AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TIPE DAN SUMBER PEMBANGKIT LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KUALITAS AIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tengah telah lama dimanfaatkan warga sekitar untuk keperluan hidup sehari-hari.

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

PENGARUH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN PERAN PENGRAJIN DALAM PENGELOLAAN LIMBAHNYA

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang

BAB ІІ TINJAUAN PUSTAKA. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

PENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

LAMPIRAN A TUGAS KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB II LANDASAN TEORI

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

TINJAUAN PUSTAKA. Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

II. DASAR TEORI. dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

PERBANDINGAN METODE ELEKTROKOAGULASI DENGAN PRESIPITASI HIDROKSIDA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT RUSYADI WICAHYO AULIANUR

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

Karakteristik Air Limbah

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

PROSES PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TAPIOKA. Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadarma

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) INDUSTRI KERUPUK KULIT DI KELURAHAN SEMBUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

PERHITUNGAN NILAI BOD 5. oksigen terlarut dari larutan pengencer dapat dilakukan : = 8,2601 = 7,122 = 8,1626 = 7,0569

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB 3 BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

Transkripsi:

BAB VI AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 6.1. Karakteristik Umum Suatu industri penyamakan kulit umumnya menghasilkan limbah cair yang memiliki 9 (sembilan) kelompok pencemar yaitu : 1) Patogen, 2) organik terurai, 3) organik sulit terurai, 4) sedimen, 5) koloid, 6) senyawa terapung, 7) logam berat, 8) anorganik terlarut, dan 9) asam-basa (Qipta Galang Kualita, 1999). Secara umum limbah cair penyamakan kulit mempunyai ciri-ciri : 1. Debit efluen (limbah buangan) yang tidak teratur. 2. Warna biru kehijauan dan bahan pengawet Krom. Krom berada dalam valensi III (trivalen), akan tetapi kemungkinan untuk berubah menjadi Krom bervalensi VI (heksavalen) yang sangat toksis karena bersifat karsinogenik, tetap ada, jika bertemu dengan oksidator yang sesuai (Iswahyuni, 1997 dalam Hatibi,1998). 36

3. Kadang-kadang berbusa. 4. Kandungan sulfida yang tinggi. Kandungan sulfide yang tinggi tersebut dapat berakibat terbentuknya gas H2S yang jika dalam konsentrasi yang tinggi dan bereaksi dengan air membentuk asam sulfat, dapat merusak konstruksi bangunan beton karena bersifat korosif (Boyle, 1996 dalam Hatibi, 1998). 5. Kandungan padatan tersuspensi (suspended solids) yang tinggi. 6. Kandungan bahan organik yang tinggi. 7. ph sangat bervariasi (3-12). 8. Mudah busuk atau septik (Depperin Kab. Garut, 1998). Dilihat dari asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah industri penyamakan kulit dapat dibedakan per tahapan proses sebagai berikut (Bapedal, 1996) : a. Perendaman (Soaking) Air limbah soaking mengandung sisa daging, darah, bulu, garam, mineral, debu dan kotoran lain, atau bahkan bakteri anthrax (IS: 5183-1977); Committee on Treatment of Tannery Effluents (CTTE) 1979). Selanjutnya dikatakan bahwa cair berbau busuk, kotor, dengan kangungan suspended solid 0.05 0.1 %. Menurut ESCAP 1982, volume limbah soaking berkisar antara 2.5-4 1/kg kulit ; ph 7.5-8; total solid 8.000-28.000 mg/l; supended solid : 2.500-400 mg/l. Selain itu UNEP 1991 menambahkan bahwa air limbah soaking akan juga 37

mengandung garam dan bahan organik lain yang akan mempengaruhi BOD, COD, SS. b. Buang bulu dan pengapuran (Unhairing dan liming) Air limbah pengapuran berwarna putih kehijauan dan kotor, berbau menyengat; ph 9-10; mengandung calsium, natrium sulfida, albumin, bulu, sisa daging dan lemak; suspended solid 3.6 % (Koziorowski dan Kucharski 1972). Menurut CTTE 1979, ESCAP 1982, dan IS : 5183-1977, air limbah unhairing dan liming mengandung total solid 16.000-45.000 mg/l; ph 10-12.5. UNEP 1991, menjelaskan bahwa limbah unhairing dan liming akan berpengaruh terhadap air, tanah dan udara. Pengaruh terhadap air terutama pada BOD, COD SS, alkalinitas, sulphida N-organik dan N-amonia. Adanya gas H,S akan menyebabkan terjadinya pencemaran udara. c. Air limbah buang kapur (deliming) Air limbah dari proses deliming mempunyai beban polutan yang lebih kecil dibanding dengan unhairing dan liming. Menurut CTTE 1979, ESCAP 1982, IS : 5183-1977, air limbah ini mempunyai volume 700 800 l/ton kulit mentah; ph 3-9; total solid 1.200-12.000 mg/l; suspended solid 200-1.200 mg/l dan BOD 1.000-2.000 mg/l. UNEP 1991 menambahkan bahwa air limbah ini akan menyebabkan pencemaran air berupa BOD, COD, DS dan N-amonia. Kemudian adanya amonia akan menimbulkan pencemaran udara. 38

