KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-78 /BC/1997 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/PMK.04/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

188/PMK.04/2010 IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

Menimbang : Mengingat :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-10/BC/1997 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

Tinjauan Atas Ketentuan Baru Mengenai Barang Penumpang:

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI


KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-15/BC/1999 TENTANG PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.04/2016

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG

Pasal II Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2009 DIREKTUR JENDERAL,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

1. Penyelesaian Kewajiban Pabean Atas Kedatangan Sarana Pengangkut

TATAKERJA PENGAWASAN PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011

Penyelesaian Impor Barang Kiriman Pos

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR 01 /BC/2005 TENTANG

Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : KEP- Tanggal : (kop surat dari yang bersangkutan) Tanggal :...

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/PMK.04/2013 TENTANG TOKO BEBAS BEA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR DENGAN PIB SECARA ELEKTRONIK MELALUI JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-43/BC/1999 T E N T A N G

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.04/2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

P - 34/BC/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR DENGAN PIB SECARA ELEKTRONIK MELALUI JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-27/BC/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Nomor : KEP- 75 /BC/1996

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN IMPOR BARANG KIRIMAN

SALINAN NOMOR TENTANG. Nomor. Berikat, Berikat, Menteri. Keuangan. Bebas Bea; Mengingat Tata Cara. Perpajakan. Republik. Tahun. (Lembaran.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP - 02 / BC / 1997 TENTANG

M E M U T U S K A N :

SALINAN : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 457/KMK.05/1997 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI [LN 2007/105, TLN 4755]

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 17 /BC/2008 TENTANG

SURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 615/PMK.04/2004 TENTANG TATALAKSANA IMPOR SEMENTARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

TATACARA MEMPEROLEH PERSETUJUAN SEBAGAI PKB ATAU PKB MERANGKAP PDKB SETELAH FISIK BANGUNAN BERDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR: P- 41/BC/2010

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-29/BC/2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-38/BC/2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.530, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Barang Kena Cukai. Penibunan. Kawasan Pabean. Pencabutan.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.03/2017


SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,

2 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Impor Sementara Dengan Menggu

Transkripsi:

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-78 /BC/1997 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN BARANG PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, KIRIMAN MELALUI JASA TITIPAN DAN KIRIMAN POS DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang : Bahwa dengan telah dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan R.I. Nomor 490/KMK.05/1996 dipandang perlu mengatur Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Barang Bawaan Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, Kiriman Melalui Jasa Titipan dan Kiriman Pos; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262)sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara nomor 3566). 2. Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara nomor 3263) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 60, Tambhan Lembaran Negara Nomor 3567); 3. Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 61, Tambahgan Lembaran Negara nomor 3568); 4. Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3612); 5. Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3613); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1996 tanggal 2 April 1996 tentang Penindakan di bidang Kepabeanan (Lembaran Negara tahun 1996 nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1996 nomor 3626); 7. Peraturan Pemerntah Nomor 22 tahun 1996 tanggal 22 April 1996 tentang Pengenaan Sanksi Administrasi dibidang Kepabeanan (Lembaran tahun 1996 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 3267); 8. Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 1996 tanggal 23 Agustus 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana dibidang Kepabeanan dan Cukai (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 85, Tambahan Lemabaran Negara tahun 1996 nomor 3651); 9. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 232/KMK.05/1996 tanggal 1 April 1996 tentang Tatacara Pembayaran dan Penyetoran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi, Bunga dan Pajak dalam rangka impor; 10. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 243/KMK.05/1996 tanggal 1 April 1996 tentang Pembebasan Cukai;

11. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 490/KMK.05/1996 tanggal 31 Juli 1996 tentang tatalaksana Impor Barang Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, Kiriman Pos, dan Kiriman melalui Perusahaan Jasa Titipan; 12. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 574/KMK.05/1996 tentang Tatalaksana Impor Sementara; 13. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 701/KMK.05/1996 tanggal 24 desember 1996 tentang Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan; 14. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 25/KMK.05/1996 tanggal 15 januari 1997 tentang tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor; 15. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan cukai Nomor : 10/BC/1997 tanggal Januari 1997 tentang Petunjuk Umum Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN BARANG PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, KIRIMAN MELALUI JASA TITPAN DAN KIRIMAN POS. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean. 2. Kepala Kantor Pabean adalah Kepala kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean. 3. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu. 4. Barang penumpang adalah barang impor milik penumpang yang tiba bersama penumpang, sebelum atau setelah kedatangan penumpang bersangkutan, yang dapat berupa : a. Barang Keperluan Diri dan Sisa Bekal Penumpang yaitu barang baik dalam keadaan barau maupun bekas pakai yang wajar diperlukan selama dalam perjalanannya. b. Barang Bawaan Penumpang yaitu barang yang bukan merupakan barang keperluan diri dan sisa bekal penumpang. 5. Barang Bawaan Sarana Pengangkut adalah barang impor yang dibawa oleh setiap orang yang karena sifet dan pekerjaannya harus berada dalam sarana pengangkut dan datang bersama sarana pengangkutnya. 6. Pelintas Batas adalah penduduk yang diam atau bertempat tinggal dalam wilayah perbatasan negara serta memiliki Kartu Identitas Lintas Batas yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, yang melakukan perjalanan dinas batas di daerah perbatasan melalui pos pengawas lintas batas;

7. Pos Pengawas Lintas Batas (PPLB) adalah tempat yang ditunjuk pada perbatasan wilayah negara untuk memberitahukan dan menyelesaikan kewajiban pabean terhadap barang bawaan pelintas batas. 8. Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) adalah kartu yang dikeluarkan oleh Kantor Pabean yang membawahi Pos Pengawas Lintas Batas yang diberikan kepada Pelintas Batas. 9. Buku Pas Barang Lintas Batas (BPBLB) adalah buku yang dipakai oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk mencatat jumlah, jenis, dan nilai pabean atas barang yang dibawa oleh Pelintas Batas dari luar daerah pabean. 10. Barang Bawaan Pelintas Batas adalah barang impor yang dibawa oleh Pelintas Batas melalui PPLB. 11. Perusahaan Jasa Titipan (PJT) adalah perusahaan yang memperoleh ijin usaha jasa titpan dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi serta memperoleh persetujuan untuk melaksanakan kegiatan Kepabeanan dari Kepala Kantor Pabean. 12. Barang Kiriman adalah barang impor/paket pos yang akan dilalubeakan melalui Kantor Pos Lalu Bea; 13. Kantor Pos Lalu Bea adalah Kantor Pos yang ditunjuk untuk melalubeakan kiriman-kiriman pos. 14. Customs Declaration (CD) adalah pemberitahuan pabean atas barang impor yang dibawa penumpang atau awak sarana pengangkut sesuai contoh BC 2.2. 15. Jalur Hijau adalah jalur pengeluaran barang impor dalam hal penumpang atau awak sarana pengangkut tidak membawa atau membawa barang impor yang nilai pabeannya tidak melebihi batas pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang diberikan. 16. Jalur Merah adalah jalur pengeluaran barang impor dalam hal penumpang atau awak sarana pengangkut membawa barang impor yang nilai pabeannya melebihi batas pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang diberikan. BAB II BARANG PENUMPANG DAN BARANG AWAK SARANA PENGANGKUT Pasal 2 (1) Penumpang atau awak sarana pengangkut yang tiba dari luar daerah pabean wajib memberitahukan barang bawaannya kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean kedatangan dengan menggunakan pemberitahuan pabean sesuai Customs Declaration (CD). (2) Penumpang atau awak sarana pengangkut mengisi CD dalam satu lembar tentang jumlah,jenis dan nilai pabean barang impor yang dibawanya. (3) Penumpang atau awak sarana pengangkut mengajukan CD yang telah diisi kepada Pejabat Bea dan Cukai, dan dapat memilih jalur hijau atau jalur merah. (4) Barang penumpang yang tiba tidak bersama penumpang bersangkutan harus dapat dibuktikan dengan paspor, baggage claim tag (tanda bukti barang penumpang) dan tiket yang bersangkutan. (5) Barang penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang: a. Terdaftar didalam manifest (BC 1.1) diselesaikan dengan Pemberitahuan Impor Barang Tertentu (PIBT): b. Terdaftar sebagai barang Lost and Found, diselesaikan dengan CD. Pasal 3 (1) Pejabat Bea dan Cukai yang menerima CD dari penumpang atau awak sarana pengangkut yang memilih atau melalui: a) Jalur Hijau : memberikan persetujuan pengeluaran barang impor pada CD yang bersangkutan, apabila nilai pabeannya tidak melebihi batas pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta membawa Barang Kena Cukai (BKC) dalam jumlah yang tidak melebihi ketentuan pembebasan cukai. b) Jalur Merah : melakukan pemeriksaan fisik barang, mencatat hasil pemeriksaan fisik berupa : jumlah,jenis,merek,klasifikasi/pembebanan, nilai pabean dan

menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka impor pada CD yang bersangkutan serta memberikan persetujuan pengeluaran setelah dilunasi bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terutang. (2) Dalam hal terdapat kecurigaan, Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan penumpang atau barang bawaan awak sarana pengangkut yang dikeluarkan melalui jalur hijau. (3) Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan pemeriksaan fisik barang mencatat hasil pemeriksaan berupa jumlah,jenis,merek barang, menetapkan klasifikasi/pembebanan,nilai pabean serta jumlah bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terutang, dalam CD yang bersangkutan. (4) Apabila hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya kelebihan BKC dari jumlah yang ditentukan, dimusnahkan dibawah pengawasan Kepala kantor Pabean dan terhadap barang yang dilarang atau dibatasi impornya, Pejabat Bea dan Cukai melaksanakan penegahan dan menyerahkan bukti penegahan dan menyerahkan bukti penegahan kepada pemilik barang. Pasal 4 (1) Pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor diberikan terhadap: a. barang keperluan diri dan sisa bekal penumpang; b. barang bawaan penumpang yang nilai pabeannya tidak melebihi FOB USD 250.00 untuk setiap orang atau FOB USD 1,000.00 untuk setiap keluarga; c. barang bawaan awak sarana pengangkut yang nilai pabeannya tidak melebihi FOB USD 50.00 untuk setiap orang: d. barang bawaan penumpang bukan penduduk Indonesia seperti : kamera,video kamera, portable radio cassette recorder,teropong, perlengkapan olahraga, laptop, telepon genggam atau perlengkapan sejenis lainnya, yang akan digunakan selama berada di Indonesia dan akan dibawa kembali pada saat meninggalkan Indonesia; e. barang bawaan penumpang penduduk Indonesia seperti : kamera,video kamera, portable radio cassette recorder, teropong, perlengkapan olahraga,laptop, telepon genggam atau perlengkapan sejenis lainnya, yang telah dibawa keluar negeri dan kemudian dibawa kembali ke Indonesia pada saat keberangkatannya ke luar negeri wajib mengisi formulir sesuai contoh dalam Lampiran I. (2) Selain ketentuan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diberikan juga pembebasan bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan cukai terhadap penumpang atau awak sarana pengangkut yang membawa BKC dengan jumlah sebanyak-banyaknya : a. 200 batang sigaret, 50 batang cerutu atau 200 gram tembakau iris: dan b. 1 (satu) liter minuman mengandung etil alkohol. (3) Apabila BKC yang dibawa penumpang atau awak sarana pengangkut melebihi jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atas kelebihan BKC yang dibawa dinyatakan sebagai barang yang dikuasai negara dan dijadikan milik negara untuk selanjutnya dimusnahkan dibawah pengawasan Kepala kantor Pabean. (4) Dalam hal nilai pabean barang bawaan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi FOB USD 250.00 untuk satu orang atau FOB USD 1,000.00 untuk satu keluarga atau FOB USD 50.00 untuk setiap orang awak sarana pengangkut, dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor atas selisih lebih tersebut dan Pejabat Bea dan Cukai mencatatnya pada CD yang bersangkutan. (5) Penumpang atau awak sarana pengangkut yang bersangkutan melakukan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor atas selisih lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 4 di Kantor Pabean dengan mendapatkan Bukti Pembayaran Bea Cukai (BPBC) dan KPU 22. Pasal 5 Pejabat Bea dan Cukai yang menerima pembayaran membukukan data CD yang dikenakan pembayaran ke dalam Buku Catatan Pabean untuk CD. Pasal 6

