BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

BUPATI MALUKU TENGGARA

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN PEDOiVIAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

X 5 A d ' ' > '/' Ditetapkan'tli

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN UMUM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN I. Pendahuluan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG IVIAHA ESA KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,


LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

12/04/2013. Oleh Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

SURAT EDARAN Nomor: 18 /SE/M/2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasaan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nom

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LARANGAN MENERIMA/MEMBERI ATAU GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MEDAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran N

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Und

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

8. Peraturan.../2 ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/APRIL

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

SOSIALISASI PENGENDALIAN GRATIFIKASI DAN BENTURAN KEPENTINGAN RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

Transkripsi:

No.738, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOPOLHUKAM. Benturan Kepentingan. Penanganan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menuju tata kelola pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, diperlukan suatu kondisi yang bebas dari benturan kepentingan; b. bahwa pemahaman yang tidak seragam mengenai benturan kepentingan menimbulkan penafsiran yang beragam dan berpengaruh pada kinerja pegawai, sehingga perlu disusun pedoman benturan kepentingan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan

2015, No.738 2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri Dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3021); 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per- 367/Menko/Polhukam/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per- 02/Menko/Polhukam/8/2011 tentang Disiplin Pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 7. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per- 03/Menko/Polhukam/8/2011 tentang Kode Etik Pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 8. Peraturan Menteri KoordinatorBidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per

3 2015, No.738 04/Menko/Polhukam/10/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan dan Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Kode Etik Pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan (Berita Negara Republik IndonesiaTahun 2013 Nomor 65); 10. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Sistem Penanganan Pengaduan (Whistblower System) Tindak Pidana Korupsi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 11. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN. Pasal 1 Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 2 Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 menjadi acuan bagi pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Pasal 3 Atasan langsung pejabat dan/atau pegawai melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanganan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.

2015, No.738 4 Pasal 4 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Mei 2015 MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA, TEDJO EDHI PURDIJATNO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

5 2015, No.738 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

2015, No.738 6 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang baik (good government) dan peningkatan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing Pejabat dan Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan serta dalam rangka penciptaan lingkungan kerja yang bebas korupsi, perlu dilakukan pengenalan serta upaya pencegahan dan penanganan terhadap terjadinya benturan kepentingan dari Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugasnya. Untuk itu diperlukan adanya suatu pedoman bagi seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam penanganan benturan kepentingan di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Penyusunan Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengacu antara lain kepada peraturan perundang-undangan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, pencegahan dan pemberantasan korupsi, pelaksanaan reformasi birokrasi dan pedoman yang diatur di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan. B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan Pedoman Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah: 1. Maksud Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pejabat dan Pegawai untuk mengenal, mencegah, mengatasi benturan kepentingan sehingga mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme. 2. Tujuan a. menciptakan budaya kerja organisasi yang dapat mengenal, mencegah, dan mengatasi situasi-situasi benturan kepentingan; b. meningkatkan pelayanan publik dan mencegah terjadinya kerugian Negara; c. meningkatkan integritas;

7 2015, No.738 d. meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini adalah mengatur hal-hal terkait dengan benturan kepentingan dan tata cara penanganan benturan kepentingan jika terjadi benturan kepentingan. Comment [u1]: Disesuaikan dengan kebutuhan Permenko D. Pengertian Pengertian umum dalam pedoman ini meliputi: 1. Benturan Kepentingan adalah situasi dimana pejabat atau pegawai memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi terhadap setiap penggunaan wewenang dalam kedudukan atau jabatannya, sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusan dan/atau tindakannya. 2. Kepentingan Pribadi adalah keinginan/kebutuhan pejabat atau pegawai mengenai suatu hal yang bersifat pribadi, dan/atau bersifat hubungan afiliasinya/hubungan dekat/balas jasa/pengaruh dari pegawai, pejabat di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, dan pihak lain. 3. Hubungan Afiliasi adalah hubungan yang dimiliki oleh seorang Pegawai dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan maupun hubungan pertemanan/kelompok/golongan yang dapat mempengaruhi keputusannya. 4. Pejabat adalah pejabat struktural atau pejabat yang mempunyai wewenang mengambil keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang menjadi tugas dan fungsinya. 5. Pegawai adalah Pegawai Negeri dan Pegawai lain yang berdasarkan Keputusan Pejabat yang berwenang diangkat dalam suatu jabatan atau ditugaskan dan bekerja secara penuh dalam satuan organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

2015, No.738 8 BAB II BENTURAN KEPENTINGAN A. Bentuk, Jenis dan Sumber Benturan Kepentingan 1. Bentuk Benturan Kepentingan adalah sebagai berikut: e. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah atas suatu keputusan/jabatannya; f. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menggunakan aset jabatan untuk Kepentingan Pribadi/golongan; g. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menggunakan informasi rahasia jabatan untuk Kepentingan Pribadi/ golongan; h. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan memberikan akses khusus kepada pihak tertentu tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya; i. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam melakukan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi; j. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyalahgunakan jabatan; k. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengerjakan pekerjaan lain diluar tugas pokok dan tugas kedinasan pada saat jam bekerja; dan l. situasi yang menyebabkan Pejabat di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan diskresi yang melampaui wewenang atau mencampuradukkan wewenang atau sewenang-wenang. 2. Jenis Benturan Kepentingan adalah sebagai berikut: a. kebijakan dari Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang berpihak