d. Air Limbah Pengikisan Protein (Degreasing) Akan menyebabkan pencemaran air yang akan ditujukan dengan tingginya nilai COD, BOD, DS dan lemak (UNEP 1991). e. Air Limbah Pikel (Pickling) dan Krom (Tanning) Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein, sisa garam, sejumlah kecil mineral, dan chrome valensi 3 yang apabila tercampur dengan alkali akan terbentuk chrome hidroksida; ph 3.5-4; suspended solid 0.01-0.02 % (Koziowroski dan Kurcharski 1972). Sedangkan CTTE 1979, ESCAP 1982, DAN IS : 5183-1977, membedakan antara air limbah pikel dengan penyamakan chrome sebagai berikut : Air limbah pikel : volume 2 3 l/kg kulit; ph 2.9 4; total solid 16.000-45.000 mg/l; suspended solid 600-1.000 mg/l dan BOD 800-2.200 mg/l. Air limbah samak chrome : volume 4-5 l/kg; ph 2.6 3.2; total solid 2.400-12.000 mg/l; suspended solid 300-1.000 mg/l dan BOD 800-1.200 mg/l. Selain yang sudah disebut diatas UNEP juga menambahkan bahwa air limbah pikel dan chrome akan menimbulkan pencemaran air berupa BOD, COD, SS, DS, asam, garam, krom, sisa samak nabati. 39

f. Air Limbah Gabungan Termasuk Pencucian Air limbah ini oleh IS (5183-1977) maupun ESCAP 1982, dijelaskan mempunyai volume 30-35 l/kg; ph 7.5 10; total solid 10.000-2.500 mg/l; suspended solid 1.250-6.000 mg/l dan BOD 2.000 3.000 mg/l. Berikut ini adalah tabel rangkuman sifat dan karakteristik air limbah industri penyamakan kulit menurut jenis tahapan prosesnya (Deperin Kab. Garut 1998). Tabel 6.1. Sifat dan Karakteristik Air limbah Industri Penyamakan Kulit Menurut Jenis Tahapan Prosesnya. No. Tahapan Proses Karakteristik Limbah 1. Perendaman dan Pencucian (Soaking & Washing) Keruh, berbau busuk, mengandung sisa daging, bulu, darah, lemak, garam mineral, debu dan kotoran lainnya. ph 7,5 8, Total solid 8000 2800 mg/l 2. Pengapuran (Liming) Berwarna putih kehijau-hijauan, berbau busuk, mengandung kalsium, natrium sulfida, albumin, bulu, sisa daging, lemak dan kotoran lainnya. ph = 7,5 8 Total solid = 16000 45000 mg/l SS = 4500 6500 mg/l BOD = 1000 2000 mg/l 40

3. Penyisihan kapur (Deliming) 4. Pengasaman dan Penyamakan Krom Beban pencemaran lebih rendah dari pada proses liming, karakteristik : ph = 3 9 Total solid = 1200 12000 mg/l Ss = 200 1200 mg/l BOD = 1000 2000 mg/l Mengandung bahan protein, sisa garam, asam mineral dan krom valensi 3, yang bila tercampur dengan dengan limbah alkalis akan menghasilkan air limbah pengasaman (pickling) : ph = 2,9 4, Total solid = 16000 45000 mg/l, Ss = 6000 mg/l, BOD = 800 2200 mg/l. Karakteristik air limbah krom : ph = 2,6 3, Total solid = 2400 12000 mg/l, Ss = 1250 6000 mg/l, BOD = 2000 3000 mg/l, Cr 5. Air limbah campuran Kualitas air lebih baik dari proses-proses seluruh proses sebelumnya karena terjadi proses saling termasuk pencucian menetralkan pada saat pencampuran. ph = 7,5-10 Total solid = 10000 25000 mg/l Ss = 1250 6000 mg/l BOD = 2000 3000 mg/l Sumber : Departemen Perindustrian Kab. Garut, 1998 41

Kemudian Depperin Yogyakarta medeskripsikan karakteristik limbah penyamakan kulit berdasarkan beban polusi dan toksisitas pada tiap-tiap tahapan proses (Tabel 6.2), berdasarkan hasil analisa air limbah dari bermacam-macam pabrik pengolahan kulit di Indonesia. Tabel 6.2. Pengukuran Polusi pada Tahap-tahap yang Berbeda Parameter polusi (%) BOD COD Oxidable Matter Suspended solid Salinity Total Deliming Pickling- Tahap-tahap Soaking Liming effluen -Bating Tanning selanjutnya Kg/T Kg/T Kg/T Kg/T Kg/T Kg/T 75-90 52-63 2,5 1 1 11,5-14,5 100% 10% 70% 3% 1,2% 15% 200-220 20-33 110-120 6 2 50-58 100% 15% 55% 3% 1% 25% 110-130 14-17 70-82 - - 14-17 100% 13% 64% - - 23% 140 7 77 - - 56 100% 5% 55% - - 40% 250-350 150-210 - 20-30 60-90 17-25 100% 60% - 8% 25% 7% 2,5-1,9-0,6 - Toxicity 100% - 76% - 24% - Sumber : Depperin Kab. Yogyakarta, 1980 42

6.2. Standar Kualitas Limbah Cair Industri Kulit Baku mutu yang digunakan pada perancangan pengembangan instalasi pengolahan air limbah industri kulit ini adalah baku mutu yang di buat oleh Kementerian Lingkungan Hidup, yaitu Baku Mutu Limbah Cair Kep. Men. No. 51-1995, dengan parameter-parameter yang biasa diukur dapat diihat pada Tabel 6.3 berikut. Tabel 6.3. Baku mutu Limbah Cair untuk Industri Kulit, Kep. Men. LH No. 51 th. 1995 Beban Kadar Pencemaran No. Parameter Maksimum Maksimum Standar Effluen (mg/l) (Kg/ton) (mg/l) 1. BOD5 150 10,3-2. COD 300 21,0 110 3. TSS 150 10,5 60 4. Krom Total (Cr) 2,0 0,14 0,6 5. Minyak dan Lemak 5,0 0,35-6. Nitrogen Total - - - (sbg N) 7. Ammonia Total 10,0 0,70 0,5 (sbg NH3-N) 8. Sulfida 1,0 0,07 0,8 9. ph (satuan ph) 6-9 6-9 6-9 43