(1) Pengeluaran barang dilaksanakan oleh Pejabat Bea dan Cukai stelah terdapat kesesuaian antara penetapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 3 dengan BPBC dan KPU 22 serta menyimpan CD tyang telah diselesaikan pengeluarannya. (2) Pengeluaran barang penumpang yang diselesaikan dengan menggunakan PIBT dilaksanakan sesuai ketentuan tatalaksana kepabeanan di bidang impor sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 5 huruf a. BAB III BARANG PELINTAS BATAS Pasal 7 (1) Setiap Pelintas Batas wajib mempunyai KILB yang dikeluarkan Kepala kantor Pabean yang mengawasi PPLB atas permohonan yang bersangkutan. (2) Permohonan sesuai cotoh dalam Lampiran II Keputusan ini, diajukan oleh yang bersangkutan kepada Kepala Kantor Pabean yang membawahi PPLB dengan dilampiri fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan fotocopy Pas Lintas Batas yang ditandasahkan oleh Pejabat Imigrasi setempat. (3) Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean meneliti berkas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan apabila telah memenuhi persyaratan, Kepala Kantor Pabean memberikan KILB kepada yang bersangkutan dan dibuatkan BPBLB sesuai contoh dalam Lampiran III dan Lampiran IV keputusan ini. Pasal 8 Terhadap barang bawaan pelintas batas yang jenisnya telah disepakati dalam perjanjian secara bilateral, diberikan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dengan batas : a. barang yang berasal dari Papua Nugini, nilainya tidak melebihi FOB USD 300.00 (tigaratus US Dollar ) tiap orang untuk jangka waktu satu bulan; b. barang yang berasal dari Malaysia melalui batas daratan, nilainya tidak melebihi FOB MYR 600.00 (enam ratus Ringgit Malaysia) tiap orang untuk jangka waktu satu bulan; c. barang yang berasal dari Malaysia melalui batas lautan (sea border), nilainya tidak melebihi FOB MYR 600.00 (enam ratus ringgit Malaysia) setiap perahu untuk setiap trip; d. barang yang berasal dari Filipina, nilainya tidak melebihi FOB USD 250.00 (duaratus lima puluh US Dollar) tiap orang untuk jangka waktu satu bulan. Pasal 9 (1) Setiap pelintas batas yang tiba dari luar daerah pabean wajib memberitahukan barang bawaannya kepada Pejabat Bea dan Cukai di PPLB, (2) Pelintas Batas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan secara lisan barang bawaannya kepada Pejabat Bea dan Cukai di PPLB dengan menunjukkan KILB, (3) Pejabat Bea dan Cukai melakukan kegiatan sebagai berikut: a. melakukan pemeriksaan fisik terhadap barang bawaan pelintas batas berdasarkan KILB yang bersangkutan dan menuangkan hasil pemeriksaannya ke dalam Nota Pemeriksaan sesuai contoh dalam Lampiran V keputusan ini; b. mencatat barang bawaan yang diberitahukan oleh pelintas batas ke dalam BPBLB; c. menetapkan nilai pabean, klasifikasi dan pembebanan barang yang bersangkutan; d. meneliti jumlah nilai pabean yang terdapat dalam BPBLB dengan memperhatikan ketentuan pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dalam hal kedapatan melebihi ketentuan pembebasan tersebut, terhadap kelebihannya dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor; e. menerima pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor dari pelintas batas; f. menyerahkan BPBC untuk pembayaran bea masuk serta KPU-22 untuk pembayaran pajak dalam rangka impor kepada pelintas batas.

Pasal 10 Setiap orang yang tiba dari luar daerah pabean melalui PPLB yang tidak dapat menunjukkan KILB, barang bawaannya dianggap sebagai barang bawaan penumpang dan berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam BAB II. BAB IV BARANG KIRIMAN MELALUI PERUSAHAAN JASA TITPAN (PJT) Pasal 11 (1) Pemasukan barang impor berupa barang kiriman dapat dilaksanakan melalui PJT; (2) Barang kiriman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah barang-barang yang menurut sifat dan jumlahnya tidak dimaksudkan untuk diperdagangkan, yang dikirim oleh pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima tertentu di dalam negeri dalam bentuk dokumen, sekogram, paket dan bungkusan kecil yang beratnya tidak melebihi 20 kg netto. (3) PJT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memperoleh persetujuan dari Kepala Kantor Pabean untuk dapat melaksanakan kegiatan kepabeanan di wilayah kerja Kantor Pabean tersebut. (4) Persetujuan sebagaiman dimaksud pada ayat 3 diberikan oleh Kepala Kantor Pabean sesuai contoh dalam Lampiran VII keputusan ini berdasarkan permohonan yang diajukan oleh yang bersangkutan sesuai contoh dalam Lampiran VI keputusan ini. (5) PJT dapat melaksanakan kegiatan kepabeanan setelah mempertaruhakan jaminan tunai atau jaminan bank yang besarnya ditetapkan oleh Kepala Kantor Pabean. Pasal 12 Pengeluaran barang impor melalui PJT dapat dilaksanakan setelah diajukan PIBT BC 2.1 dalam 2 lembar dan atau dokumen pelengkap pabean yang dilampiri : Bill of Lading atau Air Way Bill, Invoice, Packing List dan Daftar Barang Impor Per Master Airway Bill sesuai contoh dalam Lampiran VIII keputusan. Pasal 13 Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan pengeluaran barang melakukan kegiatan sebagai berikut: a. menerima berkas PIBT dan atau dokumen pelengkap pabean; b. meneliti identitas PJT; c. mencatat PIBT dan atau dokumen pelengkap pabean pada Buku Catatan Penerimaan dan Buku Penerimaan Harian untuk PIBT dan/atau Buku Catatan Penerimaan dan Buku Penerimaan Harian untuk dokumen pelengkap pabean serta membutuhkan nomor urut pendaftaran dari Buku Catatan Penerimaan dan Buku Penerimaan Harian yang bersangkutan; d. melakukan pemeriksaan fisik barang; e. menetapkan klasifikasi dan pembebanan barang impor dengan menggunakan Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI); f. menetapkan nilai pabean; g. menghitung bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terhutang; h. menyerahkan berkas PIBT dan atau dokumen pelengkap pabean kepada PJT untuk pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor sesuai penetapan Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan pemeriksaan fisik; i. mencocokkan kembali berkas PIBT dan atau dokumen pelengkap pabean yang telah dilunasi pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor atau yang telah dipertaruhkan jaminan. j. Mencocokkan besarnya bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang ditetapkan dengan yang tertera pada bukti pembayaran atau pada jaminannya; k. Menerbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) dalam 2 lembar dan menyerahkan lembar kedua kepada PJT untuk pengeluaran barang impor,

