GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI PEMALI COMAL

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI BADUNG KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR 1193 / 03 / HK / 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 11 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa Air Minum dan Penyehatan Lingkungan merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat; b. bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut diperlukan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat yang berkuantitas, berkualitas, sistematis dan berkelanjutan; c. bahwa dalam rangka pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, perlu adanya kesamaan pemahaman, keterpaduan dan terintegrasi antar kabupaten/kota dan pelaku pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur; d. bahwa sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, maka perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan dan strategi pembangunan di daerah sesuai Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Di Provinsi Nusa Tenggara Timur; 1

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan Bahan Kimia Sebagai Senjata Kimia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4834); 2

10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 3

19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858); 21. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa; 25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum; 27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air; 28. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air; 29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 288/MENKES/SK/III/ 2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum; 30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/MENKES/SK/XI/ 2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; 31. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 4

32. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Nomor 017 Seri E Nomor 009, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 0025); 33. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 0045); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi Nusa Tenggara Timur. 4. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Timur. 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah yang terkait langsung dengan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. 7. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat adalah kegiatan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang terintegrasi antara penyediaan dan pengelolaan sarana fisik dan non fisik/perubahan perilaku yang melibatkan masyarakat. 8. Pelaku Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat adalah pemerintah, lembaga mitra, pihak swasta, pemerhati dan masyarakat. 9. Air adalah semua air yang terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. 10. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. 11. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. 12. Sumber Air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. 5

13. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun generasi yang akan datang. 14. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. 15. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum. 16. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. 17. Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya atau dibuang sebagai barang tidak berguna. 18. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. 19. Limbah Cair adalah Limbah atau air buangan yang dihasilkan oleh rumah tangga. 20. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. 21. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. 22. Penyehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah. 23. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang selanjutnya disebut PHBS adalah upaya menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. 24. Sanitasi Dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga. 25. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. 26. Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat AMPL adalah suatu program pembangunan sektor Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan air minum, bebas buang air besar sembarangan, pembuangan air limbah dan drainase di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 6

27. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya air di dalamnya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan kualitas hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. 28. Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa/kelurahan dalam memberdayakan masyarakat. 29. Berbasis masyarakat adalah pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat dalam memutuskan dan menentukan pilihan teknologi, bentuk layanan, organisasi, mekanisme pendanaan dan bentuk pengaturan dan masyarakat juga harus bertanggungjawab terhadap pemeliharaan, pengaturan, mengatur organisasi pengelola dan mendanai. 30. Partisipasi/peran serta adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, pembangunan serta pelaksanaan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. 31. Pembinaan adalah kegiatan yang mencakup pemberian pengarahan, petunjuk, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan dalam pelaksanaan pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. 32. Fasilitasi adalah upaya mempermudah sebuah proses pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan untuk mencapai tujuan bersama dalam suasana kemitraan dan relasi yang berkelanjutan. 33. Kelompok Kerja yang selanjutnya disebut Pokja adalah kelompok kerja yang mempunyai peran, tugas dan fungsi memfasilitasi pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan yang anggotanya terbatas. 34. Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua belah pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. 35. Pemulihan biaya (cost re-covery) adalah kondisi keseimbangan antara pendapatan dengan pembiayaan pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan secara mandiri dan berkesinambungan. 36. Pengendalian dan Evaluasi adalah suatu proses kegiatan pemantauan, pengawasan, evaluasi dan penilaian secara sistematik terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu kebijakan atau program setiap tahunnya dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan untuk kemudian dimanfaatkan sebagai sumber informasi dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan dan melakukan perbaikan suatu kebijakan dan program pembangunan AMPL-BM. BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN ASAS Pasal 2 (1) Peraturan Gubernur ini ditetapkan dengan maksud : a. sebagai instrumen penggerak dan pengendalian Pembangunan AMPL- BM; b. memberikan landasan dan kepastian hukum dalam mewujudkan Pembangunan AMPL BM. 7