9 2015, No.738 akibat pengaruh, hubungan dekat, ketergantungan, dan/atau pemberian gratifikasi; b. pemberian izin dari Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang diskriminatif; c. pengangkatan Pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/ rekomendasi/pengaruh dari pejabat pemerintah; d. pemilihan partner atau rekanan kerja oleh Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan berdasarkan keputusan yang tidak professional; e. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan komersialisasi pelayanan publik; f. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menggunakan aset dan informasi rahasia untuk Kepentingan Pribadi. g. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan pengawasan tidak sesuai dengan norma, standar, dan prosedur. h. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan pengawasan atau penilaian atas pengaruh pihak lain dan tidak sesuai norma, standar, dan prosedur; dan i. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai. 3. Sumber Benturan Kepentingan adalah sebagai berikut: a. penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batasbatas pemberian wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang undangan. b. Hubungan Afiliasi; gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya; c. kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan Pejabat atau

2015, No.738 10 Pegawai terkait yang disebabkan karena struktur dan budaya organisasi yang ada; dan d. Kepentingan Pribadi. B. Pencegahan Terjadinya Benturan Kepentingan Setiap Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilarang: 1. Ikut dalam proses pengambilan keputusan apabila terdapat potensi adanya Benturan Kepentingan; 2. Memanfaatkan jabatan untuk memberikan perlakuan istimewa kepada keluarga, kerabat, kelompok dan/atau pihak lain atas beban Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 3. Memegang jabatan lain yang patut diduga memiliki Benturan Kepentingan, kecuali sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 4. Melakukan transaksi dan/atau menggunakan harta/aset Barang Milik Negara untuk Kepentingan Pribadi, keluarga atau golongan; 5. Menerima, memberi, menjanjikan hadiah (cinderamata) dan/atau hiburan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan kedinasan, termasuk dalam rangka hari keagamaan atau acara lainnya; 6. Mengizinkan mitra usaha atau pihak ketiga memberikan sesuatu dalam bentuk apapun kepada Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan; 7. Menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi dan/atau bukan haknya dari pihak manapun dalam rangka kedinasan atau hal-hal yang dapat menimbulkan potensi Benturan Kepentingan; 8. Bersikap diskrimintatif dan tidak adil serta melakukan kolusi untuk memenangkan satu atau beberapa pihak dalam pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 9. Memanfaatkan data dan informasi rahasia instansi untuk kepentingan pihak lain; dan 10. Dengan sengaja, baik secara langsung atau tidak langsung, turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

11 2015, No.738 C. Tata Cara Penanganan Benturan Kepentingan 1. Penanganan Atas Situasi yang Berpotensi Benturan Kepentingan a. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang berada pada situasi yang berpotensi memiliki Benturan Kepentingan, maka berdasarkan penilaiannya sendiri yang bersangkutan wajib melaporkan kepada atasan langsung dengan menyampaikan formulir Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan disertai keterangan tindakan lanjutan yang diharapkan oleh pelapor; b. dalam hal Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan berdasarkan penilaiannya sendiri tidak merasa memiliki potensi Benturan Kepentingan, namun berdasarkan penilaian atasan langsung dan/atau Inspektorat memiliki potensi Benturan Kepentingan, maka digunakan penilaian atasan langsung dan/atau Inspektorat; c. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang bertindak sebagai pelapor tersebut dilarang untuk meneruskan kegiatan/melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan situasi yang berpotensi Benturan Kepentingan; d. atasan langsung meneruskan Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan kepada Inspektorat disertai dengan pertimbangan bahwa diperlukan pemeriksaan terkait situasi Benturan Kepentingan yang dihadapi oleh Pejabat atau Pegawai sebagai pelapor; e. setelah dilakukan pemeriksaan, Inspektorat menyusun rekomendasi hasil pemeriksaan untuk disampaikan kepada Biro Umum melalui Bagian Kepegawaian agar dapat dilakukan tindakan lanjutan dengan turut mempertimbangkan tindakan lanjutan yang diharapkan oleh pelapor; dan f. tindakan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf e, meliputi: a. penarikan diri dari proses pengambilan keputusan dimana Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang bertindak sebagai pelapor tersebut terkait dalam proses pengambilan keputusan; b. membatasi akses Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang bertindak sebagai pelapor tersebut atas