l. Menyerahkan SPPB lembar pertama kepada Pejabat Bea dan Cukai yang menangani manifest untuk penutupan BC 1.1; m. Menyerahkan bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang diterima pada hari itu kepada Pejabat Bea dan Cukai yang menatausahakan penerimaan; n. Menyerahkan berkas PIBT dan atau dokumen pelengkap pabean kepada Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan pendistribusian dokumen. Pasal 14 (1) Barang kiriman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 2 yang nilainya tidak melebihi FOB USD 50.00 (lima puluh US dollar) untuk setiap orang setiap kiriman, diberikan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. (2) Atas kelebihan dari batas nilai FOB sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. (3) Pelunasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terutang, wajib dilakukan selambat-lambatnya 3 hari setelah pengeluaran barang. (4) Penyelesaian barang kiriman yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 2, dengan tidak mengindahkan jumlah barang, dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta sanksi administrasi sesuai ketentuan umum di bidang impor yang berlaku. BAB V BARANG KIRIMAN POS Pasal 15 (1) Terhadap barang kiriman pos yang nilainya tidak melebihi FOB USD 50.00 (lima puluh US dollar) untuk setiap orang per alamat kiriman, diberikan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. (2) Terhadap barang kiriman pos yang melebihi nilai pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor atas nilai kelebihannya. (3) Dalam hal terdapat petunjuk adanya penyalahgunaan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau pengiriman yang berulang-ulang untuk satu orang dan atau alamat yang sama dalam tempo 1 hari terhadap barang kiriman pos tersebut dengan tidak memperhatikan nilai dan atau jumlahnya dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Pasal 16 (1) Terhadap barang impor yang dikirim melalui pos sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 dilakukan pencacahan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan disaksikan oleh Petugas Bea dan Cukai dengan disaksikan oleh Petugas Pos. (2) Barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diserahkan kepada Petugas Pos untuk diterimakan kepada si penerima setelah bea masuk dan pajak dalam rangka impor dilunasi. Pasal 17 Tatacara penyelesaian barang impor melalui kiriman pos diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bersama Direktur jenderal Bea dan cukai dan Direktur Utama PT (Persero) Pos Indonesia. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 Tatacara pembayaran dan penyetoran bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan cukai dilakukan sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor :232/KMK.05/1996 tanggal 1 April 1996 tentang tatacara Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi, dan Pajak Dalam Rangka Impor. Pasal 19 Terhadap barang impor berupa barang penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, kiriman melalui PJT dan Kiriman Pos yang merupakan barang larangan dan atau pembatasan diproses sesuai ketentuan yang berlaku. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian barang penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, kiriman melalui Jasa Titipan dan Kiriman Pos yang belum ditetapkan dalam keputusan ini, akan diatur secara tersendiri. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 23 September 1997 Direktur Jenderal Soehardjo NIP.060013988