(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah : a. memenuhi kebutuhan dasar melalui Pembangunan AMPL-BM yang berkelanjutan dengan syarat berkualitas, sehat, efisien dan efektif, terintegrasi, terpadu dengan sektor-sektor lainnya sehingga masyarakat dapat hidup sehat dan produktif; b. mengembangkan Pembangunan AMPL BM secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas untuk mencapai kesejahteraan. (3) Pembangunan AMPL-BM diselenggarakan secara terpadu berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, manfaat umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, terintegrasi, partisipatif serta transparansi dan akuntabilitas. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup Pembangunan AMPL BM dalam Peraturan Gubernur ini meliputi: a. penyediaan dan pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan; b. perilaku hidup bersih dan sehat; c. pemberdayaan masyarakat; d. penguatan kelembagaan. BAB IV PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN Bagian Kesatu Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Pasal 4 (1) Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra Pembangunan AMPL BM bertanggungjawab menyediakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. (2) Tanggungjawab Penyediaan Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. peningkatan cakupan pelayanan secara kualitas, kuantitas dan berkesinambungan; b. penyediaan air baku dan pelestarian Sumber Daya Air secara berkelanjutan; c. pemenuhan kebutuhan dasar pada situasi tanggap darurat/bencana; d. pengembangan sarana dan prasarana dengan menggunakan teknologi tepat guna. 8

(3) Tanggungjawab Penyediaan Penyehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya, meliputi kegiatan pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah; b. peningkatan akses terhadap pengelolaan prasarana dan sarana air limbah untuk perbaikan kesehatan masyarakat; c. tersedianya jaringan drainase skala kawasan; d. pembangunan sanitasi dasar (jamban keluarga) dengan prinsip non subsidi. e. pemenuhan kebutuhan dasar pada situasi tanggap darurat/bencana; f. pengembangan sarana dan prasarana dengan menggunakan teknologi tepat guna. Bagian Kedua Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Pasal 5 (1) Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra Pembangunan AMPL BM bertanggungjawab mengelola Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. (2) Tanggungjawab Pengelolaan Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. tersedianya sistem pelayanan air minum yang memadai dan berkelanjutan; b. optimalisasi pemanfaatan air sebagai benda sosial dan benda ekonomi; c. surveilance Air Minum; a. pendataan sarana Air Minum; b. pemeriksaan kualitas Air Minum; c. menganalisis tingkat resiko pencemaran; d. tindak lanjut pengawasan kualitas Air Minum; e. investigasi penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana; f. peningkatan peran dan kelembaga mitraan badan usaha dan masyarakat. (3) Tanggungjawab Pengelolaan Penyehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. tersedianya sistem pelayanan penyehatan lingkungan yang memadai dan berkelanjutan, b. tersedianya sistem air limbah terpadu, komunal, setempat dan memadai; c. tersedianya penanganan persampahan secara sistematis dan terpadu; d. percepatan pencapaian desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; e. pengembangan sistem sanitasi yang berwawasan lingkungan; g. surveilance Penyehatan Lingkungan; h. pendataan sarana Penyehatan Lingkungan; i. pemeriksaan kualitas Penyehatan Lingkungan; j. menganalisis tingkat resiko pencemaran; k. tindak lanjut pengawasan kualitas Penyehatan Lingkungan; l. investigasi penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana; m. peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat. 9

Pasal 6 Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dilakukan secara terpadu melalui: a. penelitian dan pengkajian; b. pengabdian masyarakat. BAB V PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT Pasal 7 (1) Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra Pembangunan AMPL BM bertanggungjawab melakukan Percepatan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). (2) Tanggungjawab melakukan percepatan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat melalui Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. peningkatan kesadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; b. tidak buang air besar sembarangan; c. membiasakan cuci tangan pakai sabun; d. peningkatan kesadaran pengolahan air minum rumah tangga yang sehat; e. pengelolaan sampah rumah tangga; f. pengelolaan limbah cair rumah tangga; g. memperkenalkan PHBS pada anak usia dini dan usia sekolah. BAB VI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pasal 8 Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra Pembangunan AMPL BM bertanggungjawab melakukan upaya-upaya Pemberdayaan masyarakat berbasis desa/kelurahan yang meliputi: a. peningkatan partisipasi/peran serta masyarakat dan lembaga lainnya; b. keberpihakan pada masyarakat miskin; c. peran perempuan dalam pengambilan keputusan; d. pemberian pengarahan, petunjuk, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan. 10

BAB VII KELEMBAGAAN Bagian Kesatu Penguatan Kelembagaan Pasal 9 Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga mitra melakukan Penguatan kelembagaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan melalui: a. peran pemerintah sebagai fasilitator; b. akuntabilitas proses pembangunan; c. pelayanan optimal dan tepat sasaran; d. penerapan prinsip pemulihan biaya; e. pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan dalam penyediaan AMPL BM; f. peningkatan kemampuan lembaga Pengelola Penyediaan AMPL BM; g. pengembangan pendanaan untuk Pembangunan AMPL BM dari berbagai sumber dana secara optimal; h. prinsip kemitraan dalam Pembangunan AMPL BM. Bagian Kedua Pembentukan Kelompok Kerja AMPL-BM Pasal 10 (1) Kelompok Kerja AMPL-BM wajib dibentuk di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. (2) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai perangkat koordinatif antara dinas/instansi/lembaga dan pemangku kepentingan lainnya pada tingkat Provinsi maupun pada Tingkat Kabupaten/Kota. (3) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan AMPL-BM di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. (4) Kelompok Kerja Pembangunan AMPL-BM Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (5) Kelompok Kerja Pembangunan AMPL-BM Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. (6) Lembaga Mitra berkewajiban memberikan dukungan dan berkoordinasi dengan Kelompok Kerja AMPL-BM Provinsi dan Kabupaten/Kota. BAB VIII PERENCANAAN Pasal 11 (1) Rumusan perencanaan pembangunan AMPL-BM dikoordinasikan melalui Bappeda Provinsi sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. 11