2015, No.738 12 informasi tertentu apabila yang bersangkutan memiliki kepentingan; c. mutasi Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang bertindak sebagai pelapor tersebut; d. mengalihtugaskan tugas dan tanggung jawab Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang bertindak sebagai pelapor tersebut; dan e. mengintensifkan pengawasan terhadap Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum yang bertindak sebagai pelapor tersebut. 2. Penanganan Atas Benturan Kepentingan Yang Bersumber Dari Gratifikasi. Dalam hal situasi Benturan Kepentingan bersumber dari Gratifikasi, maka pelaporan adanya situasi Benturan Kepentingan mengacu pada angka 1 diatas atau angka 3 dibawah dan untuk pelaporan atau pemberian keterangan segala bentuk gratifikasi mengacu pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 3. Penanganan Atas Dugaan Benturan Kepentingan Dalam Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan. a. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan wajib melaporkan dan memberikan keterangan tentang dugaan adanya atau potensi adanya Benturan Kepentingan dalam menetapkan keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan oleh Pejabat atau Pegawai tertentu di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, disampaikan kepada Tim Penegakan Disiplin dan Kode Etik Pegawai. b. pelaporan dan pemberian keterangan sebagaimana dimaksud huruf a mencantumkan identitas jelas pelapor dan melampirkan dokumen pembuktian yang terkait melalui mekanisme yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-04/Menko/Polhukam/10/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan dan Penjatuhan Hukum Disiplin dan Kode Etik Pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Comment [R2]: Bagaimana dengan Status Keputusan yang telah dibuat oleh pejabat yang diduga memiliki benturan kepentingan.

13 2015, No.738 c. bagi masyarakat yang mengetahui adanya atau potensi adanya Benturan Kepentingan di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, dapat menyampaikan pelaporan atas dugaan adanya atau potensi adanya Benturan Kepentinganbaik secara langsung maupun tidak langsung (dengan menggunakan saluran pos dan/atau melalui www.polkam.go.id) kepada Tim Penegakan Disiplin dan Kode Etik Pegawai melalui Unit Pelayanan Publik Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dengan mencantumkan identitas jelas pelapor serta melampirkan dokumen pembuktian yang terkait. 4. Pengawasan Pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan dari tindak lanjut hasil pemeriksaan terjadinya Benturan Kepentingan dilaksanakan oleh Inspektorat di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 5. Sanksi Setiap Pejabat atau Pegawai yang dalam menetapkan keputusan dan/atau tindakan terbukti mengandung Benturan Kepentingan akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. D. Upaya Yang Diperlukan Untuk Keberhasilan Penanganan Benturan Kepentingan Agar penanganan Benturan Kepentingan dapat dilakukan secara baik dan berhasil diperlukan beberapa upaya sebagai berikut: 1. Komitmen dan Keteladanan Diperlukan komitmen dan keteladanan dari seluruh Pejabat dan Pegawai di lingkungan Kementerian Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam menggunakan kewenangannya secara baik dengan mempertimbangkan kepentingan lembaga, kepentingan publik, kepentingan pegawai, dan berbagai faktor lain. 2. Perhatian Khusus atas Hal Tertentu Perhatian khusus perlu dilakukan terhadap hal-hal tertentu yang dianggap beresiko tinggi yang akan dapat menyebabkan terjadinya situasi Benturan Kepentingan. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus tersebut antara lain adalah : a. Hubungan Afiliasi; b. gratifikasi; c. pekerjaan tambahan;

2015, No.738 14 d. informasi orang dalam; e. kepentingan dalam pengadaan barang; f. tuntutan keluarga dan komunitas; g. kedudukan di organisasi lain; h. intervensi pada jabatan sebelumnya; dan i. perangkapan jabatan. 3. Menghindari Situasi Benturan Kepentingan Pejabat dan/atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dapat lebih awal menghindari terjadinya Benturan Kepentingan atau melakukan antisipasi terhadap terjadinya Benturan Kepentingan dalam pengambilan keputusan, antara lain dengan lebih awal mengetahui agenda pembahasan untuk pengambilan keputusan atau melakukan penarikan diri (recusal) dari pengambilan keputusan secara ad hoc.

15 2015, No.738 Formulir Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Jabatan : Pangkat, Golongan : Unit Kerja : Menyatakan dengan sebenarnya berdasarkan penilaian (sendiri/atasan langsung/inspektorat)* memiliki potensi Benturan Kepentingan terkait dengan pelaksanaan tindakan: Transaksi/Kegiatan : Bentuk Kepentingan Benturan : Nilai Transaksi/Kegiatan : Oleh karena itu, dengan ini saya menyatakan sikap agar dapatnya dipertimbangkan tindakan lanjutan yaitu. (disebutkan pilihan tindakan lanjutkan yang diharapkan oleh pelapor sesuai BAB III Huruf C Angka 1. a). Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sesuai Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan serta ketentuan peraturan perundang-undangan jika diperlukan. Hormat saya, Nama Jelas NIP/NRP. *) coret yang tidak perlu

2015, No.738 16 BAB III PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Pelaksanaan Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ini perlu dipantau dan dievaluasi secara berkala untuk menjaga agar tetap efektif dan relevan perubahan. B. Inspektorat di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan berkoordinasi dengan melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ini. C. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan melakukan pemantauan dan evaluasi dalam rangka penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi.

17 2015, No.738 BAB IV PENUTUP Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ini merupakan salah satu acuan bagi Pejabat dan Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam bersikap dan berperilaku sehingga dapat mewujudkan good governance dan clean government. Comment [u3]: Dilengkapi MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA, TEDJO EDHI PURDIJATNO