genus Aedes, Anopheles dan Culex (Gambar 4.a dan 4.b) (Campos, dkk 1997) 4.a Culex quinquefasciatus 4.b Aedes albopictus Gambar. 4 Vektor Dirofilaria immitis (Gajardo 2003) 2.6 Akibat Infeksi Cacing Jantung (Dirofilaria immitis). 2.6.1 Akibat Infeksi Cacing Jantung Pada anjing (Canis familiaris) Akibat infeksi cacing jantung pada anjing itu dapat menyebabkan penyakit Canine Heartworm Disease (CHD). Canine Heartworm Disease (dirofilariosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing jantung (Dirofilaria immitis). Penyakit ini berakibat fatal dan menimbulkan kematian pada anjing serta dapat ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk (Campos, dkk 1997). Sejumlah cacing Dirofilaria immitis yang menginfeksi anjing dengan ukuran yang relatif besar (cacing betina dengan panjang 25 35 cm) dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi yang bersifat kronis dan akhirnya mengakibatkan gagal jantung.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi Dirofilaria immitis mulai gejala yang ringan berupa keletihan karena hewan diberikan latihan sampai pada gagal jantung kongestif yang bersifat fatal. Susuanto (2008) menyatakan bahwa kebanyakan kasus infeksi cacing jantung adalah asimptomatik. Sejarah penyakit anjing penderita sangat bervariasi, di antaranya kehilangan berat badan, kehilangan stamina, toleransi terhadap latihan menurun, batuk kronis, dispnea, sinkop, dan distensi abdominal (ascites). Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya suara jantung kedua berganda, suara murmur pada jantung kanan, batuk, dispnea, dan sianosis. Bila pada anjing terdapat 10-25 cacing dewasa dan anjing hanya mendapat latihan ringan, tidak akan menunjukkan gejala klinis. Tetapi bila jumlah cacing mencapai 50-100 akan mengalami kematian (Fan 2003). Gambar. 5 Anjing penderita dirofilariosis (Atkins 2003) 2.6.2 Akibat Infeksi Cacing Jantung Pada Manusia Akibat infeksi cacing jantung pada manusia itu dapat menyebabkan penyakit yang dikenal dengan nama Human Pulmonary Dirofilariasis (HPD). Tarish dan
Atwell (1991) dalam Yuvianto (2008) mengatakan bahwa HPD ditandai dengan perubahan pada paru-paru dan arteri pulmonalis. Pada manusia, cacing dewasa dapat menimbulkan nodul pada kulit (Natadisatra dkk 2009). Kasus HPD sering dijumpai pada orang dewasa, dengan ciriciri : (1) Pemeriksaan fototoraks, pada lobus paru terlihat berbentuk tumor (2) adanya keluhan nyeri dada, demam dan batuk; (3) temuan histopatologi ditemukan nodul yang terbungkus oleh jaringan ikat dan berisi massa putih keabu-abuan (Yoshimura, 1995).