(2) Rumusan perencanaan pembangunan AMPL-BM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam bentuk dokumen Rencana Strategis Pembangunan AMPL-BM dan/atau rencana aksi tahunan pada masingmasing pelaku pembangunan AMPL BM. (3) Rencana Strategis Pembangunan AMPL-BM dan/atau rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman bagi pelaku pembangunan AMPL BM dalam setiap penyusunan kegiatan. (4) Fasilitasi pembuatan dokumen Perencanaan AMPL BM pada masingmasing Kabupaten/Kota dalam menyusun Rencana Induk Sistem Penyediaan AMPL BM dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten/Kota. BAB IX TANGGUNG JAWAB Pasal 12 (1) Tanggung jawab Pemerintah Provinsi meliputi : a. merumuskan, mengadvokasi dan mensosialisasikan kebijakan daerah pembangunan AMPL BM lintas Kabupaten/Kota; b. mengadvokasi peningkatan pengalokasian anggaran pembangunan AMPL BM pada setiap tahun anggaran sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku; c. memfasilitasi sistem dan mekanisme pengelolaan AMPL BM lintas kabupaten/kota; d. memfasilitasi rencana pengelolaan AMPL BM lintas kabupaten/kota; e. memfasilitasi dan memberikan rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan pengelolaan AMPL BM lintas kabupaten/kota. (2) Tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/ Kota meliputi : a. merumuskan, mengadvokasi dan mensosialisasikan kebijakan daerah pembangunan AMPL BM pada Tingkat Kabupaten/Kota; b. mengadvokasi peningkatan pengalokasian anggaran pembangunan AMPL BM pada setiap tahun anggaran sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku; c. memfasilitasi sistem dan mekanisme pengelolaan AMPL BM di kabupaten/ kota; d. memfasilitasi rencana pengelolaan AMPL BM di kabupaten/kota; e. memfasilitasi dan memberikan rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan pengelolaan AMPL BM di desa/ kelurahan. BAB X PELAKSANAAN Pasal 13 Pelaksanaan Pembangunan AMPL BM oleh berbagai pelaku pembangunan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kearifan lokal. 12

Pasal 14 Dalam pelaksanaan Pembangunan AMPL BM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pokja AMPL BM Provinsi menetapkan pedoman pelaksanaan sebagai referensi pembangunan AMPL BM. BAB XI PEMBIAYAAN Pasal 15 (1) Pembiayaan pembangunan AMPL BM ditetapkan berdasarkan kebutuhan sesuai Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) yang berlaku. (2) Jenis pembiayaan pembangunan AMPL BM meliputi : a. biaya perencanaan; b. biaya pelaksanaan konstruksi dan non konstruksi; c. biaya operasional; d. biaya pemeliharaan dan pemulihan (cost re-covery); e. biaya penelitian dan pengembangan; f. biaya pemantauan, evaluasi dan pemberdayaan masyarakat. (3) Sumber dana untuk setiap jenis pembiayaan dapat berupa: a. anggaran Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota; b. sumbangan pihak lain yang sah dan tidak mengikat. BAB XII PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 16 (1) Gubernur melalui Pokja AMPL BM Provinsi melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pembangunan AMPL BM di Kabupaten/ Kota. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. (3) Bupati/ Walikota melalui Pokja AMPL BM Kabupaten/ Kota melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pembangunan AMPL BM di Desa/ Kelurahan. (4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun. (5) Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Kelompok Kerja AMPL-BM wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Pembangunan AMPL-BM kepada Pemerintah Provinsi melalui Kelompok Kerja AMPL-BM Provinsi. (6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun. 13

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ditetapkan di Kupang pada tanggal 5 Maret 2012 GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Diundangkan di Kupang pada tanggal 5 Maret 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, FRANS LEBU RAYA FRANSISKUS SALEM BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012 NOMOR 